Perempuan bergaun hitam terbaring lemah di atas ranjang, setengah dari wajah mungilnya tertutupi oleh perban, rambut hitam segelap bayangan tergerai acak-acakan.
Dokter menutup tas berisi obat dan alat-alat medisnya. Pria baruh baya itu berdiri, "Nona Sallyana baik-baik saja, tidak ada luka serius. Beliau bisa bangun sore hari ini, tolong panggil saya lagi ketika Nona sudah sadar."
"Baik, Dokter! Terima kasih! Terima kasih!" Sana berseru, menurunkan tubuhnya, bersujud di lantai sebagai tanda terima kasih murni. "Kami berhutang budi pada Dokter karena telah menyelamatkan Nona kami!"
"Tidak, tidak. Saya tidak membantu banyak, beruntung Nona Sally mempunyai sihir kuat yang juga berguna sebagai pelindung diri sendiri ketika di landa bahaya. Saya permisi."
Selepas dokter keluar dari kamar. Tak lama kemudian seorang pria paruh baya berwajah rupawan datang memasuki ruangan, rambut hitam seperti milik perempuan di atas ranjang terikat menjadi kuncir kuda di belakang.
Pria paruh baya tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Baron Fedelian, Duke Fedelian. "Ceritakan bagaimana putriku bisa terjatuh dari dari lantai dua?"
Naya menundukkan kepalanya hormat, "Kami tidak tahu pasti, pelayan sedang sibuk mengurus kebun karena pesta ulang tahun Nona Muda akan di adakan minggu depan. Begitu mendengar jeritan Nona Muda, semua orang bergegas datang, lalu ketika kami sampai, Nona sudah tidak sadarkan diri."
Duke Fedelian mengambil salah satu telapak tangan putrinya, di usia lebih dari tiga puluh tahun, aura kharisma dari sosoknya tidak pernah luntur. Menjadikannya seorang Ayah yang sempurna, "Putriku, cepatlah bangun."
Perempuan di atas ranjang, Sallyana Fedelian, menggerakkan kelopak mata. Tirai bulu mata hitam panjang nan lentik bergetar, lima detik berlalu. Iris semerah darah yang terlihat mempesona terbuka.
Sallyana menginvasi ruangan dimana dia berada sekarang. Menatap pria paruh baya yang sedang memegang tangannya, beralih ke samping dan menemukan dua perempuan muda berusia dua puluh tahunan berbaju pelayan.
Wait.
Tunggu sebentar!
Pause!
Tidak ada yang tahu bahwa jiwa di dalam tubuh Sallyana baru saja di rasuki oleh jiwa yang seharusnya mati dari dunia lain. Jiwa itu adalah Juwita Chou, gadis cantik berdarah China-Indonesia.
Juwita Chou berencana pulang ke China setelah menyelesaikan pendidikan di Indonesia. Tetapi di tengah perjalanan, mobilnya di tabrak oleh truk sialan! Mendorong mobil yang di gunakan Juwita Chou terhantam keras pada pohon raksasa pinggir jalan!
Atas nama keadilan!
Juwita Chou bertekad ingin mengebiri bapak-bapak supir truk yang telah membuat dia meninggal di usia muda sebelum bisa merasakan nikmatnya menikah dengan pria tampan!
Juwita meringis kesakitan kala tersadar terdapat luka di bagian dahinya. Bukan luka besar, sih, namun rasanya sangat nyeri seolah otaknya baru saja di pukul menggunakan palu pak tukang.
Sekarang, harus tenang.
Dia mendapatkan berkah hidup kembali.
Yang harus dia lakukan sekarang adalah, mencari tahu dunia apa dia berada sekarang lalu mulai menyusun rencana untuk bertahan hidup!
Juwita memegangi sisi kepalanya, bertanya ingin tahu, "Kalian siapa? Aku dimana? Aku siapa?"
Aku siapa? Aku siapa?
Aku menjadi siapa di dunia baru ini?
Pertanyaan dari Juwita berubah menjadi sambaran petir bagi Baron, Sana, dan Naya!
"PANGGIL DOKTER ITU LAGI! PUTRIKU SAKIT PARAH!" Baron sontak berdiri, berteriak tidak sabar pada seluruh pelayan di depan ruang kamar.