/0/2943/coverbig.jpg?v=a78b677a45f4cb6b8c710caee13989e4)
Bagi Rezal Mahesa, masih melajang di usia 32 tahun bukanlah sesuatu yang memalukan. Dia sudah nyaman hidup mulus tanpa lika-liku percintaan yang memuakkan. Pekerjaan yang menjanjikan seharusnya bisa membuatnya berpikir tentang indahnya sebuah rumah tangga. Namun Rezal tidak berniat untuk mencari dan memilih untuk menunggu, membiarkan Tuhan yang menjalankan skenario indah untuk hidupnya. Sampai akhirnya muncul gadis muda yang merupakan mahasiswa magang di kantornya. Meskipun ragu, tapi batu besar di hati Rezal perlahan mulai terkikis. Sikap Naya yang unik, konyol, dan dewasa di satu waktu berhasil membuat hatinya menghangat. Apa Rezal harus menyiapkan gedung pernikahan mulai dari sekarang? *** Viallynn
Naya keluar dari kamarnya dengan mulut yang menguap. Tangannya terangkat untuk menggaruk rambutnya sambil berlalu masuk ke dapur. Di sana, Naya melihat Ibunya sudah berkutat dengan adonan kue yang akan dijual nanti.
"Nay, ini kuenya Ibuk yang anter ke kampus atau kamu?" tanya Ibu Naya tanpa menatap anaknya. Tangannya masih sibuk memeras santan dari kelapa. Meskipun ada santan instan, tapi Ibu Naya tetap menggunakan cara yang alami. Baginya, cara seperti ini akan mempertahankan cita rasa dari resep turun-temurun milik keluarganya.
"Aku aja, Buk."
"Kamu kan nggak ada kelas hari ini." Naya bersandar pada pintu kulkas sambil meminum air putihnya.
"Nanti aku mau ke kampus, mau ngurus proposal magang."
Ibu Naya berbalik dan terkejut melihat penampilan anaknya. Daster batik lusuh yang sudah sobek di ketiak, rambut acak-acakan, dan wajah yang jauh dari kata menarik.
"Ya Allah, Nak!" Ibu Naya ingin menangis melihat penampilan anaknya yang tidak mencerminkan seorang wanita yang anggun. "Ini udah siang! Kenapa masih kecut?!"
Naya tersenyum lebar, "Baru tidur subuh tadi, Buk. Habis maraton film."
"Mandi sana! Umur kamu itu udah 21, masih aja kelakuan kaya bocah! Kaya gini katanya mau dapet suami kaya"
Naya berdecak, "Apaan sih, Buk! Aminin kek aku dapet suami kaya. Kan lumayan bisa buatin Ibu toko kue."
"Bantah kamu?!"
Melihat Ibunya yang sudah memegang sendok besar, Naya pun berlari masuk ke kamarnya. Dia tidak mau jika sendok itu akan menghantam kepalanya keras.
Naya sadar di usianya yang sudah kepala dua ini seharusnya dia bisa bersikap dewasa. Namun entah kenapa sisi liarnya masih mendominasi. Apalagi di rumah ini hanya ada dia dan ibunya, siapa lagi yang akan meramaikan rumah jika bukan dirinya?
Saat sampai di dalam kamar, bukannya mandi Naya malah kembali duduk di meja belajarnya, berhadapan dengan layar laptop yang menampilkan hasil video yang sudah dia edit semalaman. Dia berbohong pada ibunya tadi. Naya tidak menonton film semalaman, melainkan bekerja. Ya, dia menyebutnya sebagai pekerjaan karena mendapat uang dari hasil jerih payahnya itu. Untung saja Naya memiliki bakat mengedit sehingga bisa meringankan beban ibunya.
"Halo, Lif?" sapa Naya saat panggilan teleponnya diangkat. "Video lo udah jadi, nih. Nanti ketemu ya di kampus."
"Jam dua ya, masih ada kelas nih. Ini langsung gue transfer ya bayarannya."
"Nggak lo periksa dulu? Kali aja ada yang perlu diubah."
"Nggak, gue udah percaya sama lo."
"Oke sip, ntar gue telpon kalo udah di kampus."
"Oke, makasih, ya."
Naya mematikan teleponnya dan tersenyum melihat notifikasi uang kiriman dari Alif, salah satu teman kampusnya yang sering menggunakan jasa edit-nya.
"Alhamdulillah, dapet cuan. Lumayan buat beliin Ibuk Mini Cooper."
***
Naya masuk ke kantin kampus dan menghampiri salah satu penjual di mana dia sering menitipkan kue-kue buatan ibunya. Dia tersenyum saat melihat Mas Nolan tampak sibuk menggoreng udang tepung di wajan besar.
"Gimana Mas jualannya kemarin?" tanya Naya mulai menata kue baru di atas meja.
"Eh, Neng Naya. Tumben kok siang nyetoknya?"
"Lagi nggak ada kelas, Mas. Makanya hari ini bawa cuma sedikit."
Mas Nolan mendekat dengan uang di tangannya, "Alhamdulillah, kemarin kue-mu habis. Ini hasilnya, bagianku udah aku diambil."
"Mantap!" Naya menerima uang itu dengan perasaan lega. Lagi-lagi kue jualannya habis. Tuhan memang tidak pernah salah dalam memberi rezeki.
"Kalo gitu aku ke ruang dosen dulu ya, Mas."
"Iya, Neng. Kalo ada apa-apa kabarin Mas Nolan aja."
Naya tertawa geli, "Mas Nolan, Mas Nolan. Nama Mas Noto aja dipanggil Nolan," celetuknya dan berlari pergi sebelum Mas Nolan meneriakkinya.
***
"Kamu ngajuin kapan ini, Nay?" tanya Ibu Ningsih, selaku kaprodi jurusannya.
"Libur semester nanti, Bu."
"Berapa bulan?"
"Dua bulan, Bu."
Bu Ningsih mengangguk dan langsung memberikan tanda tangannya tanpa banyak bertanya.
"Langsung kamu apply ke perusahaan, biar cepet dikabari."
"Siap, Bu!" Naya tersenyum senang. Setidaknya proposal yang dia buat tidak perlu revisi.
"Oh ya, Nay. Kamu bawa kue jualan kamu nggak?" tanya Ibu Ningsih mulai berdiri dari duduknya.
"Udah saya kasih ke Mas Nolan, Bu."
"Ibu bisa minta tolong? Ambil semua kuemu di Noto dan anter ke ruang rapat. Saya mau rapat sama Pak Dekan."
Mata Naya membulat mendengar itu, "Semua, Bu?"
"Iya semua." Bu Ningsih berlalu keluar dari ruangannya diikuti Naya di belakangnya.
Baru saja akan berbelok ke kantin, Bu Ningsih kembali memanggilnya.
"Oh ya, Nay. Nanti kalau ada orang yang telpon kamu namanya Pak Bayu, itu dari humasnya kampus."
Kening Naya berkerut, "Kok bisa, Bu?"
"Saya yang kasih nomer kamu. Pak Bayu lagi nyari editor buat konten video kampus di you tube. Nanti kamu bantuin dia ambil gambar ya."
Lagi-lagi Naya dibuat terkejut mendengar itu. Kenapa Bu Nigsih begitu mempercayainya untuk mengerjakan projek besar ini? Dia memang membuka jasa edit video, tapi keahliannya dalam edit belum seberapa. Dia hanya menerima jasa dari teman-teman jurusan lain yang kesulitan dalam mengedit.
"Buk." Naya tidak bisa berkata-kata. Dia menatap Bu Ningsih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nggak usah lebay!" Ucapan Bu Ningsih langsung merubah suasana. Naya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kok nggak pake fotografer luar, Buk?
"Saya punya banyak mahasiswa yang berbakat. Kenapa harus pakai orang luar?" Setelah itu Bu Ningsih berbalik pergi meninggalkan Naya yang lagi-lagi terdiam. Dia selalu merasa kagum dengan Bu Ningsih, pantas saja wanita itu menjabat sebagai kaprodi jurusannya.
***
Rezal mendengus saat ponselnya kembali berbunyi. Dia melirik sebentar dan mematikan panggilan yang masuk. Tak lama, ponselnya kembali berdering membuatnya mematikan ponselnya lagi. Rezal melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Seharusnya dia sudah berada di restoran saat ini, namun entah kenapa kursi kantornya jauh lebih nyaman untuk diduduki sekarang.
Perlahan dia meraih tas dan berdiri, bersiap untuk pulang. Dia harus menyiapkan telinga akan omelan ibunya yang terus menghubunginya sejak tadi siang.
Dia keluar dari ruangan yang bertuliskan 'Manager Humas' itu dan mendapati beberapa karyawannya masih berada di kantor.
"Kenapa belum pulang?" tanya Rezal menuju salah satu meja karyawannya.
"Lagi lanjutin edit, Pak. Sekalian nemenin Mbak Fira yang lagi buat Press Release," jawab Jedi, selaku editor foto dan video di departemen humas.
Rezal beralih pada Fira dengan kening yang berkerut, "Suami kamu nggak protes, Fir?"
"Nggak, Pak. Dia kan lagi di luar kota." Fira tertawa pelan.
"Pak Rezal mau pulang?" tanya Raga, salah satu karyawan yang tampak bersantai dengan gitar di pangkuannya.
"Iya."
"Padahal mau saya ajak live instagram. Saya kan mau pansos, Pak."
Rezal tersenyum tipis mendengar itu. Dia mengeluarkan tiga lembar uang dari dompetnya dan meletakkannya di atas meja, "Ini, buat beli makanan sambil nemenin lembur."
"Alhamdulillah, Pak Rezal peka!" Jedi mengusap tangannya senang.
"Kalau gitu saya pulang dulu."
"Iya, Pak. Hati-hati," sahut karyawannya kompak.
Salah satu hal yang membuatnya betah di kantor adalah karyawannya. Sengaja Rezal memilih karyawan yang masih muda dan selalu bersemangat karena divisi humas sendiri membutuhkan energi positif setiap saat. Bertemu dengan tamu penting perusahaan setiap hari tentu membutuhkan kegesitan dalam bekerja. Maka dari itu dia berusaha untuk membuat suasana divisinya menjadi santai dan hangat, seperti keluarga agar karyawannya merasa nyaman.
***
Rezal memasuki rumahnya yang tampak sepi. Mungkin orang tuanya sudah berada di kamar sekarang. Itu yang dia inginkan memang, setidaknya dia harus menghindari ibunya lagi kali ini.
"Rezal Mahesa!" Suara menggelegar itu menghentikan langkah Rezal yang akan menaiki tangga. Dia memejamkan mata sebentar dan berbalik untuk melihat Ibunya yang tengah menatapnya marah."Kamu ini ya! Kenapa nggak pernah nurut sama Mama?!"
Rezal berdecak pelan, jika tidak ingat wanita di hadapannya itu adalah Ibunya tentu dia akan berbalik pergi menuju kamarnya.
"Aku nggak suka sama Wulan, Ma."
Wajah Ibu Rezal semakin memerah mendengar itu, "Terus sukanya sama siapa? Joko? Sadili?!"
"Aku masih suka yang empuk-empuk, Ma." Rezal menjawab malas.
"Makanya Mama kasih Wulan, dia juga empuk!"
"Tapi aku nggak suka, Ma. Udah ya, Rezal capek."
Setelah itu, dia benar-benar berlalu ke kamarnya. Tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu, Rezal menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Apa salahnya belum nikah?" Tangannya memijat keningnya pelan, "Bisa aja jodohku masih disayang sama orang lain."
***
TBC
Seperti layaknya genangan air, kehidupan Betty berlangsung dengan tenang. Semua berjalan baik sampai peristiwa berdarah terjadi yang membuatnya harus menemui Aldric, seorang pembunuh bayaran yang berhati beku. Pertemuan pertama mereka berhasil membuat desiran aneh pada tubuh Aldric. Pria itu menginginkan Betty. Banyak rintangan yang mengganggu kisah indah Betty dan Aldric. Seseorang yang menghancurkan hidup mereka di masa lalu ternyata menginginkan Betty. Aldric tidak akan tinggal diam. Betty adalah miliknya dan selamanya akan begitu. Bisakah Betty dan Aldric serta teman-temannya menghancurkan manusia benalu yang menghancurkan hidup mereka? "Ada dua hal yang aku sukai di dunia ini. Darah dan dirimu." - Aldric Halbert *** Viallynn
Sekarang Cindy paham kenapa hidupnya selalu berjalan dengan baik meskipun selalu kekurangan. Itu semua tidak lepas dari Mr. Auredo yang selalu menjaganya dari jauh, tapi semua kenyamanan itu hilang ketika Chris menggantikan posisi ayahnya untuk menjaga Cindy. Chris memang menjalankan tugasnya dengan baik, tapi dengan keegoisan yang tinggi apakah Cindy masih bisa bertahan? "Kau lebih mirip iblis dari pada malaikat." - Madeline Cindy "Seharusnya aku menghukummu karena bicara seperti itu, tapi kali ini akan kumaafkan karena memang aku lebih menyukai iblis dari pada malaikat." - Christopher Auredo *** Viallynn
Coba bayangin gimana rasanya ditaksir sama duda? Iya duda. Itu yang gue rasain sekarang. Bisa-bisanya cowok kalem kayak dia suka sama cewek aneh kayak gue? Pingin banget gue lari, tapi ada buntutnya yang bikin nggak jadi. Bukannya gue nggak mau, tapi gue masih unyu. Nggak lucu kalo gue bener jadi sama si duda, bisa-bisa gue ikutan tua. Untung banyak duitnya, kalo nggak ya babai aja. "Lamaran saya diterima nggak?" "Tapi nanti kasih saya bayi yang lucu ya, Pak?" "Gampang, nanti kita buat." *** Viallynn
Kehidupan seorang Ana berubah ketika dia terlibat masalah dengan pengusaha yang menjadi pembicara di acara seminar kampus. Bukan keinginannya untuk berurusan dengan pria menyebalkan itu, namun entah kenapa pria itu malah berusaha untuk menambah masalah sehingga mau tidak mau Ana harus sering berjumpa dengannya. Tanpa Ana sadari bahwa pria itu adalah pria yang ditunggunya selama ini. Pria yang mengisi hatinya. Bertahun-tahun tidak bertemu membuat Ana lupa akan rupa pria itu. Harapan Ana berbanding terbalik dengan kenyataannya. Pria itu muncul dengan sifat dinginnya yang membuat Ana kesal, namun tidak bisa dipungkiri jika Ana begitu memuja pria itu. Begitu banyak masalah yang menimpa hubungan mereka. Teror-teror bermunculan untuk menghancurkan mereka. Apakah mereka bisa mengatasi masalah itu dan terus bertahan? *** Viallynn
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.