basah masih menyiratkan keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Saat pintu te
wajah istrinya yang tampak terguncang
" tanya Armand, suara dan raut
atanya kembali jatuh tanpa bisa ditahan. Kedua tangannya me
rau, tetapi penuh amarah yang tertahan. Matanya celingukan menata
Keningnya berkerut. "Maksu
pria kurang ajar itu?" desaknya, lalu terdiam sebentar sebelum akhirnya melanjutkan de
mentara tubuhnya menegang. "Apa?! Berselingku
akhirnya mengucapkan sebuah nama dengan suar
ni
tara napasnya tertahan di tenggorokan. Kata-kata istrinya ber
keras, wajah pria tua itu memucat. Rahangnya me
menolak untuk memercayai apa yang bar
makin pecah. "Aku berharap begitu, Mas... tapi Mariana me
edikit limbung, membuat Armand w
megang bahu Ratna ikut bergetar. Ada kemarahan, kekecewaan,
ah. Lalu dengan suara bergetar menahan amar
ng masih menggenang di pelupuk mata. "Di
kamar Bianca. Tangannya mengepal erat hingga urat-urat tangannya tercetak jelas
asar. Gadis itu, yang sedang duduk di tepi ranjang, tersentak kaget
n tahu apa yang membuat ayahnya begi
bih jauh. Dengan cepat, ia meraih pergelangan tangan p
anca berusaha meronta, tetapi
etnya keluar dari kamar dengan langkah cepat. Bianca semakin
" Bianca meronta semakin kuat saat
gadis itu dan langsung mendoro
ahnya pucat dan lelah seperti kehabisan energi untuk sekadar bereaksi
, hingga membuat gadis itu ha
Sekarang!" Suara pria tua
atapan ayahnya yang penuh kemarahan membuat nyalinya menciut. Namamarah yang mulai menguasainya. Napasnya memburu dan sorot ma
bukannya menyesal, malah menunjukkan perlawanan.
akukan, hah?! Berani sekali kamu berselingkuh d
k kemudian menegakkan tubuhnya dan menata
k sekilas ke arah Mariana sebelum kembali menatap ayahnya. "Selama ini kalian selalu membandingkan Bia de
melainkan karena kemarahan yang selama ini ia pe
iana nggak ada salahnya, 'kan? Selama ini Kak Mari
up mulutnya dengan tangan gemetar. Wajahnya semakin pucat seirin
kurang ajar! Jadi karena iri, kamu merasa berhak merusak rumah tangga k
mata yang membara. "Iya! Bia belajar dari Ayah dan Ibu!
L
keras mendarat
cepat di kulitnya. Ia mengangkat tangan memegangi pipinya yang be
, bukan karena sakit, tetapi kare
, tapi Ayah langsung memperlakukan Bia seperti ini?
bangkit dan melangkah cepat menghampiri Bianca. Dengan satu ge
L
paran ayah mereka, tapi cukup untuk membuat Bianca terdiam. Kali ini bukan
gangan yang nyaris me
B
tiba limbung. Wajah wanita itu seketika pucat, pandanga