/0/5556/coverbig.jpg?v=682aee85c55edf6b761b4ed4757ab02a)
Niat hati mengunjungi kelab untuk menghilangkan stres. Joana justru memergoki kekasihnya sedang bermain panas dengan empat wanita malam sekaligus. Dilanda sakit hati berat. Joana langsung memutuskan hubungan, dan melampiaskannya pada minuman dengan kadar alkohol tinggi. Pengaruh buruk dari minuman itu, menjadi penyebab utama Joana berakhir di salah satu kamar khusus pengunjung kelab. Joana tidak menyangka dirinya akan berakhir di pelukan pria asing setelah memergoki pengkhianatan mantan kekasihnya. "Kau sudah terlanjur masuk dalam kehidupanku. Mulai detik ini, jangan pernah berharap untuk lepas dari kekuasaanku!" 'Kenapa aku harus terlibat dengan pria ini?!' Joana merasa dunianya runtuh begitu mendapati kenyataan, jika pasangan one night stand-nya malam itu adalah kakak dari mantan kekasihnya sendiri.
Di tengah derasnya hujan yang mengguyur. Joana Griselda, berlari keluar dari mobil sahabatnya--Vinka, yang baru saja parkir di samping gedung kelab.
Joana, si wanita pemilik julukan Dewi Aphrodite, karena kecantikannya yang memukau. Tampak mengibaskan rambut panjangnya yang basah.
Pemilik manik hijau, seperti zamrud yang berkilauan itu menatap ke arah sahabatnya yang baru ke luar dari mobil.
"Vin, cepat!" Joana melambai ke arah Vinka yang tampak ragu-ragu menerobos hujan.
"Kamu tinggal di situ. Aku masuk duluan!" kali ini Joana berseru lantang. Sengaja mengeluarkan nada ancaman agar Vinka segera menyusulnya menerobos hujan.
"Shit! Kau tidak lihat pakaianku sekarang, Joa?! Tunggu aku perempuan gila!" Vinka balas berteriak sembari menunjuk gaun mini sebatas paha dengan model tali spageti yang menggantung di pundak.
"I don't care! Cepat ke mari!" segala keanggunan Joana malam itu seketika menghilang diakibatkan stress yang melanda.
Joana ingin segera masuk ke dalam dan menghabiskan beberapa botol minuman.
"Oke, tunggu di situ!" Vinka dengan sangat terpaksa menerobos hujan yang membasahi riasan wajah dan gaun cantiknya.
Begitu Vinka berdiri di hadapannya sembari mengibaskan rambut. Joana lantas menarik pergelangan tangan wanita itu untuk segera masuk bersamanya.
"Astaga, Joa! Kau tidak bisa pelan-pelan? Minuman di dalam tidak akan habis. Kau tenang saja." Vinka menepis kesal tangan Joana.
Joana mengangkat kedua pundak acuh. "Siapa yang tahu kalau ada banyak pengunjung stress sepertiku, yang butuh minuman dalam jumlah banyak?"
Vinka hanya bisa menggelengkan kepala. Mencoba sabar dengan keadaan Joana yang saat ini memang sedang dilanda gundah-gulana.
Baru satu menit Joana dan Vinka berada dalam gedung itu. Beberapa pandangan langsung tertuju ke arah mereka.
Walaupun sejak kecil Joana kerap mendapat perhatian seperti ini. Namun, tetap saja ada rasa tidak nyaman yang mendera.
"Joa, aku ke toilet sebentar. Aku tidak nyaman pakaianku basah begini. Rambut dan riasanku juga berantakan," ujar Vinka sembari menunjukkan keadaannya yang tidak sempurna lagi.
Joana tentu tidak melarang. "Aku tunggu di sana." Telunjuk Joana mengarah ke meja bar, yang lantas diangguki oleh Vinka.
Beruntungnya, Joana tidak mengenakan riasan apapun. Wajahnya tetap terlihat mempesona meski hanya menggunakan lipstik.
Kedua kaki jenjang Joana melangkah percaya diri di tengah kerumunan para pengunjung, yang terus menari tanpa peduli dengan keadaan sekitar.
Setelah mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja bar. Pandangan Joana memutar ke segala arah. Memandang orang-orang yang terlihat happy dengan apa yang mereka lakukan.
Pemandangan erotis. Bau alkohol yang berpadu dengan asap rokok. Musik EDM yang mengentak keras. Menyadarkan Joana di mana tempatnya berada sekarang.
Sejenak Joana mendesah berat. Jika saja tadi pagi dia tidak berdebat dengan Levin--kekasihnya. Joana tidak akan berakhir di sini. Jujur saja, selimut tebal yang lembut di kamarnya jauh lebih menggoda daripada membuang waktu di tempat ini.
Namun, berdiam diri di kamar dalam keadaan pikiran berkecamuk. Hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Dengan kebisingan yang memenuhi ruangan ini. Joana berharap agar keresahan yang terus membelenggu sejak pagi tadi bisa menghilang, atau setidaknya mereda.
Joana mengalihkan atensi dari pemandangan liar di hadapannya. Seorang bartender tampan dengan model rambut gimbal yang terikat satu di belakang, menyambutnya dengan senyum mempesona.
"Wiski, tolong shake pesananku sekarang."
"Wait a minute!" ujar sang bartender tampan itu.
Selang beberapa saat kemudian, sang bartender menyerahkan gelas, balok es dan tentunya sebotol wiski pesanan Joana.
Joana menikmati minumannya dalam diam. Tanpa menunggu kedatangan Vinka yang sangat lama berada di toilet.
Dentum musik EDM yang semakin mengentak keras itu nyatanya tak mampu menenangkan hati Joana. Tentu saja, cara tercepat agar hatinya kembali membaik adalah mendapat telepon dari kekasihnya. Meminta maaf padanya dan mengakui kesalahan.
Namun, pada akhirnya apa? Bahkan sampai larut malam seperti ini. Pria itu sama sekali tidak memberi kabar. Walau hanya pesan singkat pun tidak ada. Joana paling malas jika harus memulai duluan. Apalagi dirinya dalam posisi yang benar.
Semua orang akan setuju jika dialah yang benar. Joana tidak pernah meminta uang atau barang-barang branded pada sang kekasih. Hanya sebuah permintaan kecil yang sederhana, yakni bertemu dengan keluarga kekasihnya.
Apa yang salah dari permintaannya itu? Joana hanya ingin mengenal Levin lebih dekat lagi. Mereka sudah menghabiskan hampir dua tahun lamanya menjadi sepasang kekasih. Namun, Levin belum juga mengenalkannya pada keluarga pria itu.
Jangankan pada keluarga, bahkan pada teman-teman dekat Levin pun. Pria itu enggan mengenalkan padanya.
Terkadang Joana berpikir, apakah Levin benar-benar menganggap serius hubungan mereka atau justru hanya menganggapnya sebagai permainan semata yang tidak penting?
Joana terus menyesap minumannya hingga tanpa sadar ia telah menghabiskannya setengah botol. Pandanganya pun mulai berbayang sejak tadi. Kehilangan fokus tanpa seseorang yang dikenalnya di tempat itu. Sedikit membuatnya khawatir. Terlebih Vinka belum datang. Entah ke mana perginya gadis liar itu.
"Jaga minumanku. Aku ke toilet sebentar," ujar Joana pada sang pria bartender.
"Pergilah, Nona. Tempatmu aman di sini," kata pria itu serius.
Joana kemudian bangkit. Berniat menyusul Vinka yang belum datang juga. Bahkan botol minumannya sudah menyusut banyak. Namun, batang hidung gadis itu belum muncul juga.
Siulan dan berbagai macam godaan yang diterimanya, membuat Joana memutar bola mata malas. Dia sangat tidak tertarik mencari pria di tempat kotor seperti ini. Sebab, tempat ini dikunjungi sembilan puluh persen oleh pria-pria bejat.
Joana yang berjalan sedikit sempoyongan. Tidak sengaja menyambar bahu seorang wanita muda, yang sedang memegang gelas minuman.
"What the hell?! Bitch, matamu sudah buta, hah!" maki wanita muda itu dengan tatapan melotot. Sebab, bir merah itu jatuh membasahi gaunnya.
"Oh, Tuhan! Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Tunggu sebentar!" Joana hendak menunduk meraih tissue. Namun, tiba-tiba saja punggungnya terasa dingin setelah diguyur minuman oleh wanita tadi.
Joana seketika bangkit dengan tatapan nyalang. "Apa yang kau lakukan, Bitch?!" jangan pikir wanita itu saja yang bisa memanggil Joana dengan panggilan hina. Joana pun bisa melakukannya.
"Itu balasan atas kesalahanmu!" ucap wanita itu sebelum akhirnya berbalik pergi dengan langkah lebar. Joana belum sempat membalas. Namun, wanita itu sudah menghilang di antara kerumunan pengunjung.
Desahan keras ke luar dari bibir ranum Joana. Mencoba bersabar dengan segala kejadian yang menimpanya.
Tissue yang baru saja Joana tarik ternyata tinggal selembar. Manik hijau zamrud itu memutar ke segala arah untuk mencari tissue lainnya.
Deg!
Deg!
Bukanya mendapatkan benda yang dicarinya. Joana justru mendapati hal lain yang sukses membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.
"Levin?!" Joana menutup mulutnya yang terbuka. Pemandangan erotis di hadapannya itu seketika membuat hatinya terluka.
Didorong oleh sakit hati dan amarah. Yara, nekat membatalkan pernikahan di hadapan calon suami dan seluruh tamu undangan. Yara bahkan tak segan-segan melempar test pack tepat di hadapan calon suaminya. Pada akhirnya pernikahan yang diimpikan Yara, berakhir di hari H pernikahannya. Dihancurkan oleh calon suami dan rival-nya sendiri, membuat Yara depresi untuk waktu yang lama. Setelah berhasil mengumpulkan serpihan hatinya yang hancur, Yara memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan tujuan memulai hidup baru. Nahas, bukannya memulai kehidupan yang lebih baik di negara kelahirannya. Takdir justru mempertemukan Yara dengan Hayden--pria tampan yang cacat. Pernikahan impian yang diidamkan Yara bersama sang mantan calon suami pun justru gagal, dan berakhir di pelaminan bersama Hayden. Seolah dipermainkan takdir, kehidupan pernikahan Yara kembali diuji. Tidak hanya kembalinya sang mantan calon suami. Namun, rival yang menghancurkan hubungannya, serta wanita yang pernah berhubungan dengan Hayden pun memainkan intrik licik. Mantan kekasih suaminya tidak datang seorang diri. Melainkan membawa seorang anak yang 'katanya' anak dari Hayden. Mampukah Yara dan Hayden bertahan? Ataukan justru menyerah dan memilih jalan masing-masing?
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
" Sadar Gra, gue temen pacar lo!! " Pekik Sila frustasi dengan tingkah pria di hadapannya. " Aku gak peduli, yang penting kamu pacar aku. " Acuh nya dengan seringai yang menyebalkan. " Stress, gila. Mati aja lo sana. " " Aku rela mati asal bersamamu. " " Najis" --- Kewarasan Sila sepertinya di permainkan saat menghadapi Agra yang merupakan pacar dari sahabatnya, pria itu tiba-tiba mengklaim dirinya sebagai pacar. Apalagi saat pria itu yang bersikap mengatur dirinya layaknya pasangan kekasih membuat Sila benar benar gemas ingin mencekik leher pria itu hingga mati.