/0/4975/coverbig.jpg?v=8bd943925ad384ca9190123b8724be09)
Rain-seorang duda yang kehilangan istrinya karena dibunuh-bertemu seorang gadis muda dan meminta untuk menikahinya secepat mungkin. Mengapa Hanna, sang istri, mati terbunuh? Lalu, mengapa Rain meminta Sea, seorang gadis SMA, untuk menikahinya, padahal ia baru mengenalnya?
"Maya, apa jadwal saya selanjutnya?" tanya Rain.
"Jam sebelas siang meeting dengan pemilik lahan Raharja dan notaris di Star Break Coffee. Mungkin Anda makan siang di sana kalau meeting-nya berlangsung lama."
"Tolong siapkan berkas-berkas yang akan dibawa."
"Baik, semuanya sudah disiapkan. Pak Hendra sepuluh menit lagi sampai." Sambil menengok jam tangannya dengan strap yang terbuat dari kulit, memberikan kesan elegan dan stylish, terutama saat dipakai oleh Maya yang cenderung berkulit putih.
"Oke, Maya, kamu tunggu di mobil. Saya mau ke toilet dulu."
"Baik, Pak."
***
Star Break Coffee, kafe dengan suasana modern dan selalu dipenuhi pengunjung. Rain, Maya, dan kliennya melakukan pertemuan siang itu untuk penandatanganan kerja sama.
"Baik kalau begitu. Semua surat-suratnya sudah ditandatangani dan dananya sedang di urus oleh asisten saya, ya, Pak Raharja."
"Iya, terima kasih, Pak Rain. Lain waktu mampir ke rumah saya, Pak."
"Pasti, Pak, sampai bertemu lagi."
Pak Raharja bangun dari tempat duduknya dan berlalu pergi.
"Maya, jam makan siang sudah lewat. Sebaiknya kamu makan dulu sebelum kembali ke kantor."
"Iya, Rain, kamu juga makan, kan?" tanya Maya. Rain dan Maya akan memanggil santai jika tidak sedang di kantor dan tidak ada urusan pekerjaan.
"Saya cuma mau makan snack," ujar bosnya itu sembari memainkan ponselnya yang berwarna hitam.
"Toast or french fries?" tanya sekretaris yang duduk di seberangnya.
"Toast and macchiato, please."
"Ok, wait."
Setelah makan camilan, mereka kembali ke kantor untuk cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan. Rain ingin segera pulang. Entah kenapa hari itu ia sangat rindu dan ingin segera bertemu keluarga kecilnya.
***
"Yee, Papaa pulaang. Mama mana, Pa?" tanya Cyra, putri pertamanya dengan wanita bernama Hanna.
"Mama? Papa gak bareng Mama, Sayang."
"Biii ...? Bi Ina ...?"
"Iya, Pak. Sudah pulang, toh, Pak? Maaf saya baru selesai di dapur. Ibu mana, Pak?" tanya asisten rumah tangga yang sudah bertahun-tahun dipercayanya.
"Loh, kok, nanya saya, Bi. Saya, kan, baru pulang kerja." Raut wajah Rain mendadak gelisah.
Ia coba menerka-nerka ke mana kiranya Hanna pergi tanpa memberi kabar pesan ataupun telepon. Karena ke mana pun istrinya pergi pasti selalu meninggalkan pesan. Rain mengira bahwa wanita tercintanya itu baik-baik saja di rumah seperti biasanya.
"Tadi, Ibu pamit mau ketemuan sama Bapak, seperti biasa mau antar makan siang untuk Pak Rain," sahut Bi Ina.
"Gak ada, Bi! Saya gak ketemu Hanna hari ini. Lagi juga saya udah kasih tahu ke Hanna untuk enggak menyiapkan dan mengantar makan siang ke kantor karena saya mau meeting di luar.
"Lah, terus Ibu ke mana, Pak, sampai sekarang belum pulang?" tanya Bi Ina yang bergantian kebingungan.
Rain terlihat berpikir sambil memutar-mutar iris mata, sedangkan jemarinya berpaut di antara dahi.
"Cyra Sayang, udah makan?" Rain mengalihkan perhatiannya sebentar.
"Udah, Pa. Cyra ngantuk. Cyra mau bobo sama Mama." Cyra merajuk sambil memeluk kaki kanan Rain yang jenjang.
"Cyra, Cyra bobo dulu sama Bi Ina, ya? Papa mau cari Mama dulu ke rumah Oma."
"Iya, Pa." Cyra berjalan ke kamar dituntun Bi Ina sambil mengerucutkan bibirnya dan berjalan dengan malas.
Malam itu hujan turun sangat lebat diiringi dentuman petir yang menggelegar. Rain mondar-mandir di ruang kerjanya sambil sesekali memandangi jam di dinding. Ia tak melepas ponselnya barang sebentar saja.
Sudah jam delapan malam Hanna belum juga pulang. Sementara, hujan di luar sudah reda hanya tinggal rintik-rintik dan dentuman kecil petir dari langit.
Tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor Hanna.
[Pa, Mama pergi ke rumah Ibu dulu. Papa gak usah menyusul ke sini. Besok juga Mama pulang.]
Ketenangan mulai merasuki jiwa seorang Rain ketika mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang dinantikannya.
[Oke, Sayang, besok pulang, ya? Cyra kangen kamu. Love Hanna].
Balas Rain di akhir kalimat pesannya. Akhirnya, ia bisa tertidur lelap, pikirnya.
Sementara itu, Rain berjalan pelan mengintip ke kamar berwarna pink di samping kamarnya. Ia melihat Cyra sudah tertidur. Adapun Bi Ina masih duduk di sampingnya sambil bersenandung lagu Nina Bobo, menunggu sampai Cyra benar-benar terlelap dalam mimpinya.
***
Esok paginya setelah sarapan bersama Cyra dan sebelum pergi ke kantor. Rain sempatkan membuka ponsel dan mencari kontak Elly, mertuanya, untuk menanyakan kabar Hanna.
"Halo, Bu, bisa Rain bicara dengan Hanna? Rain telepon ke hp-nya enggak aktif, Bu."
"Hanna? Hanna enggak ada di sini Rain?" jawab Elly. Ia bingung ketika pagi-pagi sekali menantunya sudah menelepon untuk mencari Hanna yang tidak ada di sana.
"Yang benar, Bu? Dari kemarin Hanna enggak ada di rumah ... Hanna bilang kemarin ada di rumah Ibu dan mau pulang hari ini."
"Benar, Rain. Hanna belum telepon Ibu lagi sejak dua hari yang lalu."
Ya, ampun. Ada apa ini? batin Rain dengan perasaan cemas, gelisah, dan tak karuan.
"Ya, udah. Rain cari Hanna dulu, Bu."
"Kabari Ibu secepatnya, ya, Rain? Ibu juga akan bantu tanyakan ke saudara-saudara dekat dan teman-teman Hanna."
"Ya, Bu," jawab Rain seraya memutus sambungan teleponnya.
"Pak, Maya sama Hendra udah menunggu di depan," sela Bi Ina.
"Ya, Bi," Ia menjawab dengan perasaan cemas dan akar pikirannya bercabang ke mana-mana.
"Bi, tolong jaga Cyra baik-baik, ya? Hubungi saya secepatnya kalau ada kabar apa pun tentang Hanna," pinta Rain dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
"Baik, Pak. Hati-hati di jalan."
Rain melangkah masuk ke mobilnya sambil memegangi ponsel yang sejak pagi hari belum dilepasnya. Ia coba menghubungi semua keluarga, saudara, dan teman-teman Hanna, tetapi masih belum menemukan hasil sedikit pun.
"Ada apa, Pak?" tanya Maya.
"Hanna hilang," sahutnya dengan irama datar dan ekspresi sedih.
"Astaga, sejak kapan?
"Kemarin siang kata Bi Ina."
"Udah hubungi keluarganya Bu Hanna, Pak?" tanya Hendra kemudian.
"Udah, tapi enggak ada satu pun yang tahu."
"Duuuh, Hana kamu ke mana? Please pulanglah, semoga kamu baik-baik aja di mana pun," gumam Rain dengan suara parau dan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Semoga Ibu Hanna cepat pulang, ya, Pak," ujar Hendra sambil fokus menyetir mobil.
Rain pun tak menjawab lagi karena sibuk memandangi ponselnya.
Sampai di kantor, Rain berjalan dengan sangat cepat untuk masuk ke ruangannya tanpa menoleh ke sekitar dan tak menyapa karyawan lain seperti biasanya.
Ia menjatuhkan diri di kursi kebangsaannya, bersandar sembari menengadahkan kepalanya dengan mata terpejam. Ia berpikir ke mana lagi Hanna akan pergi kiranya.
Belum ada lima menit Rain merebahkan dirinya di kursi. "Pak, coba liat di TV ada berita," sahut Maya sembari meraih remote dan menyalakan tombol power-nya. Ia memindahkan saluran TV ke berita terkini.
"Telah ditemukan seorang wanita di lokasi proyek Willy Group. Wanita itu berusia sekitar 28 tahun dan dipastikan jenazah adalah Hanna, menantu dari Willy Group, jenazah diperkirakan-"
Dengan spontan Rain berlari ke lokasi di berita yang tidak lain lokasi proyek hotel yang sedang digarapnya. Mobil sedan berwarna putih dengan lambang empat cincin saling bertautan itu dipacu dengan kecepatan 80-100 kilometer perjam.
Rain membunyikan klakson bagi siapa pun yang menghalangi jalannya. Lampu merah pun diterobosnya. Matanya mulai memerah dan membendung air mata. Dada yang terasa sesak membuat napasnya tersengal. Ia menangis terisak sambil memacu kencang mobilnya.
Sesampainya di lokasi, ia bergegas keluar dari mobil dan berlari menghampiri jenazah yang tadi diberitakan di TV untuk memastikan kebenarannya.
"Hannaa!" teriaknya. Ia langsung berlari ke kerumunan, menghampiri tubuh istrinya, dan sontak menyusupkan tangan kirinya di bawah punggung Hanna. Ia menahan tubuh istrinya yang sudah dipastikan tak bernyawa itu. Tangan kanannya mengelus wajah Hanna yang sudah membiru kedinginan dan dipenuhi darah. Ia meratapi wajah wanita yang sangat dicintainya.
"Hanna ... Hanna, Sayang ... bangun!" Suaranya merintih.
Banyak orang yang ingin menyaksikan kematian tragis dari Hanna. Mereka pun merasa iba ketika melihat Rain mengerang dan menangis terisak.
"Hannaaaa ... jangan tinggalin aku ... Hanna, please!" teriaknya sambil memeluk tubuh Hanna yang sudah dingin.
"Hannaaaa ...!" Ia menangis sesenggukkan sambil memeluk, kemudian menciumi wajah istrinya yang pucat pasi. "Kamu pasti kedinginan. Kamu sejak kemarin di sini, kan? Hemmh ...? Semalaman hujan dan Hanna sendirian di sini. Maafkan aku, Hanna, maafkan ...."
"Siapa pun orang bodoh yang berani menyakiti Hanna akan berurusan langsung denganku." Suara teriakannya makin kencang di antara banyak orang yang berkumpul.
Marimar seorang gadis pegawai hotel. Kisah hidupnya yang semula normal harus berubah drastis karena seorang lelaki mabuk yang tak dikenal. Sampai akhirnya, ia harus mengandung anak di luar pernikahan. Ketika ia mencari pria tak bertanggung jawab itu, ia mengetahui kenyataan yang lebih pahit bahwa pria itu bukanlah pria lajang melainkan seorang suami dari wanita lain. Bagaimana masa depan Rimar? Akankah ia memberitahu ayah dari janin yang dikandungnya itu atau harus menggugurkannya?
Keluarga Melly Sabira terbilang mampu secara finansial. Namun, biaya hidupnya dijatah perhari oleh Alan karena tidak memercayai istrinya sebagai pemegang keuangan. Ditambah lagi ... semenjak Lian, kakak iparnya, menumpang hidup di rumahnya, Melly tak pernah merasa tenang karena selalu diperlakukan sewenang-wenang. Lian merasa menguasai rumah itu dan seisinya. Tak tahan dengan semua yang ia hadapi, Melly diam-diam memulai usaha produk kecantikan yang ia rintis sendiri sampai akhirnya memiliki produk sendiri yang dikenal sampai ke seluruh Indonesia. Belum selesai dengan tingkah laku Lian yang semakin menjadi-jadi, ia malah menjodohkan Alan dengan Siska, teman wanitanya yang tidak lain hanya seorang karyawan di bawah naungan Melly. Siska tak terima karena merasa dilecehkan dan direndahkan. Ia pun melakukan tindakan bengis terhadap keluarga Melly yang mengakibatkan kematian beberapa orang terdekatnya.
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...