Tiga Puluh Delapan Perceraian, Satu Pengkhianatan
Hari ini adalah ulang tahun pernikahanku yang kelima. Ini juga hari di mana suamiku, Bram, memintaku bercerai untuk ke-38 kalinya.
Dia melakukan ini demi Clara, teman masa kecilnya. Wanita yang menabrakkan mobilnya di hari pernikahan kami, membuatnya tidak akan pernah bisa punya anak. Sejak saat itu, Bram terus membayar utang rasa bersalah, dan akulah harga yang harus dibayarnya.
Selama lima tahun, aku menahan siklus perceraian dan rujuk yang tak berkesudahan. Tapi kali ini berbeda. Clara mendorongku dari atas tangga.
Bram menemukanku bersimbah darah dan berjanji akan menuntut keadilan. Dia bersumpah akan membuat Clara membayar perbuatannya.
Tapi beberapa hari kemudian, polisi menelepon. Rekaman CCTV insiden itu telah terhapus secara misterius. Tidak ada bukti, tidak ada kasus.
Malam itu, Clara menyuruh orang menculikku. Saat anak buahnya merobek pakaianku di belakang sebuah van, aku berhasil menelepon Bram.
Dia menolak panggilanku.
Aku melompat dari van yang sedang melaju. Dan saat aku berlari menyelamatkan diri, berdarah-darah di aspal yang dingin, aku bersumpah.
Kali ini, tidak akan ada rujuk yang ke-39.
Kali ini, aku akan menghilang.