Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta Kedua CEO Jelita
Cinta Kedua CEO Jelita

Cinta Kedua CEO Jelita

5.0
10 Bab
532 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Rekaman video panas antara calon suami dengan sahabatnya di malam sebelum pernikahan membuat Yolanda Anastasia berang dan mengambil langkah seribu untuk meninggalkan altar detik itu juga. “Ketika aku menjaga kesucian diriku, kau memilih berselingkuh dan main celup celup dengan sahabat ku sendiri! Kau terlalu bagus untuk berlian seperti diriku, Raden!” Yola yang cukup sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh dua orang hina tersebut lantas melabuhkan kakinya di salah satu bar guna menghibur diri. Hal ini justru membuatnya bertemu dengan seorang bartender tampan bernama Dirgantara Candra, sebuah pertemuan singkat yang berujung pada ranjang apartemen pria tersebut. Demi menyelamatkan reputasinya dan mengubah keadaan untuk menghukum calon suami serta sahabatnya, Yola membuat sebuah skenario dan melibatkan Dirga di dalamnya. Melalui intimasi yang sering keduanya lakukan, Yola jatuh kepada pesona Dirga. Dan ketika ia mulai nyaman, calon suaminya kembali datang dan mengatakan hal yang membuat Yola meragukan kesetiaan Dirga. Siapa yang memberikan rekaman video panas itu kepada Yola? Apakah Yola akan teguh bersama Dirga atau memilih kembali dalam dekapan calon suami yang ia tinggalkan begitu saja?

Bab 1 SKANDAL VIDEO PANAS

“Ahh … Sayang … ya, lagi. Sedikit lagi.”

Suara animalistik yang hampir menyentuh nikmat surgawi dari sebuah video rekaman alakadarnyar nyatanya membuat Yolanda Anastasia menjadi berang.

Dengan napas yang menderu, ia mengangkat tangannya dan meminta perias wajah untuk berhenti menyapukan riasan pada wajahnya yang tinggal sedikit lagi selesai.

“Jangan rias wajahku lagi,” pintanya sambil mengamati lekat video tersebut hingga gemetar hebat.

Yola tidak ingin percaya apa yang dirinya lihat sampai suara yang akrab di telinganya kembali terdengar. Mengalun dengan begitu menusuk sanubari dan relung di hatinya.

“Sayang, aku datang. Ya. Ya … astaga," ucap seorang pria yang nampak mengejang sebelum luruh.

“Tolong rahasiakan hal ini dari Yola,”sambungnya lagi sambil berguling dari perempuannya untuk berbaring di atas tempat tidur yang nampak kusut tersebut dengan selimut yang mencuat dari berbagai sisi.

Yola memandang hal itu dengan mata memicing dan menyaksikan video rekaman ini membuat air matanya tertumpah dengan deras hingga menganak sungai.

Bukankah harusnya hari ini adalah hari bahagia untuknya? Ketika dirinya dapat bersanding dengan Raden Dwimas, seorang konglomerat serta CEO dari perusahaan ekspor impor mebel.

Ketika akhirnya jalinan asmara delapan tahun antara Yolanda Anastasia dan Raden Dwimas berakhir bahagia?

Namun kenapa? Hanya berselang beberapa jam dari janji suci dan ikrar yang terucap, ia malah mendapatkan kiriman tidak senonoh yang menampilkan suaminya tengah bermesraan dengan perempuan lain?

Yang lebih parahnya, setelah Yola mengamati dengan lekat, perempuan yang sedang memadu kasih dengan calon suaminya adalah Irene, sahabat karibnya yang bahkan kini menjadi pendampingnya untuk menuju altar.

Perlahan, pintu ruang itu terbuka dan menampilkan seorang pendamping pengantin yang tengah membawakan buket bunga untuk Yola pegang nantinya.

“Yola, ini aku bawa bunga untuk kau pegang waktu jalan ke altar—” suaranya terputus dan sebuah senyuman sirna dari wajahnya ketika melihat Yola bergegas bangun dari tempatnya sambil melemparkan telepon genggam yang masih memutar video tersebut dengan volume paling kencang.

BRAK!

“Kau kenapa Yol?” tanya Irene dengan gugup sambil mengambil benda pipih yang dijatuhkan oleh sahabatnya tersebut sebelum mendengar suaranya sendiri yang tengah beradu dengan suara milik Raden.

“Masih bertanya aku kenapa, Ren? Kau beneran jadi duri dalam daging ya ternyata! Bisa bisanya dirimu tidur dengan Raden!”

Mendengar gelagar amarah dari Yola membuat beberapa perias wajah keluar dari kamar tersebut sementara Irene mematung di tempatnya.

Perempuan itu ragu antara ingin mematikan telepon genggam tersebut yang masih mengeluarkan suara atau mencoba menenangkan Yola.

“I-itu bukan diriku. Mukanya saja yang mirip. Kan dirimu tahu sekarang ada aplikasi untuk ngedit muka,” jawabnya.

Mendengar penuturan dari Irene membuat Yola menggeleng dengan kuat kemudian dirinya berjalan dengan cepat meski merasa kesulitan akibat baju pengantinnya yang sungguh lebar hingga menyapu lantai.

Ia kumpulkan ujung dressnya sebelum melangkah dan mendekati Irene. Kala jarak mereka hanya berbeda beberapa helai rambut, Yola berbicara dengan nada yang cukup bengis.

“Mirip? Mirip sama dirimu? Oh, aku sangat amat percaya dengan dirimu, Ren. Sahabat terbaik yang aku miliki sejak bersekolah hingga kita bekerja dan aku hampir menikah dengan Raden. Benar. Aku harus mempercayai dirimu, bukan?” tanyanya dengan penuh sindiran yang cukup pedas seraya mengambil buket bunga yang sejak tadi di genggam oleh Irene.

“Dirimu memang tidak akan mengkhianati diriku 'kan, Ren? Terima kasih sudah menjadi sahabat paling baik yang pernah aku miliki,” tambahnya lagi dengan mata yang memerah.

“Yola—”

“Kenapa masih diam di situ? Kenapa dirimu tidak keluar dari sini?” potong Yola dengan cepat sebelum menginjak buket bunga tersebut yang membuat kelopaknya berhamburan serta tangkainya patah.

“Kenapa Ren kenapa?!” tanyanya lagi dengan nada yang lebih keras.

“I-itu bukan diriku. Aku tidak mungkin melakukan perbuatan tercela dengan Raden di hadapanmu,” ucap Irene dengan cukup terbata yang membuat Yola semakin terbakar amarah.

“Di hadapanmu.” Yola berdecih kala mengulang apa yang terlontar dari belah bibir Irene dengan tidak habis pikir.

“Dasar pembohong! Kau memang lihai mengelabui diriku, Irene. Kau tidak melakukan apapun di hadapanku namun di belakang, kau bermain tunggangan kuda bersama dengan Raden!” imbuhnya.

Napasnya menderu dengan hebat, langkahnya limbung hingga ia harus berpegangan pada bangku yang sebelumnya ia gunakan untuk merias diri.

“Ternyata dirimu memang merupakan pagar makan tanaman, Irene. Aku kerap bercerita pada dirimu tentang hubunganku dengan Raden, ternyata … ternyata dirimu malah menikung dan bahkan kawin dengan Raden. Dasar binatang!” murkanya lagi sambil berpaling dan menggelengkan kepalanya.

Yola beranjak ke arah jendela dan menyibak tirainya sedikit untuk melihat tamu yang mulai datang dan memenuhi kawasan pernikahannya.

Tamu-tamu yang nampak bahagia serta orang tuanya yang tersenyum tulus kala bertemu teman lama mereka.

Hati Yola sakit dan perih dibuatnya, ditikung oleh sahabat yang sangat dirinya percayai serta calon suami yang berkhianat darinya.

“Yola sayang ada ap—” Pintu ruangan itu menjeblak terbuka, menampilkan Raden yang sudah memakai tuksedo diikuti oleh beberapa rekan serta perias wajah yang nampak takut-takut bergerak untuk memasuki ruangan tersebut.

Tatapan Raden jatuh pada Irene yang membeku dengan telepon genggam yang hancur pada genggamannya sebelum ia tatap Yola yang masih memunggungi dirinya.

“Yol ayolah. Satu jam lagi kita akan menikah. Kau kenapa?”

“Kenapa?" tanya Yola dengan terisak hebat dan kepala tertunduk.

Ia sudah bahu membahu dengan Raden guna membayar mahal untuk acara pernikahannya, menyewa tempatnya jauh-jauh sebelum hari H, memastikan seluruh tema dan dekorasi sesuai dengan impian masa kecilnya.

Semua hal terkait dengan pernikahannya nampak sempurna, tidak ada celah sama sekali yang mulanya membuat Yola heran.

Namun, kini keraguannya terjawab.

Dan semua yang pernah diimpikan oleh Yolanda Anastasia pupus sudah.

