img Surga Terakhir yang Hilang  /  Bab 1 Part 1 | 1.25%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Surga Terakhir yang Hilang

Surga Terakhir yang Hilang

Penulis: Juliana
img img img

Bab 1 Part 1

Jumlah Kata:2441    |    Dirilis Pada: 13/02/2024

ud

olah tak mau lagi hidup yang menyusur di tengahnya. Matahari bersinar tinggi di lan

cil berkelok di tengah persawahan, mereka sedikit melambat saa

i?" Pemuda dengan brewok tebal itu mene

eni di Jogja. Kadek ini pula yang menawari Ava pekerjaan di tempat

benan," Kadek meny

mereka. Aroma dupa dan alunan tetabuhan yang terdengar asing membuat bülü kuduk Ava merinding. A

pacara p

rasa takut yang purba. Pemuda itu tercenung lama, s

rletak di pinggir jurang yang menjorok ke sungai. Skuter mereka melewati candi be

seorang laki-laki paruh baya berbadan

i-aben?" tanya Kade

dang, dari ba

t, lalu meletakkan h

k =

nama aslinya Pak Made, Pak Dewa, atau Pak Gede. Tapi cukup Pak De saja, itulah nama seniman yang dig

mpat itu; mengabdi tanpa pamrih kepada keluarga Pak De, dan selama itu pula Sang Maestro akan menurunkan ilmu yang dimiliki kepada Sang Murid. Jika be

ya ke arah orang itu, tampak canggu

saya, saya Gede, ah panggil saja Pak D

rti apa baya

ine? Ava

yang dimaksud -pemain film panas-

pasti peng

en

emiliki brewok lebat dan rambut panjang yang diikat ke belakang, ya

elum mandi. Kamu istirahat saja dulu," kata

n yang dicat tanah dengan atap jerami, dipisahkan oleh kolam renang kecil dari bangunan utama. Di

Bangunan ini berupa bale-bale di bawah, dengan tangga naik ke balik atapnya ya

akhirnya ia menghempaskan punggungnya ke atas kasur busa empuk yang digeletakkan begitu saja

bot kecuali sebüȧh meja kecil dan lemari kecil. Di ujungnya ada jendela k

yang diisi jutaan galon air, mengalirkan puluhan anak sungai yang

lam mimpi indah. Tidurnya dipenuhi dengan mimpi-mimpi muluk seorang sarjana fresh grad

>

. Bergelas-gelas kopi yang sudah tandas dan pisang goreng yang tinggal bers

," goda Kadek pa

" sahut Ava t

sudah ada Mbok Ketut dan Mbok Nengah, pembantu rumah tangga di Villa Pak De, juga beberapa karyawan

" Ava berkata

manjus

Makn

artinya

malas, karena masih harus membilas sebuah

ru! Ayo manju

g dicucinya cuci jatuh di bak

... aku sudah punya p

wok?" tanya Av

ah tertawa-tawa sambi

= = = = = = =

siap untuk dipanen. Langit sudah mulai memerah, tanda matahari hampir beranjak ke peraduannya. Kumpulan burung melint

Ava tidak habis pikir, kenapa dirinya mau-maunya menuruti ajaka

nikung. Menyusuri pinggiran salura

ngan santainya mencuci baju sambil bertelanjang bulat di dalamya. Mereka cuek melihat Kadek dan Ava melintas, meskipun ada beberapa yan

211;dengan segala keindahan alamnya- semua tampak begitu indah, sepe

dah nggak ada orang mandi d

h nggak ada! Tapi semakin

ooo

annya di daerah pedesaan memang masih ada penduduk yang mandi di tempat terbuka, namun ia benar-benar tidak meny

ing yang diteduhi tanaman paku-pakuan, hingga akhirnya terdengar suara bergemericik dari kejauhan. Ava menyibak daun pisang yang menutupi jalan, dan dia segera disambut oleh pemandangan yang eksotis.

nja tanpa apapun menutupi tubuh mereka. Beberapa merendam tubuh telanjangnya di bawah arus sungai

tnya. Di desa itu tempat mandi lelaki dan perempuan dipisahkan oleh sebuah batu besar, namun tetap saja, di mata Ava sekat itu tidak bisa memberikan segre

211;dengan segala keindahan alamnya- semua tampak begitu indah, sepe

ng membasuh diri di bawah pancuran. Payudaranya yang bulat sekal berwarna sawo matang

a. Sadar sedang diperhatikan, perempuan itu segera b

egur Kadek, lalu mengucapkan salam pada kelua

, menggaruk rambut

rang wanita muda menuruni jalan setapak yang mereka lewati tadi. Usia belasan akhir mungkin, taksir Ava. Tubuhnya montok sintal dengan kulit sawo matang

n tangan. "Kenalin, ini Ava,

sambil mengulurka

t gadis itu, men

rku, Va," kata

Kadek bukan cowok! jerit Ava dalam h

= = = = =

adek menyapa kumpulan pemuda tanpa busana yang sudah lebih dulu ada di situ. Mereka berbincang dengan bahasa yang tak dimengerti Ava, namun yang sepenang

an celana dalam, ikut menggabungkan diri di tengah tengah kumpulan batangan yang asyik bercanda dan mengumpat dalam bahasa

yak gini." Kadek menolehkan kepalanya ke a

alu berjingkat, melepas celana pendek dan diikuti kaus kutang yang segera menyusul terlipat, sehingga tubuh montok dan sintalnya kini hanya tertutup celana dalam tipis yang menampakkan bayangan rambut kemaluan yang menyem

sambil tersipu. Namun jemarinya yang membuka secelah, seolah membiarkan aerola ya

n nafas, bahkan men

ling bersitatap. Sepersekian detik saja, namun itu saja sudah cukup bag

-cepat mengalihkan pandangannya dengan wajah tersipu. Tawa kecil m

Luh Sari. Gadis bertubuh sintal itu lalu duduk di atas batu sambil menaikkan paha. Seolah tak ingin berlekas-lekas, Luh Sari menurunk

manis ke arahnya, sambil menutupi area pubis yang ditumbuhi bulu lebat dengan tangan kiri. Tanpa bisa diantisipasi, sesuatu yang terletak di antara dua paha

elana dalamnya. Terdengar tertawa berderai ketika gadis manis itu menggabungkan diri dengan teman-temannya y

= = = = =

Pengetahuan. Bersamanya hadir mortalitas, sensasi yang

Hawa memakan Buah Pengetahuan, barulah hadir perasaan jengah atas ketelanjangan mereka, s

akhir di muka bumi oleh para petualang dari seberang benua, karena di tempat

orang-orang tanpa busana. Tidak, mereka tidak nampak seperti manusia-manusia

alah penduduk-penduduk desa yang polos, yang hanya ingin melestarikan budaya mandi yang tua, yang s

pi. Mereka hanyalah penduduk-penduduk desa yang polos, yang hanya ingin melestarikan budaya mandi yang tua

ai yang mengalir indah, pepohonan yang merindangi sungai itu, dengan segala

yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamka

us sungai menghanyutkan telanjang tubuh itu. Ava memandangi langit yang berwarna kemerahan tanda Sa

da

sam

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY