Apa yang kalian
lu menjadi saksi cintanya dengan sang suami. Namun ki
dirinya tetap berdiri. Napasnya terseng
na. Dan yang lebih menghancurkan hatinya, wanita yang
aha mencari penjelasan yang sebenarnya tak lagi diperlu
na bisa?" suaranya
h-olah dunia yang selama ini ia kenal runtuh begitu saja. Air m
ya pucat pasi saat buru-buru merai
akan tergesa-gesa, pria itu meraih celananya yang t
aku bisa
a dengan suara bergetar. "Aku melihat semu
dipenuhi rasa sesak yang tak tertahankan. Amarah bercamp
akan. Selimut kusut, aroma tubuh mereka mas
ng menyesakkan dadanya kini juga melum
t. Rasa nyeri itu datang begitu kuat hingga kakinya bergetar hebat. Dan
ra
ah sebelum akhirnya tu
jerit panik sementara mat
gannya, tetapi Mariana menepisny
h aku ...," suar
elimpungan. Wajah mereka s
mbulans!" seru B
ponselnya dan menghub
n tak tertahankan. Air mata terus mengalir dari sudut matanya, bukan hanya kare
mimpi buruk. Mimpi buru
*
bata-bata menjelaskan situasi kepada operator darurat. Tubuh Mariana sudah hampir kehilangan seluruh tena
tas tandu. Suara-suara di sekelilingnya terdengar samar, tetapi ia masih bisa m
n masker oksigen di wajahnya, sementara yang
medis itu terdengar tegang. "Detak jantung j
am kesadaran Mariana s
Tidak m
akit di perutnya semakin menjadi, tetapi lebih dari itu, ada
erjadi apa-ap
ngin menggenggam perutnya yang terasa se
ampak begitu cemas. "Sayang, bertahanla
itu. Tapi yang keluar dari bibirnya hanyalah isakan
awa ke ruang gawat darurat. Seorang dokter per
kan operasi. Pasien men
h medis yang digunakan dokter, tetapi ia ta
" Mariana berbisik lemah, air m
ap. Kita ke ruang
umah sakit tampak berputar dalam pandangannya yang semakin mengabur.
njadi gelap, Marian
selamatka
*
a jam k
ba putih itu. Aroma khas antiseptik menusuk hidung, bercamp
gannya buram, tubuhnya terasa lemah, sem
osong itu mencengkeram hatinya sebe
..," suaranya serak,
Tatapan wanita itu penuh belas kasihan, dan itu s
da
si tenang namun penuh simpati. Ia berhenti di samping r
paka, kami sudah be
mencengkeram selimut erat. "B-ba
erjadi terlalu banyak. Saat tiba di rumah
pelan, matanya mula
mi sudah mencoba segalanya, tapi kami tidak
nya jatuh tanpa suara sementara tanga
agi kehidup
inggu lagi seharusnya ia lahirkan-hilang dalam semal
sampingnya. Langkah k
menoleh untuk tahu
a
uh penyesalan, tetapi Mariana tak ingin melihatny
ang,
riana begitu lirih
ter
uaranya pecah bersama isak tangis yang tak bisa lagi ia tah
gan kamar. Untuk pertama kalinya, Mar