/0/9306/coverbig.jpg?v=88214d6b45570198e54c4a8206c1938e)
Raya terpaksa menikah dengan seorang pria bernama Ares. Kehidupannya mengerikan dan mendapatkan banyak teror dari makhluk tak kasat mata setelah mendiami sebuah Villa mewah milik keluarga Ares. Tapi, perlahan-lahan Raya mulai menguliti misteri dan rahasia yang terjadi di Villa. Akankah Raya berhasil membongkar misteri dan rahasia keluarga suaminya?
Kehidupan Raya sangat berliku-liku dan penuh cobaan, dia adalah gadis cantik dan cerdas tapi sudah yatim piatu sejak remaja. Hidupnya kadang ditopang kerabatnya tapi mereka menuntut Raya untuk balas budi sedangkan bantuan yang sudah diberikan adalah hutang yang harus dibayar lunas.
Raya sempat ingin bekerja di luar negeri untuk membalas budi kepada tante dan pamannya tapi batal karena ada satu hal yang menghalanginya untuk bekerja di sana. Kehidupannya berubah setelah bertemu dengan janda kaya bernama Saparingga, seorang wanita cantik yang selalu membagikan sembako untuk warga kurang mampu. Saparingga yang akrab dipanggil Ibu Sapar sudah tertarik pada Raya sejak pertama kali bertemu ketika memberikan sembako di rumah dinas kepala desa. Senyum indah dan merekah, keramahan dan kesopanannya yang membuat Sapar terpesona.
Sapar memaksa Raya agar mau dijodohkan dengan putra semata wayangnya yang bernama Ares. Awalnya gadis cantik itu menolak. Tapi karena tekanan kerabat yang selalu menuntutnya untuk membayar hutang, akhirnya dengan berat hati Raya menerima tawaran tersebut.
Dua Minggu kemudian, dalam kondisi hati yang sakit dan terluka, Raya pun menikah dengan Ares. Mereka menggelar pesta mewah dan dihadiri tamu terhormat. Herannya, Ares yang ganteng tidak menunjukkan wajah ceria dan bahagia. Dia terlalu dingin dan kaku. Sedangkan Raya berusaha tegar dan tersenyum di depan tamu undangan.
Setelah pesta pernikahan itu selesai, Raya diboyong ke sebuah villa mewah yang terdapat di kawasan Bogor. Letaknya di puncak yang sejuk dan jauh dari keramaian. Tiba di sana, Raya baru bisa menyunggingkan senyumnya karena melihat bangunan dengan arsitektur unik, seraya menapaki halaman yang sudah ditumbuhi rumput halus namun ada angin yang berhembus hingga membuat bulu remangnya berdiri.
Raya terperangah ketika melihat sebuah plang bernama "Villa Mawar Merah" yang terpasang di atas pagar besi.
"Villa Mawar Merah, itu ya namanya. Bagus banget Villanya," gumam Raya.
"Ini buat kalian berumahtangga, kasih Mama seorang cucu ya, biar gak sepi lagi. Oh iya, Mama di sini cuma sehari aja, besok pulang lagi ke Jakarta, mau ada perlu," ucap Sapar.
"Mas, kita masuk yuk, aku penasaran isinya kayak apa," ajak Raya yang antusias ingin segera memasuki villa.
"Dasar cewek miskin, baru kali ini ya punya rumah bagus, maklum kan kamu biasa tinggal di gubuk kambing, jadi lihat villa begini aja kayak lihat istana," ucap Ares ketus.
"Mas, wajahmu ganteng kayak orang timur tengah tapi kalau ketus gitu jadi kelihatan menyeramkan," sindir Raya.
Ares tersenyum sinis. Ia berkata," Ada yang lebih menyeramkan daripada ini. Ayo, kita masuk saja."
Ares bermurah hati membukakan pintunya, kemudian ada angin yang berhembus dan membawa aroma tidak sedap sampai Raya merasa mual, lalu dia bergegas ke belakang untuk muntah. Setelah mengeluarkan isi perutnya, Raya hendak kembali ke depan.
Tiba-tiba ada angin berhembus namun kali ini terasa sejuk dan segar. Raya menghirup udaranya yang wangi dedaunan kering, seraya menengadah, melihat langit yang sudah memutih. Ia berkata," Ibu, bapak, sekarang Raya sudah menikah dengan orang kaya, hutang kita pasti segera lunas, meskipun aku masih berat untuk menerima."
"Raya," pekik Sapar yang memanggilnya dari depan rumah.
"Iya," sahutnya. Raya berlari menuju Villa. Tapi, salah satu sepatunya yang berwarna merah malah terlepas. Dia hendak mengambilnya tapi sandal itu bergeser sendiri seperti ada yang menariknya.
Raya terdiam, matanya fokus memperhatikan sepatu kanannya, lalu benda itu bergeser lagi seperti ada yang menariknya.
"Padahal gak ada angin kencang, kok bisa gerak sendiri?" Gumam Raya. Seraya mengalihkan tatapan matanya ke depan namun tidak ada siapapun. Saking paniknya, dia membuka sepatu kaki kirinya lalu berlari menuju Villa.
Pintu Villa masih terbuka, Raya pun masuk tanpa permisi. Tapi, tak sengaja menabrak Ares hingga kaki Raya terpeleset dan sepatu merah itu terpental.
"Hati-hati!" Pekik Ares. Lalu, dia menangkap Raya dan jatuh ke pelukannya.
"Aaarrrghhhhh!" Sapar menjerit terkena hantaman sepatu merah yang mengenai bahunya. Seketika matanya terbelalak ketika menyaksikan Ares yang sedang memeluk Raya.
Bruk!
Sapar melemparkan sepatu merah itu hingga Ares dan Raya saling melepas pelukan.
"Kamar kalian ada di atas, udah deh jangan banyak drama. Mama mau masak dulu buat makan, bentar lagi malam," ucapnya.
Raya mengambil sepatu merahnya. Namun, merasa bersalah karena benda tersebut menghantam sang mertua.
"Sepatu itu saya beli di Paris, harganya dua digit, mana satunya lagi?" Tanya Ares.
"Di luar, ada yang narik sepatu ini di luar, kayaknya banyak hantunya, kok Villa ini serem ya? Aku mau pulang aja, gak apa-apa tinggal di gubuk juga yang penting aman daripada di sini, sebenarnya--"
"Raya, kamu sudah menikah dengan saya," potong Ares. "Kita ke kamar dulu, ada yang lebih indah di sana."
Raya mulai menapaki tangga, tapi bunyi lampu kristal yang tertimpa angin membuat hatinya was-was, kondisi Villa itu memang terbilang aneh dan sepi.
Kemudian Raya melirik ke sebuah foto ukuran besar yang terpajang di dinding lantai dua. Seraya meliriknya dari jarak dekat lalu menyentuh gambar pria tampan berwajah ala timur tengah yang sedang berdiri dan memakai baju adat Sunda. Di depannya ada gambar Ibu Sapar yang memakai kebaya merah sedang duduk dan berwajah dingin.
"Itu ayah kandungku, dia orang Dubai, dulu dia punya usaha dan tempat kursus penyalur tenaga kerja ke timur tengah," ungkap Ares.
"Pantes kamu ganteng banget, ayahnya juga ganteng, Papa dulu pengusaha, sekarang kamu kerja apa? Jadi penerus beliau ya?" Tanya Raya.
"Sekarang saya jadi pengusaha properti dan pertanian, itu usaha pribadi tanpa campur tangan orang tua. Oh iya, kita masuk kamar dulu, ada sesuatu yang mau saya tunjukkan," pinta Ares.
Ares membuka pintu kamarnya, sedangkan Raya langsung terbelalak melihat kemewahan interior yang tertata rapi. Tiba-tiba angin dingin kembali berhembus lagi menerpa tubuhnya.
"Mas, kenapa bisa ada angin dari kamar kita? Di sini gak ada jendela yang terbuka, tapi--"
"Mereka pengen kenalan sama kamu," sahut Ares.
"Siapa!"
Ares menghela nafas. Ia berkata," Bercanda. Di sini angin udah biasa, gak usah takut."
Kemudian, Raya membuka selimut tebal yang menutupi ranjang dan hal itu membuat Ares tertawa terbahak-bahak.
"Kamu baru merasakan tidur di ranjang mewah ya? Kasihan juga," sindirnya. "Raya, ada yang mesti kamu tahu. Selama kamu jadi istri saya, kamu cuma boleh menerima nafkah dari saya dan jangan pernah menerima apapun dari Mama. Ngerti?"
Raya mengerutkan keningnya. "Mama biasa ngasih hadiah berupa sembako, kalau tiba-tiba ngasih sesuatu buat menantunya kenapa ditolak?"
"Raya, turuti apa kata saya!" Tegas Ares. "Dan perlu kamu tahu juga. Saya menikahi kamu bukan untuk membangun keluarga, tapi--"
"Tapi apa?" Tanya Raya. "Oh, jadi kalian cuma mau manfaatin aku?"
Raya tertampar setelah mendengar pengakuan suaminya. Dia geram, lalu kembali menuruni tangga dan menyambangi dapur. Seraya bergegas mendekati sang mertua yang sedang memasak. Ia berkata," Mama, apa tujuan kalian sebenarnya!"
Wanita mana yang rela dipersunting oleh Daniel, seorang Playboy berdarah dingin yang tampan dan kaya raya? Dan Nesha adalah wanita yang mengalaminya. Pernikahan mereka adalah hasil perjodohan paksa, tapi Daniel masih menyimpan hati pada seorang wanita yang lebih dicintainya. Akankah cinta tumbuh bersemi dalam pernikahan yang dipaksakan?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Ika adalah seorang ibu rumah tangga yang harus berjuang mencari nafkah sendiri karena suaminya yang sakit. Tiba-tiba bagai petir di siang bolong, Bapak Mertuanya memberikan penawaran untuk menggantikan posisi anaknya, menafkahi lahir dan batin.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..