Aku tidak bisa lagi melih
ngan seke
ng berdiri dengan ekspresi kosong. Kedua orang tua Mariana pun
ta bisa membicarakan ini. Tolong jangan bu
p lurus ke arah pria yang telah mengkhianatin
tenang, tetapi di baliknya ada luka yang begit
gangkat tangan untuk menghentikannya. Tatapan tajam p
Mariana butuh waktu," katanya tegas. "Jika kamu benar-be
mukan kata-kata yang tepat. Napasnya bergetar, dan untuk
menuju kamarnya dengan kepala tegak. Air matanya masih meng
atung di tengah ruangan. Napasnya masih tersengal,ia melangkah menuju ranjang, lututnya mendadak lemas. Mariana jatuh terduduk
unggu jawaban, ibunya kembali masuk. Wanita paruh baya itu menutup pint
n, tetapi juga ketegasan seorang ibu yang ingin memahami putrinya.
kembali dikejutkan dengan keputusan Mariana yang i
. Pandangannya kos
u yang singkat tadi, tapi ibu tahu ada sesuatu yang nggak kamu katakan." Jemarinya terulur menggenggam
jawaban hingga
uara. Nada suaranya pelan,
u?" Hanya itu satu-satunya alasan yang bisa
n ia menutup matanya rapat-rapat. Mariana ingin mengh
Mariana. Bibirnya sedikit terbuka, teengiyakan, ia sudah tahu jawaban. Jemarinya semakin erat menggenggam tangan
h," bisik ibunya lagi, suara
hancur, Mariana
dah cukup untuk me
, mencoba menenangkan diriny
engan Bia," suara M
eluar, ruangan
aya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bibirnya sedi
ibunya hampir be
dengan susah payah,
. Wajahnya seketika pucat dan tangannya yang
, dan ia menggeleng tak percaya. "Nggak mung
erasa kering. Ia menatap ibunya, berharap wan
capkan kalimat yang me
eka tidur bersama
dengan kedua tangan
ksi lebih jauh, Mariana melanjut
elum aku kehil
ni
edip. Tidak bernapas. Seolah kalimat itu
enar dipenuhi air mata. Tangannya langsung menutup mulu
... Ya Tu
gnya itu ke dalam pelukan yang erat. Tangannya bergetar saat membelai ram
lengan ibunya, seperti anak kecil yang mencari perlