/0/6503/coverbig.jpg?v=afda2728b97c81c32c6edc17c36624a5)
Aurora Safitri, wanita sederhana merupakan anak yatim yang hanya tinggal berdua dengan ayah tirinya yang hobby berjudi. Aurora hanya bisa pasrah memilih takdir menerima tawaran sahabatnya untuk menjadi istri kedua oleh seorang pria tampan dan kaya namun kesepian hanya karena ia harus membayar utang ayahnya. Alvaro Ricolas, seorang pria tampan, gagah serta kayaraya. Parasnya bisa menghipnotis siapa saja yang memandangnya. Pria yang begitu di idolakan oleh para kaum wanita. Siapa sangka ternyata di balik kehidupan yang serba mewah, pria itu merasa kesepian. Sebab wanita yang dinikahinya dua tahun lalu nemilih berkarir di Negeri tetangga. Ia butuh seorang wanita untuk menemani kesehariannya. Hingga akhirnya ia menikah dengan seorang wanita yang sederhana. Bagaimanakah kisah keduanya dalam menjalani biduk rumah tangganya? Bagaimana kehidupan Aurora setelah menyandang status istri kedua? Apakah wanita itu bahagia atau justru sebaliknya? Apakah tumbuh benih benih cinta diantara keduanya? Nantikan Kisahnya !
Aurora Safitri, gadis berparas cantik yang harus rela menjadi istri kedua oleh seorang pria tampan nan kaya raya namun kesepian.
Namun siapa sangka ternyata menjadi istri kedua tak seburuk dengan yang ia pikirkan, yang selalu menjadi bahan ocehan emak-emak berdaster tentang penderitaan yang dialami menjadi istri kedua justru Aurora mengalami hal sebaliknya, ia justru diperlakukan bak seorang ratu oleh suami penguasanya itu.
Awal kisah....
"Kamu kenapa Ra?" tanya seorang gadis yang seumuran dengan Aurora, disaat melihat wanita itu termenung.
"Aku lagi bingung Ca!" jawab lesu Aurora kepada sang sahabat yang bernama Rebecca dan biasa ia panggil Eca.
"Bingung kenapa?" Rebecca menyeruput minuman noba dingin yang ada di tangannya. Minuman yang wajib mereka konsumsi saat menginjak wilayah kampus.
Saat ini mereka sedang berada di cafe yang tak jauh dari kampus tempat mereka menimbah ilmu.
"Aku butuh uang, tapi aku nggak tahu harus pinjam kemana? Mana banyak lagi! Apa aku jual ginjal aja ya?" ucap sedih Aurora.
Plak
"Apaan sih! Sakit tau nggak!" sungut kesal Aurora saat sahabatnya itu menghadiahinya dengan tabokan yang cukup keras di kepala bagian belakangnya.
"Habisnya kamu itu bicara asal ceplos saja. Mending kamu mengikuti jejakku, kamu bisa dapat uang tanpa harus menjual ginjal, yang ada entar kamu mati lagi.
"Astagfirullah Ca... Tega benar kamu Ca, doain sahabat kamu yang cantik jelita ini mati." Aurora menatap sedih sahabatnya seraya memegang dadanya.
"Cih, drama queen! Memang kamu butuh berapa sih? Siapa tahu simpananku cukup."
"100jt!"
"What? Banyak bener. Memang mau diapain uang segitu banyaknya?"
"Bayar utang Ayah tiriku Ca. Dia minggat dari rumah, aku yang di tagih ama rentenir sampai sekarang."
"Kasihan banget sih nasib kamu yah! Kamu mau nggak ngikutin jejakku? Kebetulan bos suamiku lagi butuh istri kedua," tawar Rebecca dengan sangay hati-hati. Wanita itu takut jika sahabatnya merasa tersinggung.
Aurora terdiam menatap sahabatnya lekat.
"Memang kamu nggak sakit hati jadi yang kedua?" tanya penasaran Aurora yang masih asyik menikmati minuman bobanya yang gelasnya cukup tinggi.
"Kadang-kadang. Tapi meski aku jadi yang kedua, aku diutamakan, asal kamu tahu," jawabnya santai memainkan pipet minumannya.
"Iya juga sih, kan istri pertama Suamimu pramugari, jarang pulang jadi otomatis kamulah di utamakan."
"Hmm, benar. Gimana, kamu mau nggak? Bukannya aku mengajarkan kamu yang enggak bener ya. Cuman ini jalan yang menurutku paling cepat, apalagi kita kan bukan jadi sugar baby tapi istri sah dimata hukum dan agama. Jadi menurutku sih sah-sah aja!"
Aurora tampak diam mencoba mencerna ucapan sahabatnya.
Oh my? Apa dia harus melakukannya?
"Memang kamu jadi istri kedua ngapain?" tanya asal Aurora membuat Rebecca memutar bola matanya malas.
"Ya apalagi. Sama seperti seorang istri pada umumnya. Melayani suami mulai dari pagi sampai pagi lagi. Hehe."
Wanita itu tertawa kecil melihat ekspresi sahabatnya. Pasti otak sahabatnya itu sudah traveling ke mana-mana.
