Unduh Aplikasi panas
Beranda / Adventure / Gairah Sang Pemuas
Gairah Sang Pemuas

Gairah Sang Pemuas

5.0
122 Bab
55.2K Penayangan
Baca Sekarang

Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai pemuas. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren. Selama menjadi Pemuas, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. bahkan, Dia membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul, ketika teman masa kecil dari kampungnya datang. "Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini."

Konten

Bab 1 Part 01

Seorang lelaki paruh baya, mengelus pemuda yang sedang membungkuk untuk mencium tangannya. Hari itu, pemuda tersebut akan pergi ke kota untuk kuliah.

Gusti Pratama namanya. Dia merupakan anak sulung pasangan Wiryo dan Yana. Pasangan sederhana yang terbiasa bertani dan berkebun, untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sungguh keberuntungan bagi mereka, saat mengetahui Gusti bisa mendapat beasiswa di universitas ternama.

Para gadis desa juga terlihat berkumpul di rumah Gusti. Tidak heran itu dilakukan mereka, Mengingat Gusti memiliki paras sangat tampan. Bisa dibilang dia adalah lelaki tertampan di desanya. Ya sebut saja kembang desa versi lelaki.

"Mas Gusti ojo tinggalin daku, Mas..."

"Iya. Jangan lupakan kami di sini ya."

Berbagai kalimat perpisahan didapatkan oleh Gusti. Lelaki tampan itu hanya menyapa dengan senyuman.

Jujur saja, dari banyaknya gadis di desa, hanya satu gadis yang selalu menarik perhatian Gusti. Namanya Siti Mawardah, dia seringkali disapa dengan panggilan Mawar.

Sebelum memasuki mobil, Gusti mengedarkan pandangan ke segala arah. Sebab, sejak tadi dia tidak melihat Mawar untuk melepas kepergiannya.

"Ayo cepat, Gus! Pesawatnya berangkat satu setengah jam lagi, Takutnya kita telat nanti," tegur Aman. Teman sepantaran Gusti, Namun dia merupakan anak juragan desa yang dikenal kaya. Sayangnya dia tak memiliki wajah setampan Gusti.

Gusti mengangguk dan segera masuk ke mobil Aman. Saat itulah, terdengar suara teriakan gadis yang memanggilnya dari jauh.

Buru-buru Gusti keluar dari mobil, Dia yakin gadis yang memanggilnya adalah Mawar.

"Gusti! Tungguin aku!" pekik Mawar yang berlari laju, sambil membawa sesuatu dalam pelukannya. Dia segera berhenti di hadapan Gusti.

"Kau kemana saja?! Bisa-bisanya kau jadi orang yang paling telat muncul dari yang lain!" timpal Gusti, Dia dan Mawar bersahabat sejak kecil. Keduanya sama-sama menyimpan rasa suka, Tetapi sampai sekarang mereka belum berpacaran.

"Jangan marah-marah. Aku membuatkan sesuatu untuk kau bawa, Nih!" Mawar menyerahkan barang bawaannya kepada Gusti.

"Ini apa?" tanya Gusti dengan kerutan dahi.

"Yang jelas itu akan berguna buatmu nanti. Ya sudah, pergi sana!" ujar Mawar yang malah mendesak Gusti untuk cepat pergi.

"Dasar! Senang ya lihat aku pergi," tanggap Gusti memberengut.

Mawar hanya membalas dengan menjulurkan lidah. "Kan kau nanti balik lagi," ucapnya.

Gusti mendengus kasar. Dia meletakkan barang pemberian Mawar ke kursi belakang mobil. Tanpa diduga, Gusti memeluk Mawar.

Mata Mawar membulat sempurna. Wajahnya juga memerah padam karena malu, Buru-buru dia mendorong Gusti.

"Apaan sih?! Kita dilihatin orang banyak!" kata Mawar gelagapan.

"Awas aja kalau kangen!" timpal Gusti, lalu Dia segera masuk ke mobil. Tak lama kemudian, beranjaklah dia bersama Aman.

Terlihat ada beberapa gadis yang kesulitan berpisah, Mereka sampai mengejar mobil dengan berlari. Saking tampannya Gusti, bahkan ada anak SMP yang juga menyukainya. Mereka bahkan membuat klub fans, bernama Tergusti-gusti di kampung bernama Pesenja itu.

Dari daratan hingga lautan diarungi Gusti, Sampai tibalah dia di ibu kota. Gusti dan Aman langsung pergi ke kost-kostan mereka yang kebetulan sudah dipesan.

Kini Gusti dan Aman baru saja sampai di kost-kostan, Keduanya terlihat mengambil barang dari bagasi taksi.

"Parah! Ternyata begini ya ibukota, Kita hampir dua jam terjebak macet. Udah capek, panas lagi!" keluh Gusti sambil geleng-geleng kepala.

"Kau beruntung punya teman kayak aku, Gus. Kalau aku nggak ada, kau pasti akan semakin kesulitan. Menemukan kost-kostan yang dekat sama kampus tuh nggak mudah loh," ujar Aman.

"Iya sih. Tapi harganya mahal. Kalau bisa nanti aku mau cari yang lebih murah," tanggap Gusti.

"Eh, kalau yang murah, kost-kostan angker banyak!" balas Aman. Dia dan Gusti segera memasuki kost-kostan, Di sana sudah ada ibu kost yang menyambut.

"Selamat datang di kost-kostan universe. Di sini tidak ada yang namanya perbedaan lelaki dan perempuan," ujar Hesti. Ibu kost-kostan yang tampak mengenakan daster selutut.

Hesti mendekat ke hadapan Gusti. "Ya ampun... tampannya Mas ini," pujinya.

Gusti tersenyum kecut sambil melangkah mundur, Ia justru lebih terpikirkan tentang perkataan Hesti tadi.

"Perbedaan?" tanya Gusti. Keningnya mengernyit dalam. Dia mengira, kost-kostan yang di tempatinya adalah kost-kostan campuran. Dimana lelaki atau pun wanita diperbolehkan tinggal di sana.

"Iya. Itu konsep kost-kostan di sini," jawab Hesti yang sama sekali tak menjawab pertanyaan Gusti. Dia memperbaiki rambut karena ingin dilihat cantik. Lalu berjalan lebih dulu, untuk mengantarkan Gusti dan Aman ke kamar masing-masing.

"Nggak. Maksudnya, saya bertanya apakah perempuan atau laki-laki diperbolehkan mengkost di sini?" tanya Gusti. Dia langsung mendapat senggolan siku dari Aman.

"Kau ngapain pakai tanya segala? Ini kan emang kost-kostan campuran!" ujar Aman, Membuat mata Gusti sontak terbelalak.

"Ini kan memang kost-kostan campuran. Susah loh mencari tempat senyaman ini, dengan harga yang cukup terjangkau," kata Hesti yang akhirnya berhenti di salah satu kamar. "Nah, ini kamar untuk Mas Aman," ucapnya sambil membukakan pintu.

"Makasih, Tante!" ujar Aman yang segera masuk ke kamar. "Aku duluan ya, Gus. Nanti setelah rehat kita nongki lagi," ujarnya yang sekarang bicara pada Gusti.

Kini Hesti menatap Gusti. Dia tersenyum dan berkata, "Nah kalau kamar buat Mas cakep ini di sana!"

Hesti berjalan menghampiri kamar yang akan di tempati Gusti. Lalu membukakan pintu untuk cowok tersebut.

"Namanya siapa ya, Mas? Kalau Mas Aman kan aku sudah kenal. Tapi Masnya kan belum," cetus Hesti.

"Saya Gusti," jawab Gusti dengan senyuman canggung.

"Ya sudah, Kalau ada apa-apa kasih tahu aku. Rumahku ada di sebelah kost-kostan ini. Yang pakai cat biru," ungkap Hesti. "Oh iya. Kalau mau nomor telepon, tinggal minta sama Aman," tambahnya.

Gusti hanya mengiyakan, Dia berharap Hesti cepat-cepat pergi sehingga dirinya bisa beristirahat. Akan tetapi, wanita paruh baya itu masih diam di ambang pintu.

"Apa ada yang mau dikatakan lagi?" tanya Gusti. Terpaksa bertanya karena Hesti tak kunjung beranjak.

"Nggak apa-apa, Masnya ganteng banget. Sudah lama nggak lihat yang segar-segar begini. Ya sudah, aku pergi dulu," ujar Hesti, Dia akhirnya beranjak.

Kini Gusti mendengus lega, Ia menutup pintu terlebih dahulu. Lalu menghempaskan diri ke ranjang, Meregangkan tubuhnya beberapa kali.

"Ahh... Capek banget," keluh Gusti. Atensinya terfokus pada tas yang berisi barang pemberian Mawar. Ia segera mengambil tas tersebut dan memeriksa isinya.

Mawar memberikan perlengkapan dapur, Terdapat juga tempe mendoan buatannya di dalam sana. Kebetulan tempe mendoan adalah makanan favorit Gusti.

Senyuman mengembang di wajah Gusti. Dia jadi rindu pada Mawar, Padahal dirinya baru berpisah beberapa jam dengan gadis itu.

Gusti memilih tidur sejenak. Dia akan membereskan kamarnya besok saja, Lelaki itu segera jatuh terlelap.

...***...

Bruk!

Terdengar suara pintu tiba-tiba terbuka, Gusti sontak terbangun dari tidurnya. Ia langsung merubah posisi menjadi duduk, sambil melihat ke arah pintu. Di sana tampak seorang perempuan cantik, dengan pakaian crop top dan rok mini.

"Wah! Ada cowok tampan di kamarku..." ucap perempuan yang sering disapa Ana itu. Dia melangkah sempoyongan dengan tatapan sayu. Sepertinya Ana sedang dalam kondisi mabuk.

"Kau siapa? Ini kamarku!" seru Gusti yang tentu saja kebingungan. Dia menyesal karena lupa mengunci pintu tadi.

"Aku tidak peduli ini kamar siapa," kata Ana sembari menghampiri Gusti. Tanpa diduga, dia melepaskan crop topnya begitu saja. Kini yang terlihat hanya bra dan rok mini.

"Apa yang kau lakukan?!" Mata Gusti membulat. Dia buru-buru menjauhi Ana, Berlari keluar dari kamar.

Gusti mendatangi kamar Aman, Mengetuk dan memanggil temannya itu beberapa kali. Sebagai pemuda kampung, jelas berhadapan dengan perempuan seperti Ana bukanlah hal biasa. Pemuda kampung seperti Gusti terbiasa hidup menjunjung tinggi norma.

Setelah lama mengetuk, akhirnya Aman membuka pintu. Lelaki itu tampak malas karena baru terbangun dari tidur.

"Apaan sih, Gus?. Baru malam pertama udah heboh aja," tukas Aman.

Bersambung

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 122 Part 122   Hari ini09:00
img
img
Bab 1 Part 01
07/06/2025
Bab 2 Part 02
07/06/2025
Bab 3 Part 03
07/06/2025
Bab 4 Part 04
07/06/2025
Bab 5 Part 05
07/06/2025
Bab 6 Part 06
07/06/2025
Bab 7 Part 07
07/06/2025
Bab 8 Part 08
07/06/2025
Bab 9 Part 09
07/06/2025
Bab 10 Part 10
07/06/2025
Bab 11 Part 11
07/06/2025
Bab 12 Part 12
19/06/2025
Bab 13 Part 13
19/06/2025
Bab 14 Part 14
19/06/2025
Bab 15 Part 15
20/06/2025
Bab 16 Part 16
21/06/2025
Bab 17 Part 17
22/06/2025
Bab 18 Part 18
23/06/2025
Bab 19 Part 19
24/06/2025
Bab 20 Part 25
25/06/2025
Bab 21 Part 21
26/06/2025
Bab 22 Part 22
27/06/2025
Bab 23 Part 23
27/06/2025
Bab 24 Part 24
28/06/2025
Bab 25 Part 25
29/06/2025
Bab 26 Part 26
30/06/2025
Bab 27 Part 27
01/07/2025
Bab 28 Part 28
02/07/2025
Bab 29 Part 29
03/07/2025
Bab 30 Part 30
04/07/2025
Bab 31 Part 31
05/07/2025
Bab 32 Part 32
06/07/2025
Bab 33 Part 33
07/07/2025
Bab 34 Part 34
08/07/2025
Bab 35 Part 35
09/07/2025
Bab 36 Part 36
10/07/2025
Bab 37 Part 37
11/07/2025
Bab 38 Part 38
12/07/2025
Bab 39 Part 39
13/07/2025
Bab 40 Part 40
14/07/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY