/0/9352/coverbig.jpg?v=ee183ee4cf7c0ec7fc427d03db0f6373)
Damar harus menerima paksaan Halimah untuk menikah dengan Dewi. Wanita yang tidak cantik menurut dia di kampung ini. Menurut Damar, Dewi tidak enak dipandang dengan tubuh gemuknya itu. "Sana jauh-jauh. Kamu bikin gerah aja." Damar mendorong Dewi menjauh darinya. Dia merasa sesak tidur satu ranjang dengan Dewi. "Sekarang aja diusir, tadi dibelai-belai," cibir Dewi. Damar tidak membalas ucapan Dewi. Dia melanjutkan tidurnya setelah puas menikmati istrinya itu. Instagram : yuni250330 Facebook : yaynuni
Damar terlihat ogah-ogahan memakai atasan batik yang telah disiapkan oleh ibunya, Halimah. Malam ini Damar dipaksa berpakaian rapi untuk pergi ke rumah seseorang yang sangat dibencinya dari dulu sampai sekarang.
Halimah mengetuk pintu kamar Damar yang masih saja tertutup dari setengah jam yang lalu, padahal mereka sudah ditunggu oleh beberapa kerabat yang lain.
"Cepet, Mar. Dari tadi ditunggu lama banget, udah kayak perempuan aja dandannya lama," omel Halimah dari balik pintu kamar Damar.
"Iya sebentar, Bu."
Damar kembali memeriksa penampilannya. Meskipun terlihat ogah pergi, tetapi penampilan tentu saja nomer satu.
Damar dulu sangat digilai oleh gadis-gadis di desanya ini. Jadi dia harus terlihat sempurna untuk menunjang semua itu. Ya, meskipun sekarang Damar tidak tau apakah dirinya masih menjadi fantasi para gadis di sini.
Damar membuka pintu kamar, ternyata Halimah masih ada di sana menunggu ia keluar. Halimah melihat penampilan Damar dari atas sampai bawah. Halimah hanya mengetuk-ngetuk telunjuknya pada dagu tanda puas melihat penampilan Damar.
Tentu saja Halimah bisa jumawa melihat ketampanan anaknya ini, turunan siapa lagi jika bukan dari dia dan suaminya. Untung saja Halimah dulu memilih suami yang tampan, jadi Damar bisa merasakan manfaatnya sekarang.
"Ini baru anaknya ibu. Ayo ke bawah, kita sudah ditunggu." Damar hanya mengikuti ibunya dari belakang.
Meskipun dengan penampilan sempurna seperti ini tentu saja wajah Damar tidak sempurna. Damar menekuk wajahnya meskipun sudah mendapatkan pujian tampan dari kerabatnya yang lain.
"Kamu ini kenapa, Mar? Muka sudah kayak baju gak disetrika aja," ucap pamannya.
Damar tidak menggubris itu, ia melangkah ke arah mobil yang akan membawa mereka. Membawa Damar ke neraka sebenarnya menurut dia.
"Udah semua hantarannya, Bu?" tanya Haryo pada Halimah.
Halimah mengangguk, Halimah sudah memastikan jika hantaran yang akan diberikan pada calon menantunya sudah dibawa semua.
"Astaghfirullah. Senja lupa masih di kamar," ucap Damar tiba-tiba. Damar langsung turun dan kembali ke kamar untuk mengambil Senja.
Senja itu adalah anak Damar yang masih berusia tujuh bulan. Kalian benar sekali, Damar sudah duda. Bahkan Damar menduda masih dua bulan yang lalu, tetapi ibunya sudah sibuk ingin menjodohkannya dengan alasan Senja butuh sosok ibu.
Kedua orang tua Damar hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anak mereka.
"Itu Damar masih bilang tidak butuh istri, Pak. Bisa-bisa Senja kelaparan saat kita tinggal haji," gerutu Halimah.
Haryo dan halimah memang akan melaksanakan ibadah rukun Islam ke lima itu. Namun mereka tentu saja tidak bisa meninggalkan Damar sendirian mengurus cucunya, bisa-bisa Senja jadi kurus kering menurut Halimah. Jadi dengan terpaksa mereka menjodohkan Damar dengan anak sahabat mereka sebelum musim haji tiba.
Damar kembali masuk ke mobil dengan Senja di gendongannya. Bayi itu masih tidur dengan nyenyak, tidak terganggu sedikitpun dengan kebisingan di kediaman Haryo tadi.
"Ayo jalan, Pak. Masa calonnya besannya Mbak Juminah malah datang belakangan. Ini semua gara-gara kamu, Mar," omel Halimah lagi. Semua kerabat mereka sudah jalan terlebih dahulu, malah keluarga Haryo yang belakangan.
Damar hanya memonyong-monyongkan bibirnya sambil sesekali mencium pipi Senja yang masih terlelap. Damar tidak ingin mendebat ibunya, bisa panjang jika Damar membalas perkataan Halimah.
Sedangkan di tempat lain, gadis dengan bobot badan hampir 1 kwintal itu masih di rias oleh budhenya. Senyuman tidak luntur dari bibir Dewi sejak tadi, atau bahkan sejak Dewi tau akan dijodohkan dengan Damar. Tentu saja Dewi menerima perjodohan ini dengan senang hati, apalagi Damar merupakan pria incarannya mulai SMP.
"Sudah cantik, Nduk. Tinggal ganti pakai selopnya saja," ucap Widya yang merias Dewi. Dia sangat bangga dengan hasil riasannya di wajah Dewi. Ponakannya itu terlihat semakin cantik dan anggun sekarang. Namun memang dasarannya Dewi sudah cantik dari lahir, tetapi tertutupi dengan jiwa kelakiannya.
"Terima kasih, Budhe." Dewi berusaha memakai selop yang sudah dibelikan calon mertuanya itu, tetapi terasa sesak di kaki Dewi.
"Kenapa, Nduk?" tanya Widya yang melihat Dewi seperti memaksakan kakinya untuk masuk semua ke selop itu.
"Sesak, Budhe."
Widya mengambil selop itu dan memeriksa nomernya.
"Apa ini ukuran kaki kamu, Nduk. Setau budhe punya kamu empat puluh empat, ini hanya empat puluh dua," ucap Widya sambil menunjuk ukuran di balik selop itu.
Dewi hanya mendesah saja, pantas saja selop itu sangat sesak. Ini bukan ukuran kaki Dewi yang biasanya.
"Terus aku pakai yang mana, Budhe? Ini kan sudah macing dengan kebaya yang aku pakai," kata Dewi.
Dewi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa saat ini. Apalagi selop itu adalah kiriman dari calon mertuanya yang ingin melihat Dewi memakai pakaian sama dengan Damar.
"Kamu pakai yang ada aja, Dew. Toh, tidak akan ada yang memperhatikan juga," usul Widya.
"Masalahnya Dewi tidak punya selop atau sandal perempuan budhe. Bagaimana, dong?"
Kini ganti Widya yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Widya juga ikut bingung jika sudah begini.
"Budhe tanyakan dulu sama ibumu, ya." Dewi mengangguk dan Widya menemui Juminah untuk hal itu. Widya berharap Juminah memiliki solusi untuk hal itu.
Juminah membawa selop yang ia punya setelah mendengar aduan Widya. Juminah tadi masih memantau persiapan di depan dan di dapur, jadi tidak memperhatikan Dewi sama sekali.
"Kamu itu sudah disuruh diet, tetep aja ngeyel," omel Juminah.
Sepertinya Dewi dan Damar kompak mendapatkan omelan dari ibu mereka sore ini. Sungguh miris. Entah bagaimana dengan nanti waktu acara berlangsung.
Setelah drama tadi berlangsung kini keluarga Haryo sudah sampai di kediaman Juminah. Iring-iringan keluarga mereka memasuki pekarangan rumah Juminah dengan Damar diapit oleh Halimah dan Haryo. Sedangkan Senja saat ini digendong oleh saudara Damar yang lain.
Acara basa-basi sudah di mulai, kini Darto yang ditunjuk sebagai juru bicara keluarga Haryo sedang mengutarakan niat kedatangan mereka.
"Sugeng rawuh bapak lan ibu sekalian. Saya sebagai Pak Dhe dari anak kami yang bernama Dewi memasrahkan sepenuhnya keputusan ini pada Dewi. Dipersilahkan pada Dewi untuk memberikan jawaban." Santoso memberikan mik pada Dewi.
Dengan malu-malu Dewi menerima pengeras suara itu. Dewi menunduk sambil berkata, "Saya bersedia menjadi pendamping Mas Damar." Semua orang tentu saja senang dengan jawaban Dewi itu, terkecuali Damar.
Damar sudah merapalkan sumpah serapah dalam hatinya. Ingin rasanya Damar kabur dari sana membawa Senja yang dari tadi masih berusaha ditenangkan oleh budhenya.
Acara tukar cincin dilakukan, untung saja cincin itu muat di jari manis Dewi. Jika tidak mungkin kedua keluarga itu akan malu dengan tamu-tamu yang lain.
Setelah acara resmi itu selesai, Damar langsung meninggalkan Dewi begitu saja. Sedangkan kedua orang tuanya yang biasanya memantau kelakuan Damar saat ini sibuk dengan yang lain.
Beberapa orang kini menikmati kudapan yang disuguhkan oleh keluarga Juminah. Damar sendiri masih sibuk menenangkan Senja yang masih saja merengek. Anak itu tidak betah di suasana ramai seperti ini.
Dewi yang tidak tau harus melakukan apa menghampiri Damar yang terlihat kesusahan di matanya. Damar terlihat keluar dari rumah untuk mencari ketenangan.
"Boleh aku gendong, Mas?" Dewi mengulurkan tangannya meminta Senja dari gendongan Damar.
Damar yang sudah tidak sanggup menangkan Senja tentu saja dengan senang hati memberikan Senja kepada Dewi.
"Awas aja nanti saya datang lagi Senja masih nangis," ancam Damar. Dewi hanya melongo mendengar itu, sedangkan Damar sudah pergi entah kemana. Sungguh tidak tau diuntung duda itu.
"Awas aja kamu, Mas. Setelah ini kamu tidak akan lepas dari aku," ucap Dewi sambil memperhatikan punggung Damar yang menjauh.
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
[ Mature Content ⛔ ] [ 21 + ] Penulis : penariang Genre : Romance - Adult Sub - Genre : Sick Love with Angst *** Zhou Zui Yu mengalami kegagalan pernikahan sebanyak dua kali. Tepat sebelum hari pernikahannya dilangsungkan, semua tunangannya akan mundur dengan alasan dia terlalu membosankan. Masyarakat kelas atas menyebutnya sebagai "Burung Gagak" karena kesannya yang penyendiri dan pendiam. Namun, suatu hari, seorang tuan muda bernama Ming Yu dari negara tetangga tiba-tiba saja datang untuk mengajukan lamaran pada Zhou Zui Yu setelah semua rumor yang tersebar. Hingga membuat semua orang tercengang. "Berhentilah, aku tidak berniat menikah dengan siapapun." "Lalu bagaimana jika aku berusaha lebih keras? Maukah kamu memberiku kesempatan?" Secuil kisah, tentang seberapa keras tuan muda Ming Yu berusaha merebut hati keras Zhou Zui Yu. Sampai-sampai melupakan status mulianya sebagai tuan muda terhormat.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi