/0/5717/coverbig.jpg?v=21c6766f050564eee3b81768fc5bc80a)
Tentang Senja Aluna yang tidak pernah tahu kesalahan apa yang pernah ia perbuat pada orang tuanya dulu sampai Ayah dan Bunda tidak pernah mempedulikan Senja sedikitpun. Juga tentang adiknya yang mengidap penyakit mematikan membuat Senja harus menanggung segala luapan amarah dari Bundanya. Kasih sayang? Perhatian? Apa itu? Senja tidak pernah merasakan itu dari kedua orang tuanya. Hanya Dilan, sahabatnya yang mampu memahami dan menjadi pelindung bagi Senja. Namun bagaimana kalau akhirnya Tuhan menjauhkan Dilan dari dirinya? Siapa yang akan menjadi pelindung bagi Senja? Senja hanya ingin di sayang Bunda. Senja hanya ingin diperhatikan Bunda. Senja hanya ingin di cium Bunda. "Bunda, peluk Senja sekali aja. Boleh?" - Senja Aluna. "Senja, sini peluk Bunda sepuasnya, Nak." - Bunda.
Bab. 1
Apa yang kamu tahu arti tentang senja? Waktu terbaik memaknai hidup? Atau waktu yang mengajarkan kita kalau apapun yang telah berlalu pasti akan berakhir indah?
Bagi Senja Aluna, makna senja adalah mengajarkan kita bahwa sesuatu yang terlihat indah sebagian besar hanya bersifat sementara.
Ketika semua orang menyukai senja, maka Senja Aluna tidak menyukainya. Ketika semua orang menyukai pelangi, maka Senja Aluna tidak pula menyukainya.
Tidak ada yang istimewa dari dua hal itu. Keduanya sama-sama bersifat sementara.
Senja Aluna. Gadis lucu dengan segala sifat polosnya mampu membuat orang di sekitarnya menyukai gadis itu. Senja bukan primadona sekolah bukan juga anak kaya raya yang mampu menciptakan daya tarik bagi orang di sekitarnya. Ia hanyalah gadis kecilnya Andra, ayahnya. Senja Aluna tidak peduli dengan segala bentuk ketenaran siswa yang ada di sekolah. Baginya, bisa bersekolah dengan baik sampai ia lulus saja sudah cukup.
Siang ini, cuaca terasa begitu terik. Tidak ada awan putih yang menyelimuti langit. Warna biru begitu mendominasi hamparan angkasa. Membuat beberapa orang memilih untuk berada di dalam ruangan agar terhindar dari teriknya matahari yang begitu menyengat.
Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Senja. Gadis itu dengan peluh yang membanjiri wajahnya terlihat tengah menyapu halaman sekolah. Sesekali gadis itu menyeka peluhnya. Bahkan wajah putihnya menjadi sedikit kemerahan karena terpapar sinar matahari.
"Kenapa jadi Senja yang dihukum? Padahal, 'kan, Dilan yang bikin salah," omelnya sambil terus mengumpulkan daun-daun kering yang berterbangan karena terbawa angin.
"Senja, semangat!" teriak seseorang di ujung halaman membuat Senja mencebik kesal. Bibir mungilnya tak berhenti menggerutu.
"'Kan, Dilan yang salah, harusnya Dilan bantuin Senja!" balas gadis itu sambil mengangkat sapu lidi yang ada di tangannya.
Sementara Dilan, lelaki itu tampak tertawa pelan. Kemudian berlari menghampiri Senja. "Yaudah, gue bantu doa, deh." Senja merengut kesal kemudian menjatuhkan sapunya.
"Dilan!!" pekik gadis itu.
Dilan tertawa lagi kemudian tangannya bergerak mengusap sayang pucuk kepala Senja. "Iya, deh. Maaf, ya? 'Kan gue tadi nggak tau kalo malah lo yang kena hukum," ujar lelaki itu sambil menampilkan senyum manis miliknya.
Senja yang melihat itu pun langsung lupa kalau dirinya sedang marah dengan Dilan. Gadis itu tampak ikut tersenyum.
"Bener, ya? Dilan bantuin nyapunya. Ini luas loh halamannya. Senja enggak kuat," ucap gadis itu. Bibirnya mengerucut membuat Dilan gemas.
Dilan pun menarik tangan Senja dan membawa gadis itu untuk duduk di bawah pohon yang cukup teduh.
"Lo di sini dulu. Gue mau lanjutin nyapunya," kata Dilan.
Senja pun mengangguk kemudian mengangkat jari jempolnya. "Okey! Semangat, ya, Dilan!" serunya.
Dilan hanya tersenyum tipis kemudian beranjak mengambil sapu yang tadi sempat dijatuhkan Senja. Kemudian lelaki itu mulai melanjutkan pekerjaan Senja tadi.
Dilan tampak mengeluh dalam hati. Rupanya pekerjaan ini cukup melelahkan. Padahal menurutnya, halaman ini tidak terlalu luas, tetapi rasa lelahnya begitu terasa. Pantas saja Senja marah karena dirinya tidak membantu padahal semua masalah ini berawal dari dirinya. Apalagi cuaca siang ini begitu terik.
"Dilan capek, ya?" tanya Senja dari ujung sana.
Dilan menggelengkan kepalanya. "Nggak! Segini doang mah gampang!" ujarnya sombong. Padahal rasanya sudah mau pingsan saja. Namun lelaki itu malu untuk mengakuinya, gengsi.
Senja tampak menatap kagum ke arah Dilan. "Woah! Hebat, ya, Dilan. Senja aja rasanya udah mau ping-"
Bruk!!
Mata Senja membola. "Dilan kok pingsan?!"
***
Lelaki itu tampak mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. Berusaha menyesuaikan cahaya ruangan yang menerobos masuk ke retina matanya.
Tangannya terangkat untuk menyentuh kepalanya. Terasa pusing dan berat. Ia pun menatap sekelilingnya kemudian mengernyit heran. Ini adalah ruangan UKS. Jadi sekarang ia berada di UKS? Bagaimana bisa?
Ah, ia lupa. Ia pun mengusap wajahnya kasar. Kenapa ia bisa pingsan segala, sih? Apalagi di depan gadis yang disukainya. Terlebihnya lagi, ia dengan bangganya menyombongkan diri padahal akhirnya ia tumbang juga. Benar-benar memalukan.
Ia merasa tak punya wajah untuk sekedar bertatap muka dengan gadis itu. Apa kata dunia, Dilan si cowok terkece di SMA Deihasen itu pingsan hanya karena menyapu halaman? Bisa-bisa ia dianggap sebagai cowok lembek nantinya.
Dilan menolehkan kepalanya ke arah pintu ketika ada seseorang yang membukanya. Ia menatap malu ke arah gadis yang kini tengah berjalan ke arahnya. Gadis itu tampak membawa sebotol air mineral dan sepiring nasi goreng di atas nampan. Gadis itu melemparkan senyum manisnya ke arah Dilan. Membuat Dilan menjadi ikut tersenyum juga.
Senja, gadis itu meletakkan nampannya di atas nakas. Kemudian tangannya terulur untuk mengecek suhu badan Dilan melalui keningnya. Senja tampak mengernyit saat suhu badan Dilan sedikit hangat.
"Dilan sakit, ya? Kok badannya anget gini?" tanya Senja dengan raut wajah khawatir.
Dilan meringis tertahan. Jelas saja panas, ia sedang menahan malu di depan Senja perkara kejadian tadi. Tapi gadis yang kelewat polos itu malah tidak mengerti situasi.
Dilan menurunkan tangan Senja dari keningnya. Kemudian tersenyum kaku. "Nggak kok. Gue sehat-sehat aja," ujar Dilan.
Senja menyipitkan matanya seolah tak percaya dengan ucapan Dilan. "Terus kenapa bisa pingsan? Senja tadi khawatir banget, loh. Gara-gara Senja, Dilan jadi pingsan," kata Senja. Jelas saja ia takut. Dilan pingsan itu karena ia yang menyuruh Dilan untuk membantunya.
Dilan langsung memegang tangan Senja yang berada di atas ranjang. "Bukan salah lo. Jelas-jelas ini salah gue. Kan gue tadi yang nyari masalah sama guru terus lo kena imbasnya, deh. Jadi lo nggak perlu merasa bersalah gitu, ya?" kata Dilan menenangkan Senja. Ia tidak suka melihat gadis yang disukainya itu murung.
Senja menarik tangannya dari dalam genggaman Dilan kemudian memukul pelan lenga Dilan. "Makanya, Dilan jangan suka nakal. Jadinya kena hukum terus sama guru," ketus Senja yang kesal karena tingkah Dilan yang kerap membuat onar di sekolah.
Dilan mencebikkan bibirnya. "Ja, sekolah kalo nggak cari masalah itu nggak seru. Nanti kita nggak punya cerita buat dibagikan ke anak cucu kita," ujar Dilan beralibi.
Senja tampak merotasikan bola matanya jengah. "Masa Dilan mau nyeritain keburukan Dilan pas sekolah sama anak cucu. Nanti kalo mereka ngikutin jejak Dilan gimana? Kan nggak baik," omel Senja membuat Dilan tertawa gemas.
Dilan pun mencubit pipi gembil milik Senja membuat Senja mengaduh sakit. Gadis itu tampak merengut kesal.
"Jangan ditarik! Kalo makin besar pipinya gimana?" marah Senja sambil menatap Dilan tajam.
"Nggak papa dong. Kan, jadi makin lucu nanti, Ja," kekeh Dilan yang hanya ditanggapi cebikan oleh Senja.
Senja pun tampak menyodorkan sepiring nasi goreng itu ke arah Dilan. Membuat Dilan menatap Senja sambil menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya maksud Senja menyodorkan sepiring nasi goreng itu apa.
"Makan, Dilan. Kata penjaga UKS, Dilan tuh kurang istirahat sama belum sarapan. Makanya Senja belikan nasi biar perut Dilan nggak kosong," jelas Senja.
Dilan hanya menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum manis sembari menatap Senja. Senja hanya menaikkan alisnya, tak mengerti dengan sikap Dilan yang sedikit aneh itu.
"Apa?" tanya Senja.
Dilan mengambil sendok yang berada di piring lalu meletakkannya di genggaman tangan Senja.
"Suapin," ujar Dilan.
"Dilan kayak anak kecil. Makan aja minta disuapin. Untung aja Senja itu temen yang baik, jadi mau deh nyuapin Dilan," ujar Senja tanpa menyadari perubahan raut muka Dilan kala gadis itu menyebutkan status mereka yang kenyataannya memang hanya sebatas teman.
Bagaimana rasanya dibenci keluarga karena sebuah kesalahan yang tidak pernah kau lakukan? Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang paling berarti untukmu? Dan... Bagaimana rasanya mengejar seseorang yang hatinya bukan untukmu? Ingin tahu rasanya? Tanyakan saja pada Rallin Natasha. Gadis cantik dengan julukan Most Wanted di SMA Grand Nusa. Gadis cantik yang selalu tampil seperti orang paling bahagia tanpa ada yang tahu sebenarnya dialah yang paling menderita. "Bisakah aku pulang sekarang, Tuhan?"
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?