/0/3030/coverbig.jpg?v=ba67ca0ea1261bbc340f49ec7e3836d5)
Pernahkah kalian berpikir jika yang kita lihat di dalam cermin pada saat kita bercermin itu bukanlah kita, melainkan mereka dari dimensi lain yang ingin menipu kita? Benarkah wajah yang kita lihat di cermin itu wajah kita sendiri? Bukankah kita tak pernah sekalipun melihat wajah kita sendiri secara lansung tanpa media apapun? Inilah yang selalu aku pikirkan pada saat hendak bercermin, bagiku menatap cermin itu adalah sesuatu hal yang amat menakutkan. Lebih tepatnya, semenjak kejadian yang menakutkan yang pernah aku alami maka saat itu juga aku tak pernah lagi menatap cermin. Semuanya mengubah sudut pandangku tentang cermin.
Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu, hari di mana aku akan mencoba mengadu nasib untuk pendidikan di rantau orang.
Semua barang-barang yang aku perlukan sudah dipersiapkan oleh ibuku semenjak dari kemaren, bahkan aku sendiri tak tau jika semuanya sudah dipersiapkan.
"Kalau hidup di negeri orang itu harus berhati-hati, jangan terlalu mudah percaya dengan orang asing, apalagi kamu perempuan yang cantik."
Ibu terus memandangiku seperti anak kecil, meski aku sudah berumur 15 tahun tetapi baginya aku tetaplah anak kecil.
"Dan yang paling penting jangan pacaran! Kakak tidak boleh pacaran sebelum lulus!" Suara yang begitu halus juga mulai terdengar dari dalam kamar.
Aku amat mengenali suara itu, suara Nisa, adikku. Ia tak ingin aku pergi meninggalkannnya sendirian di rumah itu tanpa teman.
Meski ada ayah, ibu dan juga kakakku tetapi ia hanya dekat denganku saja. Bahkan ia tak pernah bermain bersama dengan kakakku.
Entah apa yang telah terjadi dengan kakakku itu semenjak aku melihatnya bicara dengan makhluk aneh pada malam itu.
Ia begitu marah padaku saat ia melihatku sudah berada di belakangnya, dan aku sendiri tak dapat lagi melihat makhluk aneh itu.
Padahal dulunya kami adalah saudara yang paling akrab, banyak orang yang ingin memiliki saudara seperti kami.
"Apa lagi yang kamu pikirkan?" Ayah datang dengan sejuta senyuman yang ia bawakan untuk kami.
Aku hanya menggelengkan kepala saja, tak ingin mengatakan banyak hal mengenai apa yang sedang aku rasakan saat ini.
Selama ini mereka tak pernah tau jika aku dan kakaku tak lagi saling bicara kecuali jika dihadapan mereka.
Sudah berkali-kali aku mencoba untuk bicara dengannya dan berjanji takkan pernah mengatakan kepada siapun tentang makhluk itu.
Meski begitu, ia tak pernah menjawab pertanyaanku, ia hanya meminta supaya aku tak pernah masuk ke dalam kamarnya tanpa seizin darinya.
"Aku pasti akan sangat merindukan kalian semua nantinya." Aku mulai beranjak dari tempat dudukku untuk lebih dekat dengan mereka.
Keduanya hanya tertawa melihat tingkahku, aku sendiri tak tau apa yang aneh dengan sikapku kali ini.
"Kalau dia seperti ini terus bisa-bisa kita tidak punya menantu nantinya." Ayah tertawa melihat ke arahku.
Begitu pula dengan ibu, ia sangat senang sekali jika mengejek anaknya sendiri. Apalagi jika sudah berurusan dengan laki-laki.
"Aku nggak akan nikah sebelum kalian bahagia."
Aku benar-benar serius dengan apa yang aku katakan pada saat ini, aku hanya ingin mereka bahagia sebelum aku menikah nantinya.
"Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan kami juga." Ibu mulai mengelus-elus rambutku layaknya seperti anak kecil.
Semua itu tak masalah bagiku, aku selalu ingin untuk menjadi anak kecil yang akan selalu mereka manjakan seperti ini.
"Dira, kakak kamu mana?" Ayah mulai memperhatikan sekeling.
Ibu menjelaskan jika kakak masih sibuk di kamarnya untuk mengerjakan tugasnya, karena itulah ia ada di sini bersama yang lainnya.
Ayah menyuruhku untuk memanggil kakak yang berada di kamarnya, tanpa berpikir panjang lagi aku segera melangkah menuju ke kamarnya.
Aku berpikir jika sekarang adalah saatnya bagiku untuk bisa memperbaiki hubunganku dengannya. Aku rindu masa-masa indah berdua.
Jarak kamarnya dengan ruangan keluarga sangatlah jauh, ia lebih memilih gudang untuk dijadikan kamarnya setelah dibersihkan.
Do'a demi do'a telah aku ucapkan, aku benar-benar berharap jika hari ini aku bisa berdamai dengannya seperti dulu.
Hari ini jugaa aku akan pergi, hanya dia yang bisa aku percaya untuk membuat ayah dan ibu bahagia seperti yang aku inginkan.
"Kak, ayah dan ibu memanggil kakak!" Aku mulai mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Rasanya amatlah berbeda, pada saat aku berada di depan kamarnya rasaya aku sedang berada di tempat yang tak aku kenali.
"Kak, ayo keluar!" Ayo kembali memanggilnya.
Tak ada jawaban yang aku dapatkan, aku mencoba untuk lebih mendekatkan telingaku ke arah pintu itu.
Sama saja, tak ada suara yang keluar dari kamar itu, hanya pinggangku yang mulai terasa sakit, sudah seperti orang tua saja.
"Kakak ada di dalam atau tidak?" Aku kembali bertanya untuk memastikan.
Tak ada jawaban, aku bahkan tak mendengar jika ada tanda-tanda kehidupan yang berasal dari kamar itu.
Berkali-kali aku mencoba untuk memanggilnya, mulai dari nada yang rendah hingga nada yang tinggi.
Lelah menunggu di depan pintu itu saja tanpa mendapatkan sebuah jawaban, aku mencoba untuk masuk ke sana.
Ceklek....
Aku mulai membuka pintu dengan dada yang berdebar-debar, keringat dingin mulai bercucuran di wajahku.
Tanganku mulai gemetaran, mulutku tak lagi bisa bicara dan hanya mataku yang masih menatap apa yang baru saja aku lihat.
Semuanya seakan hanyalah mimpi buruk, aku bahkan mencoba untuk menampar tanganku sendiri dan memastikan jika ini hanyalah mimpi saja.
Plak....
Sakit dan perih, itulah yang aku rasakan. Aku semakin merasa gemetaran saat menyadari semua ini tidaklah mimpi buruk melainkan kenyataan buruk.
Di depanku sudah berjejer cermin dengan ukuran yang sangat yang sangat besar, setiap cermin memantulkan bayangan yang berbeda.
Mulai dari bayangan yang nampak indah hingga bayangan yang terlihat sangat menakutkan lagi menyeramkan.
Aku semakin terkejut pada saat melihat salah satu cermin yang memperlihat makhluk yang dulu pernah aku lihat bicara dengan kakak.
Telingaku juga terasa sakit, aku tak lagi bisa mendengar apapun yang berada di sekitarku untuk saat sekarang ini.
Aku benar-benar panik dan ketakutan, aku mencoba untuk melangkah mundur namun yang terjadi malah sebaliknya.
Kakiku tanpa kusadari dan kuinginkan mulai bergerak ke arah bayangan makhluk itu, aku semakin tak bisa berbuat apa-apa.
"Jangan!" Aku segera berteriak pada saat bayangan itu menarik tanganku dan hendak memasukkanku ke dalam cermin itu.
Aku terus berusaha untuk melepaskan tanganku dari bayangan yang nampak menyeramkan itu, tetapi ia lebih kuat dariku.
"Tolong!" Aku masih berusaha untuk meminta tolong dan hanya bisa berharap jika ada orang yang akan menolongku.
Di samping cermin itu, terlihat kakakku yang hanya tersenyum dan menyuruh bayangan itu terus menarikku masuk ke dalam.
"Tolong!" Aku kembali berteriak diantara sisa tenagaku yang masih tertinggal sedikit.
"Dira! Bangun Dira!" Aku merasa ada seseorang yang menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Dira, bangun!" Perlahan suara itu semakim jelas aku dengar, dan aku coba untuk melihat ke sekelilingku.
"Kamu mimpi buruk lagi? Kami semua cemas melihat kamu." Ibu mulai memelukku.
Aku juga ikutan menangis namun juga merasa sangat beruntung karena apa yang baru saja aku alami hanyalah sebuah mimpi.
Ibu memintaku untuk segera mencuci muka dan mempersiapkan keberangkatanku untuk belajar di luar kampung ini.
Tanpa berpikir panjang lagi aku lansung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menghilangkan semua mimpi buruk itu.
"Apa kabar Dira?" Aku terperanjar ketakutan pada saat sesosok muncul di depan cermin kamar mandiku.
Wira menemui pacarnya yang ia kenal secara online, ia berpikir jika pacarnya itu amat menyayanginya, tetapi ternyata...
Semua harapan yang pernah ada dihancurkan oleh kebodohannya sendiri, penghianatan dari pacarnya membuat gadis yang bernama Maria harus menahan derita. Ia hamil tanpa seorang suami dan hal itu membuat kedua orang tuanya meninggal karena tak sanggup lagi mendengarkan perkataan orang lain.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...