/0/6969/coverbig.jpg?v=caad2c9c706d997b2fdfad72ac357b85)
Risa Jasela seorang wanita berumur 22 tahun ia bekerja sebagai sekretaris desa, sementara Ivan Pramana adalah seorang guru honorer di salah satu sekolah negeri. Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja di alun-alun kota Jogja Risa Jasela dan Ivan Pramana memutuskan untuk menikah dalam waktu yang singkat. Namun siapa sangka menjalankan rumah tangga tak semudah yang ia kira. Risa ternyata gadis yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, sensitif, juga manja, tetapi Ivan masih mencoba untuk sabar dan berharap seiringnya berjalannya waktu Risa bisa berubah. Di tengah-tengah romantisnya rumah tangga mereka masa lalu ivan datang kembali. Ayu, mantan kekasih Ivan sewaktu dirinya menempuh pendidikan SMA. Ayu adalah gadis yang serba bisa, cerdas, cantik dan masih lajang. Jujur saya Ayu masih menyimpan perasaan pada mantan kekasihnya, Ivan. Kehadiran Ayu membuat Risa rendah diri, mertuanya juga suka membanding-bandingkan Risa dengan Ayu ditambah lagi dengan Risa yang belum bisa memberikan cucu untuk mertuanya. Akankah Risa dapat mempertahankan rumah tangganya dengan Ivan atau harus berakhir menjadi janda di umur yang masih sangat muda?
"Dek bangun Dek, udah siang." Aku membangunkan istriku yang baru resmi tiga bulan ini.
"Eem bentar lagi Mas lima menit lagi." Risa menggeliat ke segala arah.
"Bangunlah Dek ini udah jam berapa, Mas harus kerja kamu malah tidur, inget lo kita udah nikah, statusmu berubah sekarang."
Aku mengerutkan dahi kepalaku mulai pusing seperti biasanya tiba-tiba ia keluar dari selimut tebalnya dengan wajahnya yang imut itu. Ya, walaupun baru bangun tidur wajahnya masih bisa menggoda kelakianku.
"Ya Allah aku capek Lo Mas, kemarin aku lembur kerja emang gak liat aku kerja. Aku masih ngantuk udah dibangunin gak bisa nyiapin keperluan sendiri apa sih, dulu juga biasanya sendiri 'kan?" Bibirnya yang tipis mulai berceramah pagi ini.
Kesabaranku mulai habis tapi aku teringat pesan ibu lebih tepatnya ibu mertuaku.
"Nak Ivan banyakin sabar ya. Semisal dirimu sudah tidak kuat lagi jangan bicara ke Risa. Bicara ke ibuk saja."
Ya, Risa adalah orang yang cepat emosi sampai sekarang pun aku belum bisa menjadi pawang untuk dirinya hanya ibu yang bisa menenangkan dia.
"Mas liat baju dinasku gak?"
"Ya mana Mas tau sayang, 'kan bajumu masak semua Mas yang urus."
"Hih Mas, jangan nambah pusing deh." Dia mulai lagi selalu begitu.
"Lah itu yang digantung apa?" Aku mengarahkan jari telunjukku ke arah belakang pintu. Ia melihat ke arah yang aku tunjuk seraya tersenyum kikuk pipinya yang tembem lantas memerah.
"Lah belum disetrika, hih masak aku pake baju kusut lo. Mana sempet aku nyetrika, belum mandi."
Tiba-tiba ia mendekatiku seperti anak kecil, baiklah.
"Mas."
"Apalagi?" tanyaku gemas pada Risa.
"hehehe setrikain yah Mas. Yah, yah." Ia memelas dengan muka manisnya yang membuat aku selalu mengalah lalu menuruti semua keinginannya.
"ya udah sini Mas setrikain. Kamu mandilah."
Aku mengambil pakaian berwarna coklat gelap dari tangan Risa lalu menyetrikanya.
"Baiknya suamiku yang ganteng ini makasih ya Mas hehehe."
Ia berlari ke arah kamar mandi sedangkan aku sibuk menyetrika baju dinasnya. Risa bekerja sebagai sekretaris desa di kampung kami sedangkan aku guru SMA dan ya belum PNS bisa dibilang gaji Risa lebih besar dari gajiku bahkan tidak ada apa-apanya dengan gajinya. Walaupun ia kekanak-kanakan dia tak pernah meminta Barang-barang mewah atau pakaian mahal seperti yang dipakai para artis dalam sinetron yang buming sekarang ini. Ya, aku paham percuma meminta kepadaku gajiku tidak seberapa hanya cukup untuk membayar listrik rumah kami.
"Mas bajunya udah." Ia keluar memakai handuk seraya memegang kepalanya yang terbalut handuk pula.
"Udah ni." Aku serahkan baju itu kembali pada Risa.
"Loh jilbabnya bukan yang itu lo Mas, masak si gak tau aku hari Senin pakai yang coklat Mas bukan yang hitam. Gimana sih gitu aja gak bisa."
Ok aku mulai kehilangan kesabaran, aku lempar jilbabnya yang baru aku setrika ke papan setrika hingga tampaklah wajah Risa yang terkejut terlihat dari sudut matanya ada bulir air mata yang akan jatuh
"Cukup! Kamu ya kamu kira aku pembantu. udah disetrikain ini itu udah aku turutin, aku ini suami mu paham gak kamu!" pekikku lantang.
Aku menggelengkan kepala lalu aku meninggalkan dia bersiap-siap di kamar tamu, sibuk dengan urusanku sendiri aku tak mau ikut campur urusannya lagi. Beberapa menit kemudian diam-diam aku melihat ke kamar kenapa dia lama sekali apa dia tidak ingin berangkat bersamaku. Risa masih terduduk di ranjang kami sesekali jarinya mengarah ke wajahnya seperti mengusap air mata.
"Dek kok belum pakai jilbab, ayok nanti terlambat kerja." Dia masih membelakangiku.
"Adek gak kerja Mas, Mas aja." Ia terisak-isak seperti bocah tengil yang tadi habis dimarahi abis-abisan.
"Kamu nangis, ya udah Mas minta maaf. Ayo pakai jilbabmu."
"gak mau, mas pagi-pagi bikin sedih aja." ya ampun apalagi gumamku lalu aku berjongkok di hadapannya.
"Ya udah Mas minta maaf, Mas pasangin ya jilbabnya yang ini 'kan." Dia diam-diam tersenyum tapi malu-malu sudah kuduga.
"Jangan nangis lagi nanti riasannya luntur lo." Dia tertawa sungguh cantik sekali istri mungil ku ini
"Nah udah."
"Makasih Mas." Ia memelukku lalu aku mengantarnya dengan motor matic ia tidak pernah komplen dengan kendaraan ini kecuali ketika motor ini mogok mulai mulutnya berkicau kembali. Seperti dua hari yang lalu bisa-bisanya motor ini mogok di tengah jalan yang ramai alhasil si Risa berkoar-koar telingaku sampai merah dibuatnya ditambah terik matahari yang menyengat kala itu.
"Mas, Adek masuk dulu assalamualaikum." Risa mencium tanganku dengan takzim.
Dari kejauhan aku lihat pria itu, dia lagi pikirku ya dia si Raka teman kerja Risa. Dulu kami sama-sama memperebutkan Risa tapi entah mengapa Risa memilihku padahal aku bukan apa-apa dibanding dengan Raka. Ya, tapi aku lihat-lihat memang jelas lebih ganteng aku daripada Raka lebih tepatnya keren sih hahaha, hah kenapa aku harus bertemu setan sepagi ini, bisa-bisa hariku sial ampun deh.
"Mas," sapanya padaku.
"Iya Mas." Aku membalas sapaan Raka dengan malas.
"Si Risa ga risih ya Mas, padahal panas lo jam segini naik motor." Ia mulai menyombongkan dirinya yang punya mobil, dasar jelmaan setan ingin sekali rasanya aku memberikan kenangan di wajahnya contohnya satu tinjuan pamungkas mungkin.
Tiba-tiba Risa datang sepertinya ada yang ketinggalan aku kembali meredakan emosiku yang semula berkobar-kobar untung saja ada istriku yang cantik ini hehehe.
"Mas ini kunci rumah. Aku bakal pulang sore. Loh Mas Raka kok gak masuk kita bentar lagi rapat lo." Ia mengagetkan Raka
"Iya Sa, cuma nyapa suami kamu aja hehehe, ga boleh ya."
"Ya udah saya masuk duluan ya." Raka meninggalkan aku dan Risa di parkiran.
Akhirnya si jelmaan setan pergi juga nah begini 'kan lebih enak jadi lebih intim berduaan dengan Risa istriku yang jelita aduhai.
"Ya udah Mas hati-hati ya." Ia mencium bibirku, mataku langsung terbelalak setelah tadi emosiku meledak-ledak kini terasa sejuk setidaknya Risa menjadi penenangku hari ini dari si iblis Raka aku tersenyum lalu pergi.
Lima menit aku kendarai motorku terdengar sayup-sayup beberapa teman Risa seperti menyebut namaku 'Itu suami Risa, ternyata guru? Udah PNS belum kalau aku malu sih punya suami yang di bawah aku hahaha walaupun ganteng' aku terdiam sejenak sambil mengelus dadaku, sabar Ivan kita lihat saja kamu pasti akan jadi laki-laki yang sukses semangat aku mengangkat tanganku seperti pahlawan di medan perang.
"Pak maaf motornya ganggu orang yang mau jalan!" Seorang satpam di tempat Risa bekerja membuat aku terkejut
"Oh iya hehehe maaf Pak." Aku pun melajukan motorku kembali.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas