/0/9640/coverbig.jpg?v=19b3091b35b36bc59f65fc2f5ac836e4)
Demi menolak perjodohan dengan Mateo Relova si duda narsis beranak satu, Aesya Canela kembali mengejar mantannya saat SMA dulu-Randa Delasiga (Juniornya). Dia melakukan banyak hal termasuk meminta Randa menghamili dirinya. Lelaki dengan segala masa lalu itu menolak karena rasa sakit hati. Namun, sekeras-kerasnya batu bisa hancur karena tetesan air hujan. Demikian halnya dengan Randa. Namun, setelah menjadi istri Randa, seorang Mateo Relova tidak tinggal diam. Permainannya sangat cantik untuk mendapatkan Aesya termasuk memanfaatkan Ainera dan juga Halim.
"Menikah!"
Aesya Canela-perempuan berusia 23 tahun itu melotot tajam pada lelaki yang sudah membesarkan dirinya penuh kasih sayang dan juga kemewahan.
Halim Hazmi! Dia adalah papa dari Aesya dan seorang duda ditinggal pergi sang istri untuk selamanya.
Ya, lelaki itu mengangguk sembari mengadu sakit saat kaki kirinya bergerak sedikit.
"No, Pa." Aesya menolak.
Tidak ada pernikahan di usia yang menurut Aesya masih muda. Baginya juga menikah itu adalah hal paling konyol yang bisa mempercepat kerutan karena memikirkan rumah tangga yang rumit. Apalagi dia juga belum memiliki tambatan hati. Untuk saat ini dirinya lebih menyukai foya-foya.
"Papa khawatir sama Esya kalau papa kenapa-napa. Siapa yang akan menjaga dan melindungi Esya kalau papa meninggal nantinya?" Halim menghela napas membayangkan dirinya meninggalkan dunia ini sedangkan putrinya yang manja serta belum mandiri itu tidak ada yang merawat.
Halim butuh orang yang bisa dipercaya untuk melanjutkan perjuangan menjaga Aesya yang begitu disayanginya itu.
Aesya memutar bola matanya. "Papa jangan hiperbola, deh. Dokter Amel bilang, penyakit Papa itu Asam Urat bukan penyakit kronis yang bakalan bikin Papa meninggal."
Halim memijat keningnya. "Walaupun hanya Asam Urat tetap saja itu penyakit, Esya."
"Bukan berarti Aesya harus menikah juga. Aesya masih mau bersenang-senang, Pa." Helaan napas Aesya terdengar kasar. Dia tidak ingin terjebak dalam pernikahan dengan siapapun saat ini. Itu sulit sekali!
"Turuti permintaan papa sekali saja."
Aesya menggeleng. "Males. Aesya masih menikmati hidup. Besok itu Aesya mau ke Bali bareng Nera. Kalau kaki Papa masih sakit, gak usah kerja dulu."
Halim meneteskan air mata. "Aesya tega sama papa."
Aesya kembali memutar bola mata. Papanya mulai berdrama. "Papa jangan lebay, deh. Aesya itu masih mau menghabiskan uang Papa yang tujuh turunan gak bakalan habis. Menikahnya nanti saja kalau udah ada yang cocok. Lagian, siapa yang mau menikah dengan Aesya si manja ini?" Aesya memasang senyum termanisnya kepada sang papa. "Atau gini, Papa saja yang menikah. Aesya punya kenalan yang bisa Papa jadikan istri. Em ... atau mamanya Ainera saja. Gimana?" Aesya menawarkan kerjasama yang membuatnya terbebas dari pernikahan.
Halim menggeleng. "Tidak!"
"Aesya belum mau menikah, Pa. Lagian penyakit Papa itu gak parah."
"Jadi Aesya baru nurut sama papa kalau penyakit papa itu parah?"
Aesya menghela napas. "Gak gitu juga."
"Besok temui lelaki bernama Mateo Relova di restoran biasa. Kalau Aesya menolak, papa sita semua fasilitas yang Aesya punya."
"Besok itu Aesya mau ke Bali." Aesya menolak. Astaga, dia sudah merencanakan liburan ke Bali bareng Nera sejak awal bulan dan baru pertengahan terealisasikan.
Bagaimana mungkin ia bisa membatalkannya begitu saja?
"Batalkan!" Halim menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Aesya menghela napas kasar. Liburan yang sudah ia rencanakan kali ini benar-benar gagal. Terpaksa! Papanya kalau sudah merajuk melebihi gadis remaja.
**
Aesya menarik tangan Nera ke dalam restoran yang papanya katakan kemarin.
"Lo yang dijodohkan, kenapa gue ikutan batal terbang ke Bali juga?" Nera menggerutu lantaran impiannya ke Bali bertemu seorang bule kenalan di media sosial gagal karena ulah Aesya.
"Kita itu sahabat. Gue menderita, lo juga harus ikut menderita."
"Buset, deh. Lo bahagia, gue apa? Nepok nyamuk yang lewat." Nera mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe. "Apa ciri-cirinya?"
"Punya hidung, mata dan juga kepala." Aesya asal menjawab.
"Gue juga tahu itu. Mana mungkin lo ketemu sama orang yang gak punya kepala."
"Lo bawel banget, Ra," protes Aesya.
"Lo yang nyebelin, Aesya. Gue nanya ciri fisiknya gimana, bukan nanya apakah dia punya hidung atau kepala."
Aesya memasang mimik bersalah. "Ups. Sahabat bantet gue cemberut."
"Diam!" Nera berjalan menuju satu meja di mana seorang lelaki yang membelakangi mereka duduk.
Ainera menarik kursi di depan lelaki itu dan kemudian tersenyum. "Mateo Relova?" Bertanya tanpa keraguan sama sekali.
Lelaki itu menggeleng. "Bukan."
Nera meringis dan segera bangkit dari duduknya dan menarik tangan Aesya.
"Untung bukan dia."
"Kenapa untung?" Aesya yang tidak melihat lelaki yang diajak bicara oleh Nera hanya bisa bertanya kembali.
"Jelek. Gak cocok sama lo."
Aesya mengerucut bibirnya. "Gue udah membatalkan penerbangan gue dan kalau itu orang gak sesuai ekspektasi, gantian gue yang akan merajuk sama bokap gue."
"Gue juga protes sama bokap lo. gue minta ganti rugi karena diseret sama lo."
"Ya udah minta aja seratus juta."
"Peang otak lo. itu duit bukan daun. Enak aja asal nyebut." Nera menggelengkan kepalanya. Aesya menyebut jumlah uang selayaknya tanpa dosa.
"Lo minta segitu juga, bokap gue gak akan miskin. Atau gimana kalau lo jadi nyokap tiri gue aja atau nyokap lo nikah sama bokap gue," cerocos Aesya semangat tanpa ingat tempat.
"Otak lo sedeng!" gerutu Ainera.
Aesya hendak menyahut, tapi tidak jadi saat seseorang menyapa mereka.
"Aesya?" tanya lelaki dengan postur tubuh tinggi dan jelas tampan.
Spontan Ainera mengangguk dengan mulut menganga.
Aesya menggunakan jari telunjuknya ke dagu Nera agar mulut itu tertutup.
"Iler lo berceceran," bisik Aesya.
Nera segera melap mulutnya dan saat sadar dirinya dikerjai oleh Aesya, mata tajam menghunus tepat di jantung Aesya.
Aesya mencebikkan bibirnya. "Lo, sih. Dia nyebut nama gue, kenapa lo yang salting."
"Lo gak bisa lihat teman bahagia, Aesya. Lo jahat banget sama teman lo yang udah lama jomblo ini," ucap Nera pelan.
Aesya mengulum senyum.
"Maaf, apa di antara kalian ada yang bernama Aesya?" tanya lelaki itu.
"Gue." Aesya menunjuk tangan.
"Oh, kamu. Ternyata tidak jauh beda dalam foto."
Aseya memutar bola matanya. Untuk apa bertanya kalau sudah melihat foto.
"Ayo, mau duduk di mana?" tanya lelaki itu lagi.
"Di mana saja asal bisa duduk," sahut Aesya.
Nera berdehem. "Gue duduk di tempat lain aja. Silakan kalian berbicara lebih lanjut." Nera pamit untuk duduk di meja lain. Ia memilih di sudut dengan jarak dua meja dari Aesya dan lelaki tampan itu.
**
Tidak ada yang istimewa dari obrolan keduanya. Justru menyebalkan menurut Aesya lantaran lelaki bernama Mateo Relova itu terlalu banyak bicara, narsis dan juga sok tampan.
Satu jam kebersamaan mereka di restoran mungkin hanya beberapa kali Aesya mengeluarkan suara. Mateo terlalu semangat mengenalkan diri sampai tidak memberi kesempatan kepada Aesya untuk berbicara.
Ya, mulai penobatan di perusahaan sebagai lelaki tertampan hingga masuk ke majalah sebagai pengusaha terpopuler dan terkaya.
Istilah kata, Mateo itu tidak ingin terlihat kurang di depan Aesya sama sekali. Sayangnya, Aesya bukan terpikat malah sebaliknya, dia tidak ingin mengenal Mateo lagi dan lagi.
Semakin membuat Aesya menyesal membatalkan jadwalnya ke Bali adalah Mateo itu duda beranak satu. Seandainya saja dia tahu jikalau bertemu dengan Mateo adalah hal yang membuang-buang waktu, mungkin dirinya tidak akan menyetujui dan menyeret Ainera bersamanya.
"Gue gak nyangka bokap lo setega itu sama lo. duda, Aesy. Inget, duda!" Ainera tertawa puas melihat penderitaan Aesya hari ini.
Aesya mendengkus kasar lalu melirik Ainera dengan ekor matanya. "Gue juga gak nyangka banget. Udah duda, belagu dan narsis. Sumpah, paket komplit!"
Nera semakin tertawa. Sepanjang keluar dari restoran hingga sekarang mereka dalam perjalan pulang, Aesya masih saja memasang wajah tidak senangnya.
"Gue heran banget ama bokap gue. Masa iya anak sebiji timunnya ini dijodohkan sama dudes. Astajim, gue gak bisa bayangkan jadi ibu tiri. Gue yakin gak bakalan bersikap baik kepada anak tiri gue nantinya. Jadi, mending gue skip. Sungguh!"
Nera yang menyetir hanya menganggukkan kepala walau tetap saja tertawa karena merasa Aesya tidak beruntung hari ini. Memang Mateo Relova itu tampan dan pengusaha ternama di usianya yang masih muda. Namun, jangan lupa juga di umur itu juga, lelaki itu sudah mendapatkan gelar duda beranak satu.
"Pokoknya, gue pulang, gue ngambek!" Aesya sudah memutuskan hal demikian.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!