"Udah enggak usah banyak berpikir. Nanti aku tanya suamiku. Setelah itu aku kabarin deh."
Aurora menghela nafas panjang. "Terserah deh! Aku udah nggak punya jalan lain lagi. Aku ikut apa kata kamu aja."
Aurora sangat tahu siapa pria yang di maksud sahabatnya Rebecca. Seorang pria yang kaya raya namun kesepian sebab sang istri mengejar karirnya sebagai seorang model. Pria yang sering diceritakan oleh Rebecca yang selaku sahabat serta atasan suaminya.
Di sebuah Apartemen
"Yang," panggil Rebecca kepada sang suami yang tak lain adalah - Jason Collin.
"Apa Yang?"
"Apa bos kamu masih nyari istri kedua?" tanya Rebecca.
"Iya Yang, masih. Kenapa? Apa kamu punya rekomendasi?" tanya santai Jason masih menatap layar TV dengan kepala berada di pangkuan istrinya.
"Hmm.. Sahabatku lagi butuh uang 100jt, aku saranin sih tadi." Tangan wanita itu sedari tadi membelai rambut suaminya.
"Apa dia mau?" tanya Jason antusias. Serasa mendapatkan angin segar pria itu langsung bangun dari pangkuan Rebecca. Bagaimana tidak senang, jika tugas yang selama ini belum terselesaikan sudah mengarah ke titik terang.
"Ya mau enggak mau, dia harus mau. Tapi apa bos kamu enggak keberatan, kalau harus minta uang segitu banyaknya?"
"Baginya uang segitu nggak ada apa-apanya Sayang. Besok deh aku bilang sama si bos. Tapi jangan lupa kirim fotonya, pasti si tengik itu ingin lihat dulu orangnya seperti apa," ucap Jason seraya mencubit pelan hidung mancung istri keduanya itu.
"Oke!" sahut Rebecca tersenyum manis, lalu mencium bibir sang suami dan tentu saja dibalas oleh Jason.
"Yang, pengen!" rengek Jason dan di angguki oleh Rebecca. Tak membuang waktu Jason langsung membopong istrinya ke kamar dan melakukan apa yang harus di lakukannya.
*****
Sementara di rumah kecil beralaskan semen yang belum sempurna tampilannya, seorang wanita cantik meski dengan gaya sederhananya tengah memakan mie instannya dengan tidak bersemangat. Wanita itu masih memikirkan keputusan yang telah di ambilnya demi membayar utang ayah tirinya.
"Aku jadi istri kedua?" gumamnya setelah mie instan di mangkuknya telah habis tak tersisa. Meski tidak semangat tapi tetap saja perutnya lapar.
"Ayah ke mana sih? Tega banget meninggalkan Aura sendiri? Meninggalkan hutang lagi!" gerutunya dengan sangat jelas.
Setelah selesai membersihkan piring kotornya, wanita itu memilih masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di jendela sambil menatap langit. Ia mengingat kembali moment bahagianya saat sang ibu dan ayah kandungnya masih hidup.
Kehidupannya berubah menjadi cukup suram, saat ibunya harus menikah lagi dengan Ayah tirinya yang bernama Herman. Pria yang di pilihkan oleh sang nenek kala itu. Pria yang awalnya selalu bersikap baik kepada mereka lama kelamaan berubah menjadi kasar. Bukan hanya itu ayah tirinya ternyata hobby bermain judi.
Tak hanya sampai disitu, ia dan sang ibu bahkan kerap kali menjadi bulan bulanan ayahnya saat pria itu kalah bermain judi dan puncaknya saat ibunya jatuh sakit. Ayah tirinya jarang pulang ke rumah dan Aurora sering melihat ayahnya bersama wanita lain dengan begitu mesranya.
Ayahnya bekerja? Ya, pria itu bekerja di bengkel besar dengan gaji yang lumayan besar pula. Namun kebiasaan buruknya membuat semua tak pernah cukup.
Aurora beruntung karena mempunyai otak yang cukup cerdas, meski uangnya pas pasan atau kerap kali tak cukup namun wanita itu masih tetap dapat menimbah ilmu hingga ke jenjang universitas dengan bantuan beasiswa.
"Andai aku masih punya keluarga yang lain, aku enggak akan sendirian seperti ini," lirihnya.
Wanita itu mengusap kasar air matanya yang telah meluncur jatuh bebas ke pipinya. Ia merasa kesepian, tak ada lagi keluarga yang hangat seperti saat dia masih kecil. Semuanya berubah, sangat berubah! Hingga kadang membuat wanita itu putus asa.
Dengan gaya duduk, menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, gadis itu menangis tertahan. "Ibu, Aura lelah Bu. Ayah Herman sangat jahat bu. Dia meninggalkan Aurora sendirian bu. Apa Ibu tahu, aku terpaksa harus menikah menjadi istri kedua untuk membayar semua utangnya yang sangat banyak itu. Aku tidak punya cara lain lagi bu. Sampai matipun aku bekerja, pagi sampai malam aku takkan bisa mengumpulkan uang sebanyak itu bu."
"Aura harus bagaimana bu?"
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.