/0/3002/coverbig.jpg?v=48281c01149747f6e89c536455c452cf)
Lucas mengira ketampanan serta kekayaannya akan membuat semua gadis takluk padanya dengan mudah. Tetapi itu tidak mempan bagi Alexis, seorang gadis yang kebetulan ditemuinya di kelab malam. Lucas bertaruh dengan teman-temannya untuk mendapatkan gadis cuek itu, setidaknya untuk satu malam saja. Namun usaha Lucas mendapatkan penolakan tegas oleh Alexis. Dengan tekad bulat, Lucas terus mengejar Alexis hingga rela membayarnya dengan uang tunai. Alexis justru marah dan menamparnya dengan keras di hadapan semua orang. Kejadian itu meruntuhkan harga diri Lucas yang terkenal. Dia menyimpan dendam kepada gadis angkuh itu dan bertekad untuk membuatnya bertekuk lutut di depan Lucas!
"Katakan padaku, berapa hargamu?" tanya Lucas blak-blakan.
PLAKKK!
Sebuah tamparan sukses mendarat di pipi kirinya.
Alexis berdiri di hadapannya dengan raut wajah marah. Dia tak terima dengan sikap lelaki asing yang kurang ajar itu!
Beraninya dia menawar harga diri Alexis. Dia kira siapa dirinya?
Tiga puluh menit yang lalu, dia datang ke tempat ini untuk menemui seorang temannya, Nayla. Tetapi bukannya bertemu dengan Nayla, dia justru didekati oleh pria-pria tidak beretika ini.
Lucas Dirgantara, seorang pemuda berusia 24 tahun itu adalah pelangan VVIP di kelab malam bernama D'Bars ini. Dia adalah salah satu dari sekian banyak pemuda kaya yang datang setiap malam untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang mereka di sini.
Biasanya dia datang bersama kawan-kawannya yang juga anak orang kaya, untuk minum-minum serta menikmati waktu bersama para gadis cantik. Anggota geng Lucas terdiri dari beberapa orang, enam di antaranya yang paling dekat. Dia dan keenam temannya yang memiliki perilaku sama, suka sekali bermain taruhan dengan para gadis sebagai objeknya.
Seperti malam ini, tak jauh berbeda dengan malam-malam yang lain.
Lucas datang dengan amarah yang menggelegak memenuhi rongga dadanya. Salah seorang temannya, Septian mengulurkan segelas wine kepadanya.
Lucas menerimanya dengan raut wajah cemberut.
"Kenapa lagi?" tanya Septian yang hafal dengan ekspresi wajah Lucas. "Apa kau bertengkar lagi dengan ayahmu? Atau adikmu?"
Lucas menenggak wine itu dalam satu tegukan besar.
"Dua-duanya," jawabnya singkat.
"Baiklah, kalau begitu suasana hatimu pasti sedang memburuk. Aku tahu betul apa yang bisa membuatmu kembali ceria."
Septian menaik-turunkan alisnya dengan genit. Lucas tersenyum geli melihatnya. "Ayo, kita berburu!"
Kedua pria muda itu berjalan ke salah satu meja di dekat bartender, di mana sekelompok pria muda seusia mereka sedang bersenang-senang. Semuanya menyapa Lucas dan Septian ketika mereka datang.
"Kenapa wajahmu murung, Luke? Kau sedang depresi?" gurau seorang temannya.
"Ah, aku benci hidupku!" ujar Lucas dengan tampang berang.
"Kau perlu asupan energi malam ini. Pilihlah salah satu gadis dan bawa dia ke surga, Luke!" ujar salah seorang teman yang lain.
Semua orang nyengir lebar, mengerti maksud ucapan pria itu, termasuk Lucas.
Dia tersenyum membayangkan kesenangan yang akan dia raih malam ini.
"Baiklah, coba tunjukkan mana gadis yang terbaik di sini!" ucap Lucas dengan gaya soknya.
"Bagaimana dengan yang itu?" tunjuk Septian pada seorang gadis yang mengenakan gaun ketat mini berwarna merah.
Lucas menggeleng. "Tidak, dia bukan seleraku. Kalau seleramu tante-tante sih, silahkan saja!" balasnya.
Septian dan yang lain tertawa.
"Bagaimana dengan gadis canrik berambut pendek di sebelah sana itu? Wajahnya mulus dan seksi."
"Hei, lihat! Dia menoleh malu-malu ke sini. Kurasa dia juga menyukaimu, Luke!"
Lucas menenggak segelas wine tambahan.
"Gadis itu memang cantik, tapi aku tak suka dengan sikapnya yang jual murah. Aku ingin seorang gadis yang unik dan berbeda. Seorang gadis yang akan membuat gairahku semakin membara karena sikapnya."
Septian menatap sahabatnya dengan heran. Dia bingung tak memgerti tipe gadis seperti apa yang diinginkan oleh Lucas.
"Ah, aku akan pergi membeli sebotol wine lagi," kata Lucas sembari bangkit berdiri.
Dia menuju ke meja bartender untuk memesan sebotol wine.
"Wine putih, please!" ucap Lucas dan seorang gadis bersamaan.
Keduanya menoleh, saling tatap dengan aneh. Lucas berkedip, merasakan suatu sensasi menyenangkan.
Wajah gadis itu begitu cantik, dengan dandanan gotik dan make up yang menarik.
"Ini dia," ucap sang bartender mengulurkan sebotol wine.
"Terima kasih," ucap Lukas dan gadis itu lagi, secara bersamaan meraih botol wine.
Tangan Lukas dan gadis itu saling tumpang tindih, berebut botol wine.
"Maaf, ini punyaku," klaim Alexis dengan suara datar.
"Oh ya? Tapi kurasa ini milikku," bantah Lucas tak mau mengalah.
"Lepaskan tanganmu, aku akan segera pergi."
Lukas mengeratkan pegangannya pada botol wine, di atasnya ada tangan si gadis yang juga memegang erat.
"Tidak bisa. Ini milikku."
Alexis memicingkan matanya tak suka.
"Aku datang lebih dulu dan memesan," ucapnya.
"Wah, kurasa kau salah, Nona. Kita datang bersamaan dan memesan bersamaan juga."
Si bartender menatap mereka berdua dengan bingung. Tadinya dia berpikir mereka berdua adalah pasangan, sehingga dia hanya memberikan sebotol wine.
"Apakah Anda berdua ingin sebotol wine yang sama? Ini dia."
Si bartender mengeluarkan botol wine yang lain..
"Tidak!" jawab mereka serempak. Keduanya saling tatap dengan sengit.
"Ini milikku. Kau bisa ambil yang lain," ujar Alexis.
"Aku tak menginginkan yang lain. Aku ingin yang ini," sergah Lukas lagi, masih tetap kekeh ada pendiriannya.
"Kau keras kepala sekali!"
"Hei, dengar, kalian berdua-"
"DIAM!" bentak Lukas dan Alexis.
Si bartender yang berusaha melerai itupun akhirnya terbungkam.
"Baiklah, kalau begitu," kata Alexis pada akhirnya.
Dia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Lukas dan botol wine.
"Aku akan mengambil botol yang ini. Ini uangnya," ujarnya seraya berjalan pergi.
Tapi Lukas berdiri di tempatnya dengan perasaan senang. Buruannya datang!
Akhirnya dia menemukan seorang gadis yang berbeda. Dia dapat merasakan kehangatan pada sentuhan tangan gadis itu. Dia menginginkan gadis itu untuk menemaninya malam ini!
"Hei, tunggu!" teriak Lukas memanggil.
Si gadis berbalik menoleh. "Apa?"
"Siapa namamu?" tanya Lukas dengan gayanya yang sok.
Alexis memerhatikan penampilan Lukas dari atas hingga bawah, merasa tak senang dengan sikapnya.
"Bukan urusanmu!"
"Hei!" ucap Lukas seraya meraih lengan kanan si gadis.
"Apa-apaan?"
"Ayo ikut aku ke hotel malam ini. Aku akan memberikanmu kenikmatan yang akan membuatmu lupa daratan!"
Alexis menatapnya dengan kedua mata melebar tak percaya.
"Apa kau bilang?"
"Ya, temanilah aku malam ini. Aku sedang ingin bersamamu."
"Jangan sembarangan bicara!" tukas Alexis pedas. "Aku bukan tipe gadis seperti itu!"
"Oh ya? Ayolah, sebutkan saja berapa hargamu dan akan kuberikan kau uang tunai."
Alexis menepis tangan Lukas dan segera menarik dirinya. "Kau jangan kurang ajar padaku!"
Lukas masih berdiri menatap kepergiannya. Rupanya dia duduk bersama beberapa orang teman perempuan.
Lukas kembali ke tempat duduk teman-temannya. Dia menceritakan perihal kejadian yang baru saja dia alami.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak bisa mengajaknya bersama? Seharusnya gadis itu dapat kau taklukkan dengan mudah, kan?" pancing temannya.
"Apa dia menolakmu begitu saja, Luke?"
"Aku tak percaya bahwa Lukas ditolak seorang gadis begitu saja."
Lucas merasakan emosinya memuncak. "Aku akan mendapatkan dia. Bagaimanapun caranya!" ucapnya penuh tekad.
"Benarkah? Mau taruhan?"
"Seratus juta kalau kau berhasil mendapatkan gadis itu malam ini."
Lukas melemparkan gelasnya ke atas meja dengan penuh semangat. "Deal! Aku akan membawanya ke hotel!"
"Bagus, buru dia dan mangsa selagi bisa!"
Lucas tersenyum licik, membayangkan tubuh gadis cantik itu yang tanpa busana malam ini. Hanya dengan bayangannya saja dia merasa bergairah. Sepertinya malam ini akan menjadi sangat menyenangkan!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?