/0/9101/coverbig.jpg?v=64e83de11b0daaae893f93c0ede809a2)
Penawaran kerja sama yang membuatnya Terjebak Cinta dengan Sang CEO. Chelsea Lee, gadis berusia 20 tahun yang sedang kesulitan mencari pekerjaan dikarenakan dirinya yang hanya seorang lulusan SMA. Leo Alexander, CEO pemilik perusahaan Alexa Group sekaligus Tuan Muda dari keluarga Alexander, keluarga terkaya nomor dua di Indonesia. Chelsea dan Leo menjalin kerja sama demi mendapatkan keuntungan masing-masing. Leo membutuhkan seorang istri untuk mendapatkan harta warisan keluarga Alexander dan Chelsea membutuhkan uang untuk membantu ibunya membayar hutang-hutang sang ayah. "Aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih baik, bahkan daripada bekerja di perusahaan ternama sekalipun. Seratus ribu dollar? Satu juta dollar? Aku bisa memberimu segalanya jika kau mau bekerja denganku." -Leo Alexander
"Maaf, nona. Toko kami tidak sedang membutuhkan karyawan baru."
"Untuk pekerjaan bersih-bersih sekali pun apa tidak ada?"
"Iya, nona. Semua karyawan di sini sudah punya bagian masing-masing, termasuk karyawan yang bertugas membersihkan toko."
"Baiklah, kalau begitu terima kasih." Gadis itu berbalik dari toko yang baru saja ia kunjungi, berjalan dengan langkah lunglai.
Menghembuskan napasnya berat sambil menatap jalanan lalu lintas yang ramai dipadati oleh kendaraan. "Ternyata sesulit ini mencari pekerjaan," gumamnya pelan.
Ya, itu memang benar. Mencari pekerjaan sangatlah sulit. Jangankan orang biasa yang hanya lulusan SMA, mahasiswa dari universitas ternama sekalipun hampir tujuh puluh persennya menganggur.
Namun, jika mahasiswa tersebut memang sudah terlahir dengan dibekali IQ 130 ke atas atau paling tidak memiliki keahlian pasti akan mendapat pekerjaan dengan mudah, tidak seperti Chelsea Lee.
Meskipun ia gadis yang cukup pintar dan berbakat, namun tetap saja tidak ada satupun pekerjaan yang berhasil ia dapatkan.
Chelsea sudah berusaha mencari pekerjaan di mana-mana hingga ke ujung kota pun sudah ia lalui, tapi hasilnya tetap nihil.
Toko roti yang pernah ia datangi kapan hari saja menolaknya dengan alasan tidak bisa mempekerjakan orang yang hanya lulusan SMA. Sungguh tidak masuk akal, pikirnya.
Memang peluang kerja untuk siswa yang masih bersekolah - part time - lebih banyak daripada siswa yang hanya lulusan SMA seperti dirinya.
Padahal Chelsea sendiri mempunyai impian untuk bisa bekerja di perusahaan arsitektur yang ternama sebagai desainer utama.
Sepertinya kau harus mengubur dalam-dalam anganmu itu Chelsea.
Lihat saja dirinya sekarang. Jangankan bekerja di perusahaan, pekerjaan sebagai penjaga toko saja tidak berhasil ia dapatkan.
Bukankah takdir ini begitu kejam padanya?
Derapan langkah yang tengah menyusuri jalanan ramai itu terus terdengar, tak lupa dengan hembusan nafas kasarnya yang terus keluar. Sepertinya gadis ini sudah berada di tahap yang disebut putus asa.
Chelsea menundukkan pandangannya, menatap lamat-lamat amplop yang berisikan data diri, ijazah, serta beberapa berkas-berkas dan sertifikat lain untuk keperluan melamar pekerjaan pada umumnya.
Menggenggam erat amplop tersebut dan mendekapnya di depan dada. Gadis berusia 20 tahun itu menjejakkan kaki dan kembali berjalan mencari toko-toko di seberang jalan yang sedang membutuhkan pekerja tambahan atau sebagainya.
Rupanya, sedari tadi Chelsea tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya.
Laki-laki yang berbalut setelan jas hitam lengkap dengan sunglass yang tertaut di wajah layaknya seorang CEO itu menurunkan kaca mobil.
Mata hitamnya menelisik mengikuti arah gadis yang sedari tadi ia awasi. "Sekretaris Shine, bisakah kau membawa gadis yang baru saja berada di toko itu menghadapku sekarang?"
Sekretarisnya, Rico Shine tentu tahu apa maksud dari sang Tuan. Ia pun segera turun dari mobil, merapikan jasnya dan berlari kecil mengejar Chelsea yang berada tak jauh dari sana.
Langkahnya terhenti di saat orang yang ingin ia temui juga ikut berhenti. Chelsea segera berbalik saat dirasa ada yang mengikutinya dari belakang.
Ia mengernyitkan kedua alisnya, merasa heran sekaligus was-was dengan orang yang berada di hadapannya itu. Kemudian ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf, apa Anda ada perlu dengan saya? Atau hanya perasaan saya saja Anda mengikuti saya sejak tadi?"
"Tidak, nona. Memang benar ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada Anda. Tuan saya ingin berbicara dengan Anda, bolehkah Anda ikut dengan saya sebentar untuk menemui Tuan?"
"Siapa?"
"Anda hanya perlu ikut dengan saya, nona dan nanti Tuan sendiri yang akan menjelaskan."
"Tapi saya tidak kenal dengan Tuan Anda. Maaf saya harus pergi, ada banyak pekerjaan yang harus saya lakukan, permisi."
Baru saja Chelsea membalikkan badan, tapi kalimat berikutnya yang diucapkan sekretaris bermarga Shine itu dapat menghentikan langkah Chelsea.
"Tuan saya bisa memberi Anda pekerjaan, nona. Bahkan lebih baik daripada pekerjaan sebagai penjaga toko."
Chelsea terhenyak di tempatnya saat kalimat yang baru saja ia dengar itu masuk ke telinganya. Seolah merasa tersindir, ia berbalik dan menatap orang di hadapannya itu dengan pandangan tak suka.
"Tidak, terima kasih," ucapnya sambil tersenyum masam.
"Tidak perlu sok jual mahal seperti itu, nona. Saya tahu Anda sangat membutuhkan pekerjaan saat ini." Sang lawan bicara terus mendesak.
Sepertinya Chelsea tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaannya dan lagi pula dia benar-benar membutuhkan pekerjaan bukan?
Tidak ada gunanya jika kau tetap mempertahankan keras kepalamu itu di saat mendesak seperti ini, Chelsea.
"Baiklah, antarkan saya menemuinya," putus Chelsea kemudian.
"Mari ikut saya, nona." Rico Shine pun berbalik dan kembali berjalan menuju mobil Tuannya yang terparkir di seberang jalan tadi. Sesekali menengok ke belakang, mengawasi Chelsea.
Bisa saja kan dia kabur dan meninggalkan sekretaris itu berjalan sendirian. Tapi itu juga tidak mungkin Chelsea lakukan mengingat dia sangat membutuhkan pekerjaan saat ini.
Kaki yang sedari tadi tak pernah berhenti melangkah itu terus berjalan mengekori orang di depannya. Hingga tiga langkah terakhir ia berhenti dan nyaris menabrak punggung sekretaris Shine.
Salahnya sendiri yang terus melihat ke bawah-memperhatikan trotoar-bukannya menghadap ke arah depan.
Sang sekretaris pun berbalik, memandang dengan terkejut karena jarak mereka sangatlah dekat saat itu.
Chelsea mengambil beberapa langkah ke belakang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sekretaris Shine membuka pintu belakang mobil, tempat Tuannya itu berada. Baru menarik knop pintu, ia sudah mendapat perkataan pedas dari sang Tuan.
"Kenapa lama sekali? Apa kau tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini?"
Nadanya memang tidak terdengar seperti orang yang marah pada umumnya, tapi Tuannya itu lebih menekan ucapannya ketika sedang marah ataupun kesal.
"Ma-maaf Tuan. Saya sudah berusaha keras untuk membujuk nona Jo, tapi sepertinya dia cukup keras kepala sehingga saya lebih membutuhkan banyak waktu untuk itu."
Chelsea yang samar-samar mendengar namanya disebut melirik ke arah mobil, akan tetapi ia tidak bisa mendengar jelas apa yang sedang dua orang itu bicarakan.
"Di mana dia sekarang?" Matanya melirik ke arah luar mobil.
Mengetahui itu, sang sekretaris segera menyingkir dari pandangan Tuannya agar sang Tuan bisa melihat orang yang dimaksud.
"Masuk!" Satu kata yang tidak perlu diulang untuk Chelsea lakukan.
Segera ia memasuki mobil tersebut dan duduk di samping laki-laki asing yang sama sekali tak Chelsea kenal, namun ia masih menjaga jarak dengannya, tidak sedekat yang kalian bayangkan.
Melihat Chelsea yang sudah masuk, sekretaris Shine langsung menutup pintu mobil. Mendengar gebrakan pintu, Chelsea terkejut dan refleks menoleh ke belakang.
Tidak, tidak sekeras itu. Sekretaris Shine adalah seorang yang lembut, hanya Chelsea saja yang memiliki respon terlalu berlebihan terhadap hal-hal sepele.
Diamnya kemudian, masih setia memandang pintu mobil yang tertutup, hingga pertanyaan dari laki-laki di sampingnya membuat Chelsea tersadar dan berbalik menghadap ke arah pria itu.
"Kau sedang membutuhkan pekerjaan, bukan?"
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."