/0/2948/coverbig.jpg?v=8d634d9ded1afc4c2e43d2532b33f7e8)
Sekarang Cindy paham kenapa hidupnya selalu berjalan dengan baik meskipun selalu kekurangan. Itu semua tidak lepas dari Mr. Auredo yang selalu menjaganya dari jauh, tapi semua kenyamanan itu hilang ketika Chris menggantikan posisi ayahnya untuk menjaga Cindy. Chris memang menjalankan tugasnya dengan baik, tapi dengan keegoisan yang tinggi apakah Cindy masih bisa bertahan? "Kau lebih mirip iblis dari pada malaikat." - Madeline Cindy "Seharusnya aku menghukummu karena bicara seperti itu, tapi kali ini akan kumaafkan karena memang aku lebih menyukai iblis dari pada malaikat." - Christopher Auredo *** Viallynn
Madeline Cindy, gadis tangguh berusia 20 tahun yang mengambil banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menjadi tulang punggung keluarga sudah menjadi suatu keharusan untuknya. Cindy harus mengumpulkan banyak uang untuk operasi kaki Ibunya yang lumpuh karena kecelakaan.
Hidup di kota besar seperti New York sangatlah sulit. Kau harus bisa memutar otak jika tidak ingin tidur di pinggir jalan dan meminta belas kasihan dari orang lain. Cindy bersyukur jika Caleb mendapatkan beasiswa untuk sekolah menengah atas sehingga dia tidak perlu bingung dengan biaya sekolah adiknya itu.
Pernah terbesit rasa iri yang Cindy rasakan ketika melihat orang lain bisa tertawa dan membelanjakan uang mereka tanpa khawatir. Seperti remaja pada umumnya, dia juga ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi tapi Cindy harus mengubur semua mimpi itu. Sekarang bukan saatnya dia memikirkan dirinya sendiri karena yang terpenting adalah Ibunya. Cindy ingin Ibunya bisa kembali berjalan sehingga wanita itu tidak perlu meminta Caleb mengantarnya ke gereja untuk mendoakan suaminya yang telah tenang di alam sana. Cita-cita yang cukup sederhana tapi sangat sulit untuk diraih.
"Bisakah kau memindahkan pot itu ke depan, Cindy?" Tunjuk Bibi Jane pada dua pot yang berisi bunga mawar.
"Baik, Bibi Jane," ucap Cindy mengangkat dua pot itu bersamaan dan membawanya ke luar toko. Diletakkannya pot itu dengan rapi agar dapat menarik perhatian pelanggan.
"Cantik sekali bunga ini." Cindy tersenyum sambil menyentuh kelopak mawar putih yang terlihat segar.
"Kau bisa membawa bibit ini dan menanamnya di rumah nanti," ucap Ron sambil memindahkan bibit mawar ke dalam pot yang lebih besar.
Cindy tertawa dan menggelengkan kepalanya pelan, "Percuma, Ron. Tidak ada yang merawatnya nanti."
"Kau bisa menyuruh Caleb."
Cindy berdecak, "Pria itu hanya mencintai bola basket. Aku tidak rela jika bunga ini akan layu begitu saja."
"Setidaknya cintanya kepada bola basket membawa keberuntungan, bukan?"
Cindy mengangguk membenarkan ucapan Ron. Jika bukan karena basket, adiknya itu tidak akan bisa mendapatkan beasiswa. Cindy bersyukur saat menemukan nama Caleb di daftar calon murid penerima beasiswa, biar bagaimanapun juga dia ingin adiknya mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Cindy mengalihkan pandangannya pada kafe yang berada di seberang toko. Terlihat banyak anak muda yang sedang tertawa bahagia di sana. Rasa sedih kembali menghampiri Cindy. Seharusnya dia bisa berada di sana dan berkumpul dengan temannya jika Ayahnya tidak pergi meninggalkannya. Dia juga pasti bisa bersekolah di sekolah desain impiannya.
"Kedipkan matamu." Ron menjentikkan jarinya di samping Cindy.
Gadis itu hanya tersenyum kecut. Dia tahu jika Ron akan mengomelinya lagi karena memandang kumpulan anak muda itu dengan tatapan iri. Namun hal itu tidak bisa dicegah. Jauh di dalam hatinya, Cindy ingin merasakan itu semua, menikmati masa mudanya.
"Aku bosan mengomelimu Cindy." Ron mendesah kecewa.
Cindy tertawa dan memukul bahu Ron pelan, "Aku hanya memandang mereka, Ron. Apa salahnya?"
"Kau menatap mereka seolah ingin mencuri tas mereka, kau tahu?!"
"Aku tidak!" Cindy dengan cepat mengelak dan berlalu masuk ke dalam toko.
Ron mengikuti Cindy dan menemukan Bibi Jane yang sedang duduk di balik meja kasir. Kaca mata yang terpasang di matanya menandakan jika wanita paruh baya itu sedang membaca majalah favoritnya.
"Aku bisa membawamu ke kafe nanti malam jika kau mau, aku yang traktir." Ron kembali menghampiri Cindy dan menyenggol bahu gadis itu.
"Kau tahu aku harus menjaga Violet nanti malam."
"Rose masih bekerja di kelab, Cindy?" tanya Bibi Jane sambil melepas kaca matanya.
"Masih, Bi."
"Kenapa tidak bekerja saja di sini?" tanya Ron bingung.
"Dia sudah punya anak, Ron. Biaya sekolah tidaklah murah," sahut Cindy.
"Ron kan memang bodoh! Jadi dia tidak tahu bagaimana sulitnya mencari uang," ucap Bibi Jane menghina keponakannya. Dia berdiri dari kursi dan berjalan ke luar toko untuk menghampiri pelanggan yang sedang melihat-lihat bunga di luar toko.
"Jika aku tidak tahu, aku tidak mungkin bekerja denganmu Bi!" ucap Ron tidak terima saat Bibinya selalu saja menghinanya.
"Seharusnya kau bisa memanfaatkan gelar arsitekmu, sayang sekali jika tak berguna." Cindy tertawa dan ikut memojokkan Ron.
"Kau juga!" Ron mendelik dan mendengus tidak suka, "Bisakah kau ijin nanti malam? Aku benar-benar ingin mengajakmu ke kafe."
"Tidak bisa, Ron. Rose sudah mengatakannya jauh-jauh hari. Dia juga memintaku untuk menginap."
"Sayang sekali wanita secantik Rose harus bekerja menjadi wanita panggilan. Aku yakin jika dia mendaftar menjadi model Victoria Secret dia akan mejadi angel tercantik."
"Well, hidup memang keras," ucap Cindy menepuk bahu Ron dan meninggalkannya untuk membantu Bibi Jane.
***
Chris menatap gundukan tanah yang berisi jasad Ayahnya dengan diam. Suara tangisan dari Neneknya tidak membuat Chris terganggu sedikitpun. Tidak, dia tidak menangis. Hanya saja matanya sedikit memerah, oleh karena itu dia harus menutupinya dengan kaca mata hitam.
Chris menggaruk hidungnya yang gatal dan tanpa diduga Anton langsung memberikannya selembar tisu. Chris menatap tisu yang ada di hadapannya itu dengan bingung.
"Aku tidak menangis, bodoh!" Chris menghempaskan tangan asistennya dan membuat tisu itu terjatuh. Anton hanya berdehem pelan dan mengambil tisunya.
"Sampai kapan kita akan berada di sini?" tanya Chris pada Anton dengan berbisik.
"Saya tidak tahu, Tuan. Kita harus menunggu Mrs. Auredo untuk pulang."
Chris menghela nafas panjang dan menatap Neneknya yang masih menangisi kepergian anaknya. Jangan katakan Chris durhaka karena tidak merasakan simpati sedikitpun atas kematian Ayahnya. Dia tidak dididik seperti itu. Tentu saja dia sedih, serangan jantung yang menyerang Ayahnya benar-benar tidak terduga. Kini dia hanya sendiri sekarang. Kedua orang tuanya telah bahagia karena bisa berkumpul kembali di surga.
Surga? Apa kau yakin Chris?
"Nek, kita harus pulang." Chris menghampiri Neneknya yang masih menangis sambil mengelus batu nisan.
"Ayahmu, Chris. Kenapa dia meninggalkan Nenek sendiri?" Anton dengan sigap memberikan selembar tisu pada Mrs. Auredo yang dengan cepat diambilnya.
"Takdir, Nek. Mungkin Ayah merindukan Ibu."
Mrs. Auredo berdiri dan mengusap air matanya. Dia menatap cucunya dengan serius. Disentuhnya bahu kekar Chris dan menepuknya pelan, "Kau jangan pergi meninggalkan Nenek, ya? Kau akan tahu akibatnya nanti."
Chris memutar matanya jengah, untung saja dia memakai kaca matanya saat ini sehingga Neneknya tidak akan menyadarinya. Mau tidak mau Chris mengangguk agar dia bisa cepat pulang dari makam mengerikan ini. Chris berjalan di samping Neneknya yang berjalan dengan bantuan tongkat. Kesehatan wanita itu menurun akhir-akhir ini. Anton masih setia mengikutinya di belakang.
"Kau akan pulang ke rumah, Chris?" tanya Mrs. Auredo.
"Tidak, Nek."
"Kenapa? Apa kau tidak ingin menemani Nenek?"
"Bukan begitu, hanya saja aku ada rapat besok pagi," ucap Chris mencari alasan.
"Nenek sekarang sendiri, Ayahmu tidak ada Chris." Chris memutar matanya lagi. Tentu saja Ayahnya tidak ada karena pria itu akan tidur di dalam tanah mulai dari sekarang.
"Nenek bisa menghubungi Lexa." Tiba-tiba Chris teringat dengan wanita yang menjadi tunangannya itu.
"Kau lupa? Lexa sedang berada di Miami sekarang."
"Untuk apa?"
"Tunangan Anda sedang berlayar di yacht bersama teman-temannya, Tuan," ucap Anton membuka mulut.
Mrs. Auredo dan Chris menghentikan langkahnya saat mendengar penjelasan dari Anton. Anton langsung gugup begitu dia menerima tatapan tajam khas Auredo itu.
"Dari mana kau tahu?" tanya Mrs. Auredo kembali melanjutkan langkahnya.
"Tadi pagi Nona Lexa memberi tahu saya karena ponsel Tuan tidak aktif."
"Kau harus terus mengaktifkan ponselmu, Chris. Jangan membuat Lexa sedih."
"Kenapa kau masih menyukainya, Nek? Padahal dia tidak datang di pemakaman Ayah." Chris tidak habis pikir kenapa dia mau menerima permintaan Neneknya untuk bertunangan dengan Lexa.
"Anggap saja dia sedang bekerja." Mrs. Auredo menepuk bahu Chris pelan dan berlalu untuk masuk ke dalam mobilnya.
Chris hanya diam menunggu mobil itu berlalu pergi. Setelah menghilang dari pandangannya, dia berbalik menatap Anton yang ada di belakangnya.
"Katakan Anton, katakan bagaimana caranya agar aku bisa menjauh dari Lexa?"
Anton terlihat berpikir tapi kemudian dia menggeleng, "Tidak ada, Tuan."
"Dasar tidak berguna!" umpat Chris kasar dan berlalu masuk ke dalam mobil.
Seharusnya Chris tahu jika Neneknya akan melakukan segala cara untuk dapat mengatur hidupnya. Entah apa saja yang wanita itu inginkan, Chris tidak bisa menolak. Jika orang yang tidak mengenal Neneknya pasti akan beranggapan jika wanita tua itu terlihat sangat rapuh dan sama seperti orang tua lainnya. Namun semua itu tidak benar, kelicikan yang dia punya juga berasal dari Neneknya.
Bisnis bukanlah sesuatu yang bersih. Jika ingin berkuasa maka harus melakukan segala cara untuk mendapatkannya, meskipun dengan cara terlarang sekalipun. Itu yang diajarkan keluarga Auredo kepadanya. Chris tidak menyesal dilahirkan dalam keluarga ini karena dia bisa mendapatkan segala hal yang dia inginkan dengan sangat mudah.
"Apa jadwalku setelah ini?" Chris menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan memijat keningnya pelan.
"Jadwal Tuan setelah ini adalah bertemu dengan Mr. Ronald untuk pembacaan surat wasiat."
"Surat wasiat?" Chris bertanya bingung.
"Iya, Tuan. Mr. Ronald sudah membuat janji semalam." Chris hanya mengangguk paham.
"Di mana?"
"Di kantor Mr. Ronald."
Chris kembali mengangguk dan mengambil ponselnya di saku jas. Dinyalakannya ponselnya yang dia matikan sejak semalam. Begitu menyala, banyak sekali notifikasi yang masuk dan yang paling mendominasi adalah Lexa, tunangannya.
Chris membuka pesan terakhir dari Lexa dan membacanya. Dia mendengus begitu wanita itu hanya menyampaikan maaf karena tidak bisa hadir ke pemakaman Ayahnya karena sedang berada di tengah laut. Alasan konyol itu membuat Chris semakin yakin jika Lexa hanyalah wanita bodoh yang hanya bisa berfoya-foya. Hilang sudah respek Chris terhadap wanita itu.
"Oh iya, Tuan. Mr. Ronald berkata jika Tuan harus merahasiakan pertemuan ini kepada siapapun."
Dahi Chris berkerut bingung, "Nenek tidak ikut dalam pembacaan wasiat?"
"Tidak, Tuan."
"Apa mungkin ada sesuatu yang rahasia, Anton?" gumam Chris menanyakan isi pikirannya.
"Bisa jadi, karena Mr. Ronald mengundang Anda secara personal."
Chris memejamkan matanya dan berpikir. Kehidupannya akan berubah mulai dari sekarang. Dia harus bisa memegang banyak perusahaan sekaligus. Meskipun perusahaan itu milik keluarga, tapi menjadi cucu satu-satunya keluarga Auredo tentu tidaklah mudah. Siapa lagi jika bukan dirinya yang akan mengurus semuanya.
Neneknya? Pftt yang benar saja!
***
TBC
Seperti layaknya genangan air, kehidupan Betty berlangsung dengan tenang. Semua berjalan baik sampai peristiwa berdarah terjadi yang membuatnya harus menemui Aldric, seorang pembunuh bayaran yang berhati beku. Pertemuan pertama mereka berhasil membuat desiran aneh pada tubuh Aldric. Pria itu menginginkan Betty. Banyak rintangan yang mengganggu kisah indah Betty dan Aldric. Seseorang yang menghancurkan hidup mereka di masa lalu ternyata menginginkan Betty. Aldric tidak akan tinggal diam. Betty adalah miliknya dan selamanya akan begitu. Bisakah Betty dan Aldric serta teman-temannya menghancurkan manusia benalu yang menghancurkan hidup mereka? "Ada dua hal yang aku sukai di dunia ini. Darah dan dirimu." - Aldric Halbert *** Viallynn
Coba bayangin gimana rasanya ditaksir sama duda? Iya duda. Itu yang gue rasain sekarang. Bisa-bisanya cowok kalem kayak dia suka sama cewek aneh kayak gue? Pingin banget gue lari, tapi ada buntutnya yang bikin nggak jadi. Bukannya gue nggak mau, tapi gue masih unyu. Nggak lucu kalo gue bener jadi sama si duda, bisa-bisa gue ikutan tua. Untung banyak duitnya, kalo nggak ya babai aja. "Lamaran saya diterima nggak?" "Tapi nanti kasih saya bayi yang lucu ya, Pak?" "Gampang, nanti kita buat." *** Viallynn
Kehidupan seorang Ana berubah ketika dia terlibat masalah dengan pengusaha yang menjadi pembicara di acara seminar kampus. Bukan keinginannya untuk berurusan dengan pria menyebalkan itu, namun entah kenapa pria itu malah berusaha untuk menambah masalah sehingga mau tidak mau Ana harus sering berjumpa dengannya. Tanpa Ana sadari bahwa pria itu adalah pria yang ditunggunya selama ini. Pria yang mengisi hatinya. Bertahun-tahun tidak bertemu membuat Ana lupa akan rupa pria itu. Harapan Ana berbanding terbalik dengan kenyataannya. Pria itu muncul dengan sifat dinginnya yang membuat Ana kesal, namun tidak bisa dipungkiri jika Ana begitu memuja pria itu. Begitu banyak masalah yang menimpa hubungan mereka. Teror-teror bermunculan untuk menghancurkan mereka. Apakah mereka bisa mengatasi masalah itu dan terus bertahan? *** Viallynn
Bagi Rezal Mahesa, masih melajang di usia 32 tahun bukanlah sesuatu yang memalukan. Dia sudah nyaman hidup mulus tanpa lika-liku percintaan yang memuakkan. Pekerjaan yang menjanjikan seharusnya bisa membuatnya berpikir tentang indahnya sebuah rumah tangga. Namun Rezal tidak berniat untuk mencari dan memilih untuk menunggu, membiarkan Tuhan yang menjalankan skenario indah untuk hidupnya. Sampai akhirnya muncul gadis muda yang merupakan mahasiswa magang di kantornya. Meskipun ragu, tapi batu besar di hati Rezal perlahan mulai terkikis. Sikap Naya yang unik, konyol, dan dewasa di satu waktu berhasil membuat hatinya menghangat. Apa Rezal harus menyiapkan gedung pernikahan mulai dari sekarang? *** Viallynn
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.