/0/8540/coverbig.jpg?v=04fc55999fed4c04203070ca8c4c8f27)
Septia Sillaila, seorang wanita yang terjebak dua belenggu kehidupan. Pertama, ia terjebak oleh pernikahan toxic. Keluarga suaminya dan suaminya sendiri pun selalu memberikan racun pada mentalnya. Alan Yanuar Arifin, seseorang dari masa lalunya yang datang kembali dan menawarkan untuk keluar dari keluarga toxic itu dan memulai kehidupan baru. Septia menolak karena ingin mempertahankan rumah tangganya, meskipun dalam hati dia sangat ingin kembali pada Alan. Akibat penolakan Septia, Alan memilih untuk pergi menjauh. Yakni bertugas ke Lebanon untuk kembali melupakan Septia yang kedua kalinya. Hingga pada akhirnya hubungan Septia dan Helmi tetap kandas karena Helmi sudah tiga kali mentalaknya Akankah Septia dan Alan dapat bersatu? Kuy ikuti ceritanya sampai selesai !
"Sekarang, aku talak kamu!" tegas Helmi pada Septia yang baru saja selesai masa nifas.
Wanita yang baru saja melahirkan itu hanya menangis sesenggukan tanpa bisa berkata apapun. Dia memegangi perut yang kram dan kepalanya yang terbentur siku dinding kayu.
"Dasar, cengeng!" umpat Helmi lagi saat Septia sudah bangun dari jatuhnya.
Hati lelaki itu tidak ada perasaan iba sedikitpun pada istrinya yang sebulan lalu melahirkan anaknya.
Seakan mengerti saat ibunya disakiti, bayi yang masih kecil itu menangis kencang. Septia tertatih-tatih menghampiri putranya yang dibaringkan di kasur tak jauh dari mereka bertengkar.
Asal muasal mereka bertengkar karena Helmi memaksa Septia untuk pulang ke rumah Ibunya Helmi–mertua Septia–Heni.
Septia menolak karena dirinya merasa belum siap untuk kembali ke sangkar mertua, karena Septia butuh proses pemulihan lebih dari sebulan akibat pendarahan pasca melahirkan.
Helmi pergi ke kamar setelah marah pasa Septia. Sedangkan Septia bingung karena bayi kecil bernama Syarif Albian itu tidak mau menyusu padanya, sehingga Salwa–Ibu Septia datang menghampiri mereka.
"Dari tadi kok nangis ada apa toh, Ti?" tanya Salwa yang agak keras pada Septia yang menghapus air matanya.
"Nggak tahu, Buk. Bian nggak mau nenen," jawab Septia yang berusaha menyembunyikan kalau dirinya nangis.
"Gitu aja nggak pecus!"
Hati Septi semakin sakit akibat makian ibunya.
"Tidak usah, Bu! Sekarang udah mau nenen kok," tolak Septi saat Salwa hendak merebut Bian darinya.
Ajaibnya, bocah itu berhenti menangis saat Salwa memaki Septia.
"Yaudah, ibu mau ke dapur lagi! Jangan sampai nangis kejer lagi!" Salwa memberi peringatan yang membuat hati Septi kembali teriris.
"Ya Allah, kuatkan hamba!" lirih Septi lalu beristighfar sebanyak mungkin agar hatinya kembali tenang.
"Yang, aku minta maaf!" cicit Helmi tiba-tiba berada di belakang Septi yang masih menyusui Bian.
"Ya," jawab Septi malas.
"Pliss, aku minta maaf! Jangan marah lagi ya!?"
Septia tersenyum smirk, karena ucapan Helmi. "Bukankah tadi dia yang marah?" batinnya.
"Iya."
Helmi berpindah dan duduk di depan Septia. Namun, Septia sama sekali tidak peduli atau memperhatikan Helmi. Rasa malas dan jijik masih bersarang di hatinya.
"Kok cuek sih, masih marah ya?"
"Enggak."
"Tuh kan cuek! Coba lihat aku!"
"Aku mau menidurkan Bian."
Septia merasa ilfiel dengan suaminya yang selalu begitu saat meminta maaf. Terkesan labil dan kekanakan menurut Septia. Bagaimana tidak? Setiap marah dia akan mengumpat dan meng–absen siswa-siswi kebun binatang. Tak jarang, Helmi juga mendorong Septia agak keras. Seperti scene film perundungan anak sekolah. Sering kali meminta maaf, tak. jarang juga dia mengulanginya kembali.
"Udah dong, Yang! Aku minta maaf, aku janji besok tidak aku ulangi!" Helmi masih terus merengek seperti anak kecil yang meminta es krim pada ibunya.
"Aku tidak marah kok, Mas. Percuma juga aku marah kan? Nanti aku stres dan Bian tidak mendapat cukup asi dariku."
"Kalau begitu aku mau pulang ya!? Nggak enak aku disini nggak membantu pekerjaan Bapak."
"Terserah."
"Nanti pamitkan pada Ibu dan Bapak ya! Biasa buat alasan ada acara mendadak."
Lagi-lagi Septia tersenyum smirk dengan tingkah laku suaminya. "Hmmm."
Tanpa rasa bersalah, Helmi keluar begitu saja tanpa pamit pada mertuanya. Air mata Septia kembali menerobos keluar tanpa bisa dicegah.
"Sabar, Septi!" gumannya sembari ngelonin Bian karena Bian masih nenen.
Tak berselang lama, Septia ikutan tidur tanpa sengaja.
Lima menit kemudian.
"Septi...! Septi...!" teriak Salwa dari ruang tamu.
"Astagfirullah, aku ketiduran!" Septi mengucek matanya dan beralih melihat Bian yang masih terlelap.
"Iya, Buk. Ada apa?" jawab Septi setelah berada di sekat tempatnya dan Bian tidur tadi.
Jantung Septia mendadak berhenti sejenak melihat seseorang yang duduk di kursi dekat Salwa.
"Ini, Alan datang," ujar Salwa ramah pada Septia yang masih terkejut. Pikirannya berputar kembali ke masa dimana dia masih sekolah.
"Tia, ayo naik! Kenapa malah bengong?
"Eh, iya, Al."
Wajah Septia merona kepergok memandangi wajah Alan yang membuat hatinya berdesir. Buru-buru Septia naik ke motor Alan.
"Sudah, Al," ujarnya setelah berada di atas motor supri x123 milik Alan. Alan segera memakai helmnya kembali dan menghidupkan si supri.
Di perjalanan menuju sekolah, Alan yang justru banyak bicara karena Septia masih malu.
"Aku antar sampai sekolahmu ya?"
"Enggak usah, Al! Aku turun di pertigaan melinjo aja."
"Kenapa?"
"Nggak papa, sih. Aku ingin jalan kaki dari sana sampai sekolahku."
"Baiklah! Tapi kenapa tadi kamu memandangku seperti itu, Tia?" tanya Alan yang membuat Septia berpura-pura tidak mendengarnya.
"Apa? Aku tidak dengar, Al."
"Haisssht, kamu udah mulai mencintaiku ya?"
"Ehh, mana ada? Aku hanya kaget aja kegantengan-mu naik dua puluh persen."
"Benarkah? Apakah karena aku mengubah gaya rambut sesuai keinginanmu?"
"Ya, itu alasan pertama sih."
"Lalu alasan kedua apa?"
"Alasan kedua karena memang kamu aslinya tampan kalau sedikit rapi. Coba saja kamu perhatikan penampilanmu mulai sekarang. Ups!" Septia segera membekap mulutnya. "Ck! Kenapa aku malah memujinya?" batin Septi lalu mengetuk dahinya pelan.
Alan tersenyum melihat tingkah Septia dari kaca spion. "Siap! Alasan ketiga?"
"Ehh, nggak ada! Kamu jangan geer ya! Aku memujimu bukan berarti aku cinta sama kamu."
Alan tertawa terbahak-bahak karena Septia tidak pandai berbohong. Tangan Septia auto mencubit perut Alan hingga mengadu kesakitan. "Aaauuuww!"
"Rasain! Kenapa kamu malah tertawa? Kamu ngejek ya?" geram Septia yang berulang kali mencubit perut bergantian dengan lengan Alan.
"Stop, Tia! Nanti kalau kita jatuh bagaimana?" rintih Alan yang lenggat-lenggot seperti cacing kepanasan. "Aku tahu! Kamu sengaja karena ingin kecelakaan denganku kan? Seperti Romeo dan Juliet yang mengakhiri hidup bersama?"
Bukannya berhenti justru Septia sangat keras dan menahan cubitan di perut Alan hingga Alan memilih berhenti di tepi jalan.
"Kenapa berhenti?" tanya Septia yang memasang wajah garang. Namun dia berhenti mencubit Alan. Cubitan yang sangat keras dan lama tadi adalah cubitan terakhir.
"Aku nggak mau mati konyol karena kamu jiwit, Ti. Aku masih ingin mengejar cita-citaku untuk hidup bahagia dan menua bersamamu."
"Ck! Simpan gombalanmu di saku! Siapa tahu nanti bisa buat beli bakso. Sekarang ayo jalan lagi, waktunya udah mepet, Al!"
Alan kembali menjalankan motornya. Namun, keheningan kembali terjadi karena waktu tinggal sedikit lagi membuat Alan takut terlambat, gerbang sekolahnya juga Septia ditutup. Sekolah mereka pun berjarak cukup jauh.
Di sekolah Septia.
"Makasih ya, Al!"
"Ini tidak gratis, Tia."
"Ck! Kamu perhitungan banget. Berapa?" gerutu Septia sembari mencari uang di sakunya. "Katanya cinta?" gumannya yang masih di dengar Alan.
"Bayarannya bukan uang, tapi kamu harus putus dengan Kevin dan berpacaran denganku!"
Spontan Septia kembali mencubit Alan. Lalu dengan tatapan maut dia meninggalkan Alan di depan gerbang sekolahnya.
"Aku akan menunggumu mengatakannya sendiri, Tia," guman Alan sembari memandang Septia melangkah masuk gerbang sekolah.
Lima tahun hidup hanya dengan putrinya, Ratna dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang membuat enggan menikah lagi. Sosok pria yang dikabarkan meninggal akibat kecelakaan lima tahun silam, dan membuat ibu mertuanya membawa salah satu putri kembarnya. Ratna disalahkan atas kecelakaan Erlang dan meninggal dunia. Lalu, saat ini. Ratna kembali berhadapan dengan Erlangga Edward–suaminya. Namun, Erlang sama sekali tidak mengenalnya.
"Sekarang katakan! Mana hadiahnya?" tagih Luna. "Menikahlah denganku!" kini giliran tawa Luna yang pecah. "Mas, nggak lucu tauk! Haha, prank kamu nggak mempan di aku." Luna tetap saja tertawa, meskipun hatinya juga dag-dig-dug mengharapkan. Sebenarnya Luna pun berharap perkataan Reza tidak merupakan sebuah candaan, tapi ia segera menepis harapan itu. Gadis itu tahu diri. Kasta, harta dan tahta telah menjadi tabir cintanya kepada Reza. Reza merogoh sesuatu di saku jas hitamnya, lalu ia melipat kedua lututnya dan bertumpu pada telapak kaki. Reza membuka sebuah kotak yang bertengger sebuah cincin berlian di dalamnya. Sederhana namun elegan. "Salsabiluna Dewi, maukah kau menikah denganku?" Ya, Reza melamar Luna. Seketika tubuh Luna kaku dan tangganya menjadi dingin. "Aku serius, Luna. Baiklah akan aku ulangi sekali lagi! Salsabiluna Dewi, maukah kamu menjadi teman hidupku untuk menggapai surga?"
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?