b
ku begitu saja ke tanah. Aku terjun beba
pi si kunti malah
p lambat. Melewati pohon jati di
sudah mati konyol. Tewas disantap
ius pada sekujur tubuh sapi. Merah kehitam-h
oleh aroma yang
🖤
ke rumah kami. Membawa kabar tentang
k mati dengan cara demiki
akku. "Biasanya orang yang beneran baik
k." Mang Asep mencoba mengubah
Mang Asep. Hingga pria itu m
ng baik. Baik saat
u mengedipkan seb
h menatap kaki manusiaku yang
a hati seseorang, ia berusaha
na jika di b
ikir. Seharusnya, yang manis jangan cepat
🖤
erlihat sempurna pemandangan di bawah sana. P
alam saku jeans. Kubiarkan
maka suasana sepi. Hanya dengkuran makhluk gai
saat magrib tiba. Setelah itu mer
i bukan merah, tidur be
s dengan orkestra jangkrik y
ikit sudah baku hantam lagi. Dasar cew
langkah memijak dedaunan
sisiku. Seseorang menatap ke b
iang?" Aku berdeham
as angin. Perpaduan sempurna anta
rnya ada yang pingi
meneliti wajah Bapak
u menuju balai-balai denga
aku kala Bapak ikutan mereb
kikuk. Entah apa yang in
dah akil balig?" t
Aku terbatu
ngguh asing di telinga. Aku p
anita cantik lalu kasurmu ba
ang kembali mimpi-mimpi indah yang
elayang. Perlahan menanjak, lalu menegang hin
e! Kau bahkan meneguk liur beru
k lantas men
an? 'Kan?" Bapak tertawa sembari men
g, Nak. Kau sudah besa
an. Membuat wajah B
sudah bisa
any
mau jadi ular selamanya
egun mendengar
nya, huh?" t
au manusia. Atau bahkan tetap
ubuh manusiamu saja. Makan minumlah layaknya manusia normal. Nanti ruh ul
un ruh manusiamu yang kalah. Kau bahkan tak bisa jadi
Bapak menyayangimu dan suatu s
gkat. "Bapak mau aku ja
r ucapanku. Sepasang ma
! Siapa lagi yang akan mewarisi kesaktian
ng akan kuberi makan tubuh manusia
sabar menghadapi anak berkeb
🖤