img CALON MERTUAKU  /  Bab 3 3. Pengakuan | 11.54%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 3. Pengakuan

Jumlah Kata:1520    |    Dirilis Pada: 03/12/2023

a, persis seperti di sinetron atau film. Aku sendiri masih bingung ingin duduk di mana. Lelaki berusia 6

an wangi seperti di kota.” Dia bermaksud ingin menuangkan sesendok nasi padaku. Namun

ngkapan di atas piring juga barang-barang lama yang tergolong antik. Lalu

ini namanya rama-rama, binatang laut yang tinggal di tanah busut. Mu

ikatakan udang bukan, kepiting jug

ada daging seperti kepiting di dalamnya. Aku tarik dan coba, wah ras

ngan makan nasi supaya cepat kenyang. Dari speed boat tadi sebenarnya

Ya, rumah seperti istana zaman dahulu luasnya. Tidak ada pembantu, atau cucu? Oh iya, B

yang kemas semua sendiri.” Dia melihatku

duk atau merokok dulu.” Aku bilang begitu k

iam sesaat. Lalu aku membawa semua peralatan makan

tampung dalam wadah ember bekas cat. Tekstur air yang ada di dalam ember warnanya agak kekuningan. Aku harus menggun

iau membaca buku tebal dengan tulisan Arab tanpa harokat, hebatnya lagi tanpa menggunak

n bicara,” katanya tanpa berp

buku kemudian menutupnya. Padahal lampu di ruang makan agak remang-remang. Mata

anya apa?” tan

ota besar hal demikian sudah biasa sekali. Bahkan aku sudah sering satu ruan

tutup mata. Om ingin memastikan.” Ucapan calon mertuaku membuat

alah dengan kam

ahan. Bilang sama Om, hubungan kalian sudah sejauh mana?” Tatapan mata Om Andi mel

a lagi. Apa aku harus

ai terbata-bata. Apa Bang Angga sudah cerita kalau kami melakukan ap

ebenarnya dalam agama kita, anak di luar nikah tidak akan mendapatkan

apa,

k. Maka warisan sebanyak ini asalkan anak itu darah kelua

um mau buka mulut. Ah, tapi apa penting untuk jujur. Bukannya pertany

memegang tanganku. Jujur aku kaget dan mencoba melepaskan dir

m lepaskan.” Dia menatap mataku. Jan

a anak muda tanpa pengawasan orang tua di kota besar.” Akhirnya genggam

perempuan juga. Apa mungkin itu penyebabnya dia buru-buru menikah, persiapan

Kami persiapan sudah s

at terus, bukan?” Lagi-lagi pertanyaan

KB, jadi sampai sekarang ngga

kali,” kat

erikat kontrak kerja.” Dia t

holat terus maksiat jalan. Luar biasa!” Lelaki dengan rambut pendek seperti tentara ini be

Aku menunduk

Setidaknya kalian lebih baik daripada Om. Om sendiri tid

Refleks mulutku nanyain. Kalau aku

n lalu sejak istri Om meninggal.” Oh

ulu, mau sholat Isya.” Perkataa

lian berduaan di dalam kamar?” Mulai te

kali, Om.” Dengan malu aku men

enikah dengan orang lain dan jangan berbuat dosa besar lagi. Kita tidak perna

kamar mandi yang sinar lampunya l

lupa kiblatnya di mana. Terpaksa aku mengetuk pintu kamar Om Andi. Beliau kel

i melihat isi kamarnya sekilas.

idupkan obat nyamuk saja, Nora.” Jawaban atas pertanyaan y

kiblat sebel

pi sepertinya Andi membelakangi lemari baju. Ada la

u lancang sekali tadi memandang isi kamarnya. Jujur saja aku su

i kepalaku bergantian antara Bang Angga dan Om Andi. Terutama ketika beliau shirtless. J

ya? Aku jadi diam sambil pikiranku ke sana kemari. Ah, aku ulang saja sholatnya. Te

mbuat gigiku ngilu. Aku duduk paling akhir. Dalam remang-remang lampu aku melihat ba

. Lanjut aku salam ke arah kiri. Dan aku terkejut hingga terjengkang dari tempat sholat.

ah mati.” Aku mundur sampai me

Jerit Bang Angga hingga memekakkan te

ak sambil memukul-mukul lemari s

u berdetak sangat kencang dengan napas n

u yang menutup telinga dengan dua tangan. Mungkin calo

elah itu aku tidak tahu apa-apa l

sam

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY