/0/4719/coverbig.jpg?v=fc25b76c1d502f9d28df8a3d710735a0)
Marimar seorang gadis pegawai hotel. Kisah hidupnya yang semula normal harus berubah drastis karena seorang lelaki mabuk yang tak dikenal. Sampai akhirnya, ia harus mengandung anak di luar pernikahan. Ketika ia mencari pria tak bertanggung jawab itu, ia mengetahui kenyataan yang lebih pahit bahwa pria itu bukanlah pria lajang melainkan seorang suami dari wanita lain. Bagaimana masa depan Rimar? Akankah ia memberitahu ayah dari janin yang dikandungnya itu atau harus menggugurkannya?
Sebuah tamparan keras dari tangan seorang ayah mendarat di sisi wajahku. Membuat pipi ini panas, rambut berantakan, dan penglihatanku gelap rasanya. Aku menundukkan kepala karena bulir bening mulai menetes sampai suara isakanku mungkin terdengar oleh Abah. Aku takut akan kemarahan Abah, belum lagi emosi Bang Umar yang kadang bisa melebihi Abah saat kemarahannya memuncak.
"Testpack siapa ini?!"
Aku bergeming saat ditanya Abah.
"Jawab, Rimar! Dengan siapa kamu melakukannya?!" Abah mengguncangkan bahuku, tetapi aku hanya menggeleng karena aku benar-benar tidak tahu siapa dia.
"Mana ada orang hamil tidak tahu bapaknya! Memangnya kamu tidur dengan banyak lelaki?" pekik Ayah.
"Ri-rimar, ti-tidak tahu, Bah. Rimar ... benar-benar tidak tahu. Rima juga bukan anak seperti itu, Bah. Tolong percaya sama Rimar ...." Jawabanku tergagap.
Aku benar-benar tidak mengenal orang yang sudah merenggut keperawananku dan yang kutahu hanya satu: dia tampan tetapi menjijikkan.
"Minggat kamu dari rumah! Dan jangan pulang sampai kamu ketemu siapa bapak dari anak dalam kandunganmu! Abah tidak sudi keluarga kita jadi aib!"
"Ampun, Bah. Jangan usir Rimar. Rimar mau tinggal di mana?" Aku berlutut memegangi kaki Abah yang tertutup sarung, memohon agar Abah masih berbaik hati.
Abah melepas kakinya dari genggamanku, lalu melangkah ke kamar mandi. Aku pun tersungkur tak berdaya di lantai. Detik berikutnya, aku melihat kaki Abah lagi di hadapanku. Apakah Abah mengubah niatnya untuk tidak jadi mengusirku?
Lantas, seember air ditumpahkan tepat di atas kepalaku. Sudah tak bisa dibedakan lagi mana air mata dan mana air yang ditumpahkan. Setelah air habis, dilemparkannya ember itu ke kamar mandi, lalu Abah berjalan menarik paksa lenganku ke luar rumah dan menyungkurkanku ke lantai. Pintu dibantingnya sampai terdengar suara keras dan setelah itu terdengar suara pintu dikunci.
Aku menangis sesenggukan di teras rumah. Beberapa orang yang lewat memandangiku terheran-heran dalam kedinginan dengan rambut dan baju yang basah kuyup.
***
Aku Rimar, nama panjangku Marimar. Entah kenapa Almarhum Umi dulu memberiku nama itu.
Katanya supaya aku secantik artis favoritnya, tetapi kenyataannya nihil. Tak ada sedikit pun serbuk kecantikannya menurun padaku. Tentu saja, itu karena aku anak Umi dan Abah, bukan anak Gustavo, hah!
Aku bungsu dari tiga bersaudara. Umi sudah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan. Lalu, hidupku tiba-tiba berubah karena seorang lelaki yang tidak kukenal sama sekali.
Awal kejadian, saat itu aku sedang mendapat giliran sif dua sebagai housekeeper. Waktu aku sedang merapikan kamar untuk tamu yang akan menginap, tiba-tiba pintu kamar terkunci. Kukira itu teman yang tadinya sedang membantu karena memang dia izin keluar untuk merapikan kamar lain.
Aku hampir selesai memasang sprei, tapi tiba-tiba aku terkesiap saat ada yang memelukku dari belakang. Tidak mungkin itu Nita yang memelukku karena tubuhnya tinggi, besar, dan berisi.
"Ayo, Sayang. Kita buat anak yang banyak."
Degh!
Anak? pikirku.
"Tu-tunggu!" Aku melepas tangan yang sedang memelukku dan coba menjauh darinya.
"Mau ke mana?! Sini kamu!"
Hanya dengan satu langkah besar, dia menarik tanganku dan membanting tubuhku ke ranjang yang baru saja dilapisi kain putih bersih.
"Tidak! Tolooong!" Air mata mengalir begitu saja saat dia menarik paksa kemeja kerjaku. Aku gemetaran. Aku berusaha teriak, tapi tak ada yang mendengar.
Aku lupa kalau itu adalah kamar VIP. Kamar yang sangat luas. Jarak dari ranjang sampai ke pintu saja cukup jauh. Kemungkinan kecil kalau ada yang mendengar teriakanku.
Dia membekap mulutku. Langsung saja kugigit tangannya.
Nahas, sebuah tamparan malah menyakiti pipiku. "Tu-tuan, tolong jangan lakukan ini!"
"Diam kau, Sari! Ini yang kamu mau. Aku akan membuktikan kalau aku tidak mandul!" Dia mencengkeram kedua tanganku dengan erat.
Bagaimana ini? Aku tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhku dikuasainya! Aku berkeringat serta ketakutan memenuhi seluruh pikiranku. Sesaat aku teringat berita-berita yang beredar tentang gadis yang diperkosa lalu dibunuh.
"Tidaaak. Toloong, jangan sakiti aku, Tu-tuaaan." Aku menangis dalam bekapannya, tetapi dia tak menggubrisnya. Aku berusaha menggeleng-gelengkan kepala agar mulutku terlepas. Sayang, tenaganya terlalu kuat bagi gadis bertubuh mungil sepertiku.
Air mata mengalir dengan deras. Malam itu menjadi malam yang hina bagiku. Jelas karena keperawananku hilang begitu saja oleh lelaki yang matanya memerah dan tajam. Dari mulutnya menguar aroma minuman beralkohol.
Dalam beberapa jam, aku menangis di ranjang yang sudah kupersiapkan untuk tamu yang sudah merusak sebagian hidupku itu. Aku menunggu sampai dia tertidur agar aku bisa cepat-cepat lari dari kamar itu.
***
Beberapa minggu berlalu, aku selalu terbayang kejadian hina itu. Aku mengalami trauma saat bertemu pria yang tak kukenal serta tekanan saat berada sendirian di dalam kamar. Aku takut-takut kejadian itu berulang. Aku takut menceritakannya pada keluargaku, termasuk Abah.
Abah tidak segan-segan menghukum orang jika ada yang melukai keluarganya. Di desaku, semua mengenal watak Abah. Karena itu, tidak ada yang berani mengganggunya.
Suatu pagi, aku merasakan mual-mual yang tidak biasa. Sehari, dua hari, sampai seminggu berlalu. Aku masih sering muntah-muntah. Hal yang menambah keyakinan pada ketakutan itu adalah aku telat datang bulan sampai dua minggu lamanya.
Diam-diam aku pergi ke apotek untuk membeli alat tes kehamilan. Aku berharap semoga saja tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Nahas, pelan-pelan dua garis merah memanjang. Pelupuk mataku memanas dan aku menahan isak tangis di kamar mandi. Aku mengatupkan mulut rapat-rapat agar tak terdengar ke luar. Karena pagi itu Abah dan kakakku sedang makan di ruang makan tepat di seberang pintu kamar mandi.
Aku ingin menyembunyikan kejadian memalukan itu dari keluarga. Namun, terlambat. Abah tidak sengaja menemukan hasil testpack-nya di kamar mandi yang lupa kubuang. Betapa bodohnya aku!
Bagaimana dengan calon anak dalam perutku? Kalau dia lelaki, aku sedikit lega. Bagaimana kalau dia perempuan? Aku khawatir akan masa depannya. Aku takut membuatnya malu karena terlahir sebagai anak tanpa nasab dan kalau ia menikah kelak, terpaksa menggunakan wali hakim. Berat rasanya memikirkan jauh ke depan.
Aku harus segera mencari lelaki itu dan membuat dia mempertanggungjawabkan semuanya! Aku harus pergi ke hotel untuk menyelidiki data pribadinya. Siapa pun dia, aku tak peduli!
Awas saja sampai aku menemukannya!
Lihat saja ... kalau dia berani mengelak atau pun menghindar. Aku akan mengacak-acak sarang burungnya yang hina itu!
***
Aku berjalan dari rumah hendak menuju hotel tempatku bekerja. Kebetulan hari itu matahari sangat terik. Jadi, sebelum naik angkutan umum, aku berjalan pelan sambil mengeringkan baju. Sesekali pula, aku mengusap perut yang di dalam sana terdapat kehidupan yang tak kuinginkan.
Aku berpikir berkali-kali. Apakah aku akan menyelamatkan anak ini atau menggugurkannya saja?
Rain—seorang duda yang kehilangan istrinya karena dibunuh—bertemu seorang gadis muda dan meminta untuk menikahinya secepat mungkin. Mengapa Hanna, sang istri, mati terbunuh? Lalu, mengapa Rain meminta Sea, seorang gadis SMA, untuk menikahinya, padahal ia baru mengenalnya?
Keluarga Melly Sabira terbilang mampu secara finansial. Namun, biaya hidupnya dijatah perhari oleh Alan karena tidak memercayai istrinya sebagai pemegang keuangan. Ditambah lagi ... semenjak Lian, kakak iparnya, menumpang hidup di rumahnya, Melly tak pernah merasa tenang karena selalu diperlakukan sewenang-wenang. Lian merasa menguasai rumah itu dan seisinya. Tak tahan dengan semua yang ia hadapi, Melly diam-diam memulai usaha produk kecantikan yang ia rintis sendiri sampai akhirnya memiliki produk sendiri yang dikenal sampai ke seluruh Indonesia. Belum selesai dengan tingkah laku Lian yang semakin menjadi-jadi, ia malah menjodohkan Alan dengan Siska, teman wanitanya yang tidak lain hanya seorang karyawan di bawah naungan Melly. Siska tak terima karena merasa dilecehkan dan direndahkan. Ia pun melakukan tindakan bengis terhadap keluarga Melly yang mengakibatkan kematian beberapa orang terdekatnya.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.