“Video itu kapan, Raden?” tanya Yola pelan yang membuat Raden beringsut mendekati Yola meski Irene sudah menarik tangannya dan menggeleng perlahan. Akan tetapi, Raden menepis tangan tersebut dan langkahnya mantap menuju Yola.

Ia pegang bahu pengantin perempuannya kemudian memandang manik matanya dengan cukup dalam.

“Video apa?” tanyanya dengan berpura-pura polos

“Rekaman video panas antara dirimu dengan Irene. Dilihat dari pakaian Irene yang terserak dan kau ... kku memakai kemeja warna biru muda dengan satu kancing berwarna hitam di video itu, Raden.”

“Yola kau tidak mengerti. Ini hanya cobaan jelang pernikahan,” kilah Raden sambil menatap ke arah belakang lalu menggeleng untuk meminta tiap orang meninggalkan ruang tersebut.

“Aku hapal kemeja itu, Raden. Kancingnya hilang satu dan aku yang jahit dengan kedua tanganku sendiri. TANGAN KU SENDIRI! Penilaian aku tidak mungkin salah,” jelasnya dengan bahu yang bergerak naik dan turun serta air matanya yang meleleh.

“Kau mengkhianati diriku, Raden. Dari semua wanita, kau memilih untuk main belakang dengan Irene, sahabatku! Kau … aku benar-benar tidak habis pikir,” ucapnya dengan susah payah karena merasa begitu sesak.

“Yola—”

“Ah, satu lagi. Jika penilaian aku benar, itu baru terjadi semalam kan? Saat kita pesta lajang terakhir kalinya di resort dekat pantai? Iya? Masih ingin mengelak? Aku bisa minta tolong orang ramai-ramai untuk memeriksa resort tersebut, Raden.”

“Yola—”

Tetapi Yola sudah terbakar amarah, ia mungkin memang akan merugi jika meninggalkan pernikahan ini. Tetapi jika dirinya bertahan dan menjalani mahligai pernikahan dengan Raden Dwimas, nampaknya ia sudah tidak akan kuat lagi.

Sama saja, Jika Yola mempertahankannya ia akan dimadu karena hati suaminya terbuka untuk perempuan lain yang merupakan sahabatnya.

Dengan grasak grusuk, Yola menarik turun seleting gaun pernikahannya yang berada di samping tubuh kemudian kaki jenjangnya melangkah begitu saja dari gaun tersebut dan kini ia hanya mengenakan pakaian dalam.

“Pengkhianat memang cocok dengan pengkhianat,” desisnya sambil mengambil gaun malamnya yang tercecer, mengenakannya dengan cepat sambil memandang Raden dan Irene yang tercengang sambil tertunduk.

Ia lemparkan cincin pertunangan yang seyogyanya akan di tukar dengan cincin kawin ke muka Raden dan langsung di tangkap oleh pria itu.

“Yola, honey. You must be kidding me.”

“Aku serius!” ucapnya dengan nada yang cukup kencang sambil menampar pipi Raden.

“Penggoda dan pengkhianat memang harusnya bersama-sama!” katanya lagi dengan bengis sambil menarik tas tangannya dan memasukan seluruh barang berharganya.

“Dengan ini, saya Yolanda Anastasia membatalkan pernikahan dengan dirimu, Raden Dwimas,” kecamnya sambil berlalu sebelum di tarik lagi oleh Raden.

“Yola aku—”

PLAK!

“Kau bahagia dengan Irene, bukan? Ketika aku menjaga kesucian diriku, kau memilih berselingkuh dan main celup celup dengan sahabat ku sendiri! Kau terlalu bagus untuk berlian seperti diriku, Raden,” tandasnya dengan murka serta perasaan puas sebelum melangkah pergi untuk meninggalkan area pernikahan tersebut.

Langkah Yola mantap, ia pergi begitu saja meski tangannya selalu di cekal oleh orang-orang yang peduli padanya. Nampaknya, keributan yang tadi terjadi telah membuat gempar karena kasak kusuk kembali terdengar.

Yola tidak peduli lagi dengan apapun itu, meski Raden berteriak memanggil namanya.

“UNTUK APA TERIAK TERIAK MEMANGGIL NAMAKU LAGI, RADEN? KENAPA DIRIMU TIDAK MENIKAH DENGAN PEREMPUAN YANG KAU SUDAH AJAK CELUP CELUP?” balas Yola hingga uratnya begitu nampak di tenggorokan.

Yola pergi, untuk menenangkan dirinya sendiri. Suatu kepergian yang kelak mempertemukannya dengan Dirgantara Candra.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY