Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Terjebak Cinta 2 Berondong Tampan
Terjebak Cinta 2 Berondong Tampan

Terjebak Cinta 2 Berondong Tampan

5.0
117 Bab
36.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Laura tidak pernah menyangka bahwa kehidupan percintaannya bisa sedemikian rumit setelah menjadi dosen di kampus FKH UGM. Mungkin di usia 32 tahun, dia agak terlambat menikah. Tetapi, ketika dia bertemu dengan James, mahasiswanya yang berusia 21 tahun. Dia ditembak dalam waktu kurang dari sebulan dan dinikahi setelah 7 bulan berpacaran. Tentu saja itu adalah secret marriage yang harus disembunyikan dari kampus. Itulah awal masalahnya. Di semester berikutnya, Reynold yang berusia 19 tahun, putera koleganya di kampus yang juga anak dari bos James di laboratorium jatuh hati pada Laura. Dan Reynold seperti terobsesi pada Laura hingga memaksakan hasrat terlarangnya pada Laura. Tanpa terduga, Laura mengandung dengan suatu fenomena kehamilan langka yang dinamakan sindrom superfetasi dimana ada 2 sel telur yang dilepaskan dalam waktu berbeda hari. Anak siapa yang ada di rahim Laura? Bagaimana perjuangan cinta kedua pemuda itu untuk mendapatkan Laura? Siapa yang akan Laura pilih untuk menjadi pendamping hidupnya, James atau Reynold?

Bab 1 Berkenalan Dengan Si Dosen Cantik

Pagi ini hujan turun deras sekali seolah sebuah ember raksasa diguyur dari langit. Gadis itu melihat dari kaca jendela apartmentnya menunggu hujan yang tak kunjung reda.

Laura memang ada janji penting dengan dekan FKH UGM sebelum mulai kerja dinasnya di kampus sebagai dosen bagian Patologi Anatomi.

Dia melirik jam dinding di dinding ruang tengah apartemennya. "Aduh bisa telat ini kalau aku nggak segera berangkat! Aku sungkan kalau sampai terlambat di hari pertama dinas di kampus."

Akhirnya, Laura membulatkan tekad untuk menembus hujan deras. Dia mengambil kunci mobil HRV merahnya dan menuju parkiran mobil di basement apartemennya.

Sepanjang perjalanan cuaca masih sangat buruk, kaca depan mobilnya pun tampak agak buram karena derasnya air hujan sekalipun wiper kaca mobil sudah dinyalakan. Setelah setengah jam berjuang menembus hujan, Laura pun sampai di kampus.

Ketika akan turun dari mobil ke gedung V2 untuk bertemu dengan dekan FKH. Dia mencari-cari payungnya yang biasa dia taruh di mobil supaya tidak basah kuyup karena hujan masih turun dengan derasnya. "Kemana payung yang biasa ada di mobil?!" ujarnya frustasi karena tak kunjung menemukan payung yang biasa dia taruh di mobil.

"Ya ampun ... minggu lalu kutinggal di rumah Papa!" ucapnya setelah dia ingat meninggalkan satu-satunya payungnya yang biasa ada di mobil.

Laura pun membulatkan tekad untuk lari ke lobi gedung V2 dari parkiran. Waktu pertemuannya tinggal 5 menit lagi, dia tidak ingin datang terlambat.

Gubrak!

"Aaahhh!" pekiknya terkejut saat menabrak badan yang keras seperti tembok dan hampir terjerembab bila tidak segera ditarik oleh si empunya badan yang keras tersebut.

"Nona hati-hati lain kali perhatikan jalanmu!" tegur pria yang saat ini memeluk erat tubuh Laura, sementara Laura masih shock dan kedinginan karena tubuhnya setengah basah oleh air hujan.

Laura menatap wajah pria yang tidak sengaja dia tabrak tadi dan merasa wajahnya menghangat. Pipinya yang tadinya pucat pun mulai merona merah karena malu. Pemuda itu sangat tampan seperti artis Korea. "Maaf ... saya terburu-buru" ujar Laura cepat lalu segera berlari ke tangga yang menuju ke lantai 2.

James melepaskan pelukannya pada gadis yang tadi menabraknya dan menatap kepergian gadis itu dengan bengong. Dia merasa jantungnya berdebar-debar saat menatap wajah gadis tadi.

Gadis yang sangat cantik, sepertinya dalam 3 tahun ini dia belum pernah berpapasan dengan gadis itu di kampus. Mahasiswi baru? Tapi penampilannya terlalu elegan dan matang untuk seorang mahasiswi, sepertinya bukan. James masih berpikir dan berbicara dalam hatinya.

"Wooiii!" seru Deon sahabatnya dari belakang mengagetkan James.

"Iihh ngapain sih kamu bikin aku kaget saja!" ujar James sambil pura-pura memukul kepala Deon.

"Lha habisnya bengong di tengah lobi sendirian. Ngapain coba? Oya bahan buat presentasi besok sudah dapet belum James?"

"Sudah kok. Ini ada di tasku. Hari ini kayaknya kelas Patologi Umum masih kosong ya? Pak Bambang masih dirawat di RS kabarnya," kata James sambil berjalan menuju gedung V1 tempat mata kuliah jam berikutnya.

"Mungkin kosong sih. Tapi mendingan kita tunggu di kelas aja deh, lagian 'kan kudu ngisi absen. Habis kelas kamu mau kemana Bro?" tanya Deon sambil mencari tempat duduk di ruangan 101.

James masih memikirkan gadis yang tadi menabraknya dan tidak begitu memperhatikan perkataan Deon.

"Waduh dikacangin nih!" seru Deon agak kesal karena James tidak menjawab pertanyaannya lagi.

"Ehh sori ... sori Bro," ujar James tak enak hati pada Deon. "Jadi tadi aku ditabrak cewek di lobi, cakep banget lho kayak model blasteran. Bukan mahasiswi FKH deh."

"Kamu kenalan nggak sama dia? Namanya siapa? Siapa tahu bisa dikecengin daripada kamu jadi jomblo abadi ...," goda Deon menyindir sahabatnya yang masih betah menjomblo dari awal masuk kuliah sampai semester 6. Padahal kalau soal tampang tak ada kurangnya si James ini. Tetapi, setiap ada cewek yang pedekate tidak pernah direspon.

"Mana sempat?! Dianya buru-buru kabur ke lantai 2. Ya kalau jodoh nggak kemana juga Deon. Aku selama ini jomblo karena tak ada waktu buat pacaran, iya kali seperti Mas Dany yang betah kuliah 8 tahun, tiap hari kerjaannya pacaran melulu," jawab James membela diri sambil mencatut nama seniornya yang tak kunjung lulus kuliah.

"Selamat pagi semuanya!"

Seorang dosen wanita masuk ke ruang kuliah 101 dan menyapa mahasiswa. Ruang kuliah langsung sunyi yang tadinya ramai seperti pasar.

Deg. Jantung James seperti terpukul tepat di intinya ketika melihat paras cantik di hadapannya. 'Itu gadis yang tadi pagi yang menabrakku di lobi,' batin James seraya mengerutkan alisnya dan menata detak jantungnya yang mendadak aritmia.

Laura mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas seraya menilai raut wajah mahasiswa yang akan dia ajar pagi ini. Perasaan demam panggung itu sudah tak pernah dia rasakan semenjak berulang kali harus melakukan presentasi penelitian ilmiah di hadapan dosen penguji kelas internasional.

Mentalnya sungguh sekeras baja, sangat tidak cocok dengan penampilannya yang kalem cantik, sungguh menipu mata, biasanya wanita cantik otaknya kurang cerdas. Tapi ini berbeda, dia Gwendolyn Laura Carson.

"Perkenalkan saya Profesor Gwendolyn Laura Carson, kalian boleh memanggil saya Bu Laura atau Prof Laura. Mulai hari ini hingga akhir semester 6, saya akan mengajar Patologi Umum menggantikan Profesor Bambang Gunawan. Salam kenal semuanya. Apa ada yang ingin ditanyakan? Saya persilakan."

Kelas mendadak sunyi senyap.

Ada satu mahasiswa yang mengangkat tangannya. "Ya silakan," kata Laura.

"Apa Bu Laura masih single?" tanya Deon yang sontak membuat seisi kelas bersuara 'huuuuuuuu' serentak.

Laura tertawa pelan seraya menggeleng-gelengkan kepala seolah tak habis pikir pertanyaan ajaib yang dia terima ketika pertama kali memberi kuliah hari ini.

"Saya masih single, Mas. Tapi pertanyaan pribadi yang lain saya tidak akan jawab. Oke kalau tidak ada pertanyaan lain kita mulai saja kuliah kita pagi ini tentang kondisi patologis peredaran darah. Materi kuliah bisa di download di web FKH bab Patologi Umum seri 3."

Sepasang mata yang menatap tak bergeming sejak Laura masuk ke kelas membuat jantung Laura sedikit berdebar aneh, tapi dia menutupi perasaan gelisah itu dengan memberikan presentasi kuliah dengan lugas dan diselingi interaksi tanya jawab dengan mahasiswanya hingga akhirnya kelas berakhir.

Laura membubarkan kelas tepat 1 jam setelah dia mulai. Mahasiswanya pun bergegas keluar dari ruang kuliah 101.

Ada seorang mahasiswa yang belum beranjak dari ruang kuliah 101 yang menurut Laura paling tampan di kelas itu. Pemuda yang tadi pagi dia tabrak di lobi. Laura membereskan barang bawaannya di meja dosen.

Sebuah tangan terulur di hadapannya.

"Perkenalkan, Profesor. Nama saya James Peter Indrajaya, Anda bisa memanggil saya James." Yang empunya tangan menatap langsung ke mata Laura dengan serius. Wajah laki-laki itu sungguh tampan tanpa cela, sekilas mirip bintang drakor favorit Laura yaitu Park Seo Joon, handsome Oppa-nya.

Laura menjabat tangan yang hangat dan kuat itu. "Hai, James. Salam kenal." Tangannya masih digenggam erat hingga dia berdehem barulah James melepaskan jabatan tangannya.

"Maaf tadi pagi, saya menabrakmu di lobi. Hujan pagi ini sungguh lebat, payungku tertinggal di rumah." Laura berusaha tersenyum dengan tenang sementara rasanya seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya.

James pun tersenyum seraya berkata, "Ohh pantas saja Anda berlarian di waktu hujan deras tanpa payung, Profesor Laura. Baiklah, saya tidak akan mengganggu waktu Anda yang berharga. Silakan duluan."

"Oke, James. Sampai jumpa." Laura berlalu sambil melepas senyumnya.

Pemuda itu mengamati dosen barunya yang menghilang dari pintu ruang kuliah 101. Dia merasa ada yang berbeda dengan perasaannya saat melihat senyuman Profesor Laura. Apakah dia telah jatuh cinta?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY