Ocean Tyaga. Ocean yang berarti lautan, dan Tyaga adalah pemberian tuhan. Entah apa yang mendasari ibunya memberikan nama aneh itu padanya. Apa mungkin dia dilahirkan di tengah laut dan menjadi pemberian tuhan yang patut disyukuri, entahlah. pantas saja hidupnya selalu asin. Nama boleh bagus dan terkesan mewah, tapi berbanding terbalik dengan kehidupan nyata Sean. Laki-laki miskin yang rela melakukan apa saja untuk menyambung hidup dia beserta ibu dan adiknya. Prinsip Sean, "yang penting halal."
****
Sairish berjalan santai menuju bangku dibawah pohon beringin puluhan tahun itu. Tujuannya sudah jelas, ingin mendatangi laki-laki serius berwajah datar yang sedang asyik membaca bukunya. bukan tanpa alasan Sairish mendatanginya, dia ingin mengajak laki-laki itu menikah. Ya, menikah!
Kata sepupunya, Mikayla dan kedua sahabatnya, laki-laki bernama Sean itu cukup tampan, tapi Sairish tidak melihat itu. oke, mungkin Sairish yang buta, tidak bisa membedakan mana laki-laki tampan dan mana yang buluk. Di matanya, semua laki-laki itu sama, sama-sama brengsek. Seperti mantan calon tunangannya.
Dan juga, kata Adena yang pecinta cogan, alias cowok ganteng. Sean itu sangat pintar, dia masuk Universitas saja dengan jalur beasiswa, Sean juga tampan, sudah teruji kalau kata Adena, Sean juga cool alias bukan sembarang laki-laki yang gampang di dekati hanya dengan wajah cantik dan body aduhai saja. Dan yang paling penting, ini yang paling penting kata Adena, Sean itu udah suka sama satu cewek anak Manajemen Bisnis yang sekelas dengannya, tapi sayang, orangtua si cewek yang katanya super duper kaya itu tidak setuju. Jadi intinya, cinta terhalang restu. Kalau seandainya Sairish ingin mengajak Sean menikah, dia harus banyak melewati rintangan terjal. Salah satunya, hati Sean.
Sairish tanpa permisi langsung duduk di samping laki-laki itu, membuat si empunya yang sedang asyik membaca buku terjengkit kaget, Sairish yang melihat itu hanya bisa menyengir polos. Sean masa bodoh, dan kembali melanjutkan bacaannya.
Sairish memainkan lollipop yang berada di dalam mulutnya, menimbang-nimbang kalimat apa yang pantas dia utarakan pertama kali dengan laki-laki disebelahnya ini.
Sairish mengetuk dua kali pundak Sean, membuat laki-laki itu kembali kaget. kali ini pandangan ketus yang Sean berikan. Tapi kemudian, dia kembali fokus. Benar-benar kecantikan Sairish tidak berguna dihadapan Ocean Tyaga.
"Bang ..." Gadis itu akhirnya bersuara setelah kode-kodenya dari tadi tidak berhasil membuka mulut Sean untuk bersuara.
Sean menoleh sekilas sambil menaikkan sebelah alisnya, "lo ngomong sama gue?"
Sairish mengangguk dua kali.
"Ada apa?"
"Abang ... mau nikah sama aku, ngga?"
Pertanyaan yang mulus keluar dari bibir mungil seorang Sairish Dayana Malik membuat Sean membulatkan matanya. terlihat sekali raut terkejut dari laki-laki tampan disebelah Sairish ini. Bibirnya terbuka namun kembali tertutup, mungkin dia bingung ingin berkata apa.
"Tenang aja, aku cantik kok. Ngga akan bikin abang malu kalo bawa aku ke kondangan." Sairish menampilkan senyum manisnya, yang kata laki-laki lain sanggup meluluh-lantahkan dunianya.
Tapi sepertinya tidak berguna pada Sean, laki-laki itu masih memasang wajah datar setelah mendengar perkataan Sairish. laki-laki itu memandang Sairish dari atas hingga bawah, lalu kembali ke atas lagi. memandang tepat di kedua bola mata coklat gadis aneh yang tiba-tiba mengajaknya menikah.
"Lo ... gila, ya?"
Sairish menggeleng, "ngga, aku waras kok. Sehat walafiat malah."
"Tapi, gue ngga kenal sama lo. gimana bisa, lo ngajak gue nikah." Sean bertanya heran, masih ada ya orang random di dunia ini, pikirnya.
"Kita akan saling kenal kalo udah nikah kok." Gadis itu masih menjawab santai, seolah tanpa beban sudah mengajak laki-laki random menikah.
"Denger gue gadis kecil." Sean akhirnya memutuskan untuk fokus menghadap gadis yang duduk disampingnya sambil mengemut lollipop itu. 'Bocah' pikir Sean.
"Gue ngga kenal lo, itu yang pertama." Sean mengangkat tangannya karna dia melihat Sairish yang ingin membuka mulut menyanggah perkataan Sean. "Gue belum selesai." Sairish hanya bisa mengangguk pasrah.
"Yang kedua, gue miskin. Gue hidup susah. Kerjaan gue masih serabutan, buat makan sendiri aja susah, apalagi mau kasih makan tambahan satu kepala. Kalo gue lihat, lo bukan cewek yang biasa hidup di tempat kumuh kayak tempat tinggal gue. jadi, sebelum lo nyesel ngajak gue nikah, lebih baik lo cari cowok lain yang selevel sama lo."
"Aku ngga masalah sama semua yang abang sebutin tadi."
sairish masih kekeh, membuat Sean mendengus sinis. Laki-laki itu tersenyum remeh sambil memandang gadis cantik yang masih setia memandangnya sedari tadi.
"Lo yakin mau hidup susah sama gue? kadang sehari lo bisa ngga makan. lo sanggup?"
"Asal abang setia, aku sanggup." Sairish berucap yakin.
"Sinting ...."
"Aku waras kok."
"Ya udah, gue yang sinting!"