/0/3620/coverbig.jpg?v=0709970bfecd1f5fe412002907769292)
Jesica Maharani Dirgantara gadis cantik lulusan salah satu Universitas terbaik di New York, dirinya pernah mengalami kejadian yang membuatnya hampir saja menjadi korban pelecehan membuatnya menderita, dirinya perlu waktu selama satu tahun untuk bisa beradaptasi kembali dengan lingkungan. Setelah sembuh dari traumanya Jesica pulang ke Indonesia dan bertemu malaikat penolongnya ketika kejadian naas saat di New York. Jesica mengejar pemuda yang ternyata bernama Jacob Adiaksa Wiratama, mencoba mendekati dan mendapatkan cinta dari malaikat penolongnya tapi yang di dapat Jesica justru penolakan dari Jacob bahkan tak jarang Jacob berkata tak pantas padanya. "Aku hanya menginginkan malaikat penolongku yang jadi suamiku kelak dan itu kamu!" Jesica Maharani Dirgantara "Pergilah sejauh mungkin jika perlu ke ujung dunia dan jangan pernah kembali lagi, kau selalu membuatku risih!" Jacob Adiaksa Wiratama. Seperti apakah nanti perjalanan mereka berdua? Ikuti selengkapnya di Look at Me My Hero!
Episode 01
Uhuk...
"To ... to ... tolong ...." lirih seorang gadis yang sudah terlihat babak belur, dirinya dikerumuni lima berandalan berbadan tinggi besar serta bau alkohol yang menyengat. Jangan lupakan tato serta anting yang mereka pakai membuat kesan sangar semakin terasa.
Tawa kelima berandal itu semakin menggema melihat gadis yang mereka culik di persimpangan jalan tadi terlihat sudah lemah tidak berdaya, bahkan wajah juga tubuhnya penuh memar akibat perlakuan kasar mereka karena gadis tersebut terus saja berontak mencoba melarikan diri.
Tapi sekeras apapun usaha yang dilakukan gadis itu tetap saja percuma, dirinya hanya seorang wanita melawan lima berandalan tentu saja membuatnya kalah, seperti menggali kubur sendiri.
Mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaga gadis itu berteriak untuk meminta pertolongan, dalam hati dirinya berdoa semoga saja tuhan kirimkan malaikat untuk menolongnya atau ada orang yang mungkin saja kebetulan lewat sana dan meminta bantuan penduduk setempat.
"Tolong, jangan sakiti aku! Aku mohon ...." lirih gadis tersebut di tengah rasa sakitnya tapi sepertinya orang-orang yang ada didepannya memang tidak peduli akan permohonan gadis itu.
Kelima berandal itu merasa geram atas penolakan yang terus saja gadis itu layangkan, hingga satu diantara mereka kembali melayangkan tamparan di pipi gadis itu yang bahkan sudah terlihat lebam membiru.
Gadis itu hanya bisa menangis dalam hati, menjerit meminta tolong juga maaf pada orang-orang terdekatnya.
'Haruskah aku berakhir dengan cara tragis seperti ini tuhan, bahkan aku belum sempat meminta tolong pada Kakak, belum sempat meminta maaf pada Mama juga Papa atas sikapku yang selalu membuat mereka kesal bahkan marah, jika aku harus berakhir dengan lima manusia laknat ini lebih baik aku mati, aku tidak akan sanggup lagi menjalani hidup.' batin gadis tersebut sebelum kemudian dirinya kembali menjerit meminta tolong.
"Tolooonnggg ... siapapun disana tolong aku, tolooonngg ...." Hadiah tamparan selalu dirinya dapatkan saat dia meminta bantuan. Badannya sudah kebas sejak tadi terus mendapatkan kekerasan dari kelima pemuda tersebut. Salah satu diantara mereka mencoba menarik paksa gadis tersebut untuk terlentang sambil sedikit menindihnya, mencengkram pipi lebam hasil karya dirinya juga empat temannya yang lain.
Mereka mencoba memaksa gadis tersebut memuaskan nafsu gila mereka, pemuda yang menekan pipinya secara brutal mencoba menciumnya secara paksa. Namun sebelum semua keinginan pemuda berandal tersebut terlaksana sebuah tendangan mendarat mulus di punggung sang pemuda menyebabkan cengkraman tangannya dari gadis itu terlepas.
Kelima berandal itu murka mihat ada orang yang mencoba menyelamatkan mangsa mereka.
"Siapa kau berani-beraninya mengganggu acara kami, hah?" hardiknya sambil berkacak pinggang dan meludah dengan pongahnya diiringi tawa teman-temannya.
"Cih, sampah masyarakat seperti kalian tidak pantas berkeliaran bebas seperti sekarang." Nada yang terdengar santai juga meremehkan keluar dari mulut pemuda yang tadi menendang punggung salah satu dari kelima kawanan tersebut.
"Apa kau bilang? Jangan kurang ajar!" jawab yang lain merasa terhina disebut sebagai sampah masyarakat. Tanpa banyak berkata lagi kelima berandal tersebut menyerang orang yang baru saja menghina mereka.
Si pemuda dibantu rekannya membalas serangan mereka dengan santai, berandalan tadi tumbang satu persatu karena efek mabuk berat dan juga pukulan yang dilayangkan sosok pemuda yang belum diketahui namanya.
Melihat lawannya sudah tumbang tidak berdaya dirinya menghubungi pihak berwajib, selang tiga puluh menit kelima berandal tadi diringkus aparat keamanan setempat.
Setelah polisi pergi membawa para berandal tadi, si pemuda menghampiri gadis yang masih meringkuk juga gemetar ketakutan, saat tangannya menyentuh tangan si gadis untuk diajak kerumah sakit terdekat dirinya malah mendapati gadis itu berteriak histeris menutup mata juga telinga sambil terus meminta tolong.
"Tolong jangan sakiti saya, tolooonnggg siapapun disana tolong saya!" teriaknya sambil menangis.
"Hei Nona, aku bukan orang jahat. Aku berniat menolongmu, para penjahat tadi sudah pergi sekarang kau aman," ujar si pemuda mencoba menenangkan, perlahan wajah gadis itu mendongak melihat wajah penolongnya. Mata mereka bertemu sedikit lama mata coklat gadis tersebut menatap bola mata hitam milik orang yang sudah menolongnya itu sebelum akhirnya si gadis terkulai lemas tak sadarkan diri.
"Erick, kita bawa dia ke rumah sakit terdekat dari sini," ajaknya sambil menggendong tubuh mengenaskan gadis tersebut terdapat lebam di mana-mana, sudut bibir pecah dan juga beberapa luka goresan.
'Sungguh biadab mereka, memukuli wanita hingga babak belur seperti ini,' gumam pria tersebut membopong tubuh tak berdaya si gadis sambil terus melangkah mendekati mobilnya.
"Kau kenal dia Jack?" tanya rekannya sambil melajukan kendaraan roda empatnya menuju jalan besar untuk mencapai rumah sakit. "Aku tidak tahu, dan aku juga tidak mengenal wanita ini. Tapi beruntung kita tadi lewat sana dan mendengar teriakannya, jika tidak entah bagaimana nasib wanita ini sekarang. Mungkin dia sudah jadi korban pelecehan kelima berandal tadi," tutur pemuda yang disapa Jack tadi.
Setelah menempuh perjalanan tiga puluh lima menit mereka sampai di rumah sakit, Erick turun membukakan pintu mobil untuk Jack yang menggendong gadis naas tersebut.
Selepas semuanya selesai Jack dan Erick pergi karena masih ada urusan. Mereka menyerahkan kelanjutan kabar gadis tersebut pada pihak rumah sakit dan juga kepolisian.
***
Ella baru saja tiba di kamarnya bertepatan dengan ponselnya yang berdering, kabar yang disampaikan oleh polisi sontak saja membuat Ella shock.
"Apaaa ... dimana keponakan saya sekarang Pak?" teriak Ella saat dirinya dihubungi pihak kepolisian mengenai kondisi keponakannya.
Tanpa menunggu lama Ella segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengabaikan peraturan lalu lintas, difikirkan Ella saat ini adalah keponakannya yang sudah dia anggap seperti putri sendiri. Entah bagaimana nanti Ella menjelaskan keadaan Jesica keponakan tersayangnya pada orang tua gadis tersebut.
Sampai di pelataran rumah sakit dirinya berlari ke bagian informasi mencari tahu tempat Jesica dirawat. Setelah mendapatkan informasi Ella bergegas menuju kamar inap Jesica.
Ella membuka pintu perlahan, tidak ingin jika istirahat keponakannya terganggu. Ella berjalan mendekati tubuh Jesica yang terlihat babak belur, bulir bening jatuh di kelopak matanya melihat keadaan Jesica yang terbilang mengenaskan.
Mengusap kasar air matanya Ella duduk di tepi ranjang Jesica, mengelus setiap lebam yang ada di wajah cantik keponakannya. Memandang goresan luka di beberapa bagian, dirinya sungguh pilu jika membayangkan hal buruk apa yang sudah menimpa Jesica hingga bisa seperti itu.
Dirinya memutuskan untuk menghubungi orang tua Jesica, biar bagaimanapun Ella tidak ingin kakaknya yang berada di Indonesia sampai mengetahui kabar ini dari orang lain.
Panggilan terhubung namun tidak diangkat, Ella berdecak kesal pada kakaknya yang sulit dihubungi saat genting seperti sekarang.
'Kakak kemana? Kenapa dia tidak mengangkat teleponku?' gumam Ella, jika di hitung waktu saat ini di Indonesia pasti tengah hari mengingat perbedaan waktu yang cukup jauh antara Amerika dan Indonesia.
Panggilan dijawab setelah tiga kali percobaan. Ella menggigit bibirnya gugup, bingung harus darimana dirinya mulai bercerita karena Ella sendiri tidak tahu detail kejadiannya.
"Kak, bisa nanti sore dari sana berangkat kesini? Atau besok saja jika Kakak sibuk." tuturnya mengawali percakapan. "Ada apa Ella? Apa terjadi sesuatu dengan putriku?" tanya kakaknya merasa penasaran, tidak biasanya Ella menghubungi bahkan saat tengah malam waktu Amerika.
Ella menghela nafas panjang sebelum kemudian berucap, "aku tidak bisa menjelaskannya ditelepon, lebih baik Kakak juga Kakak ipar kesini untuk lebih jelasnya," ujar Ella yang memang bingung dengan keadaan Jesica.
Setelah panggilan berakhir, Ella menjatuhkan tubuhnya diatas sofa yang tersedia di ruangan tersebut. Namun baru saja Ella memejamkan mata dirinya dikejutkan oleh suara teriakan Jesica.
"Tidaaakkk ... tidaaakkk ... tidaaakkk ... aku mohon jangan! Jangan lakukan itu ... jangaaan!" Jesica berteriak histeris sambil menarik rambutnya. Ella yang panik memncet tombol merah disisi ranjang Jesica, tak berapa lama dokter pun datang menyuntikkan obat penenang setelah memeriksa keadaan Jesica.
Dokter tersebut terlihat menghela nafas berat sebelum berucap pada Ella selaku wali dari pasien. "Saya rasa Nona mengalami trauma parah akibat kejadian yang baru saja dia alami."
"Memangnya apa yang terjadi dokter? Saya belum tahu informasi apapun." Ella mengorek informasi dari dokter yang menangani Jesica.
"Saya dengar dari orang yang mengantar Nona tadi ke rumah sakit, jika tadi Nona mengalami pelecehan nyaris saja jadi korban jika tidak ada orang yang menolongnya," tutur sang dokter membuat Ella menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, dia benar-benar terkejut mengetahui apa yang sudah terjadi pada keponakannya hingga gadis itu bisa masuk rumah sakit.
"Lalu apa yang harus kita lakukan dokter?"
"Untuk saat ini biarkan Nona beristirahat, nanti kita bisa melihat lebih lanjut tindakan apa yang harus kita ambil," ujar dokter muda tersebut sebelum kemudian keluar meninggalkan Ella yang sudah berderai air mata.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.