/0/8229/coverbig.jpg?v=20221229115747)
Arial Bima Pradipta. Siapa yang tidak mengenal sosok hening acap geming dengan sikapnya yang dingin? Sesosok bocah yang baru duduk di bangku SMA kelas sepuluh, namun sudah dikenal dengan brutalitas dan kebar-barannya hanya karena sejarahnya pernah mengalahkan seorang Aksa Wiraga -ketua dari geng Thunder- geng besar dan brutal di kotanya. Kisahnya tidak hanya tentang itu. Namun juga tentang solidaritas dari sekumpulan teman tongkrongannya yang ia anggap lebih dari sekedar teman. Mereka bisa menjadi keluarga untuk sekedarnya bernaung tatkala keluarga yang ia cintai tak lagi terlihat atensinya. Sayang, kehidupannya justru menjadi jungkir balik saat bertemu dengan perempuan bernama Agatha. Kehadiran perempuan itu pun membuat Arial kian meradang lara dengan semua luka yang harus dihadapinya. Dan siapa pula yang bisa menyangka bahwa ada rahasia besar yang tak luput dari teror mengerikan dan mengarah pada pembunuhan?
Langkahnya berhenti tepat di ujung gang yang tertuju langsung pada sebuah gudang bekas. Tanpa sadar jemarinya mengepal keras, meremas tali tas punggungnya. Lantas sepasang mata tajam dengan manik legam itu turun menatap pada beberapa lembar uang ratusan ribu yang ada di genggamannya. Ada rasa penuh dosa saat ia ingat bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu hanya untuk menuruti candu yang kini berhasil membelenggunya.
Pandangannya kembali terangkat menatap lurus pada beberapa orang yang sedang berdiri dan tampak melakukan transaksi tepat sepuluh meter dari tempatnya berpijak.
"Hei, Bro!" Salah satu dari orang itu memanggilnya. Ragu-ragu langkahnya kembali terayun, menghampiri beberapa orang yang masing-masing menggenggam bungkusan kecil berisikan bubuk putih. Ya, bubuk putih yang kini sedang ia butuhkan.
Hingga langkah sepasang kakinya berhenti tepat di hadapan orang itu. Tanpa sadar tangannya yang lain semakin meremas tali ransel.
"Udah gue siapin sepuluh gram buat lo," ujar orang itu dengan pelan lalu mengangkat bungkusan kecil berisi bubuk putih itu di hadapannya.
Dia merasakan tenggorokannya mengering lalu dengan susah payah dia menelan salivanya.
Tangan orang itu bergerak terulur lalu tanpa dimintanya memasukkan bungkusan kecil itu ke dalam saku kemeja putih yang dia kenakan. "Kali ini nggak ada yang gratisan. Lo bawa duitnya, kan?" Orang itu menengadahkan tangan tepat di depan wajah.
Kepalanya mengangguk. Mengiakan pertanyaan dari seorang berpakaian seragam SMA dengan dibalut jaket denim hitam.
"Ya udah, mana?"
Untuk kesekian kali ia menelan saliva dengan susah payah. Ini salah. Ini salah. Ini nggak bener, decapnya dalam hati. Seketika ia tersadar, semua yang dilakukannya adalah kesalahan fatal. Meski di sisi lain ia amat menginginkan benda itu. Ah, sial! Candu itu kini menjadi adiksi yang menyerangnya dengan hebat lantas membelenggunya erat-erat.
Ini salah. Ini nggak bener. Ini salah.
Kata-kata itu terus memutari isi kepala. Meski mtanya menatap tangan yang masih setia menggantung di udara.
Tanpa mengatakan apapun kakinya terayun secepat mungkin, seolah ada sosok yang menariknya untuk menjauh dari orang itu. Tak lama kemudian gemuruh langkah terdengar ramai-ramai mengejarnya. Hanya satu yang melintas di dalam benak, ia hanya ingin terlepas dari semua adiksi yang telah mengikatnya.
Tanpa arah ia terus berlari dengan sebisa mungkin untuk bisa terhindar dari kejaran beberapa orang di belakangnya. Bahkan sampai tak kuasa menghindar hingga menabrak beberapa pejalan kaki saat melewati trotoar yang cukup ramai, serta mobil yang melintas pun nyaris bertabrakan saat dirinya saat menyebrangi jalan raya.
Langkahnya terus mengayun cepat. Tak peduli arah mana yang dilaluinya, hingga justru membuatnya terkepung. Tepat di hadapannya ada tembok tinggi menghadang dengan dilindungi kawat berduri di atasnya. Sementara gedebam langkah itu semakin terdengar jelas tengah menghampirinya.
"Mau lari ke mana lo, hah?" Orang tadi tanpa segan mendekatinya yang sudah terkepung.
Keringat dingin mengucur dari dahinya. Ia sudah terpojok dengan dinding besar di belakangnya.
"Mau nyari masalah sama gue, hah?" Tangan orang itu terulur mencengkram erat kerah kemeja putih yang dipakainya. Bahkan sampai mencekiknya tanpa ampun.
Sementara itu, ia hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala dan kembali berusaha menelan salivanya meski dengan susah payah. Lehernya tercekik hingga membuatnya merasakan urat-urat nadinya melemah dengan jantung yang justru berpacu semakin cepat. Matanya menatap pasrah orang itu, seakan menyiratkan jika ingin membunuhnya sebaiknya dipercepat. Namun nahas, orang dihadapannya justru seakan menikmati bagaimana dirinya yang tersiksa kehabisan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh.
Senyum puas terbit di salah satu sudut bibir orang itu sebelum semuanya berubah gelap dan tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah tanpa sadarkan diri. Sedangkan dirinya merasakan semuanya berhenti. Detak jantungnya, sisa napasnya, denyut di nadinya, waktu yang dimilikinya. Semuanya terhenti ... seakan ikut mati. Ah, Arial yang malang.
***
Tentang luka tanpa pereda lara. Terjebak dalam zona penuh ancaman dan teror mengerikan. Tanpa kasih sayang dan hanya bayangan. Tanpa sepatah kata meski untuk bersapa. Bersama solidaritas tanpa batas, menjadikannya prioritas untuk melawan brutalitas.
(Arial Bima Pradipta)
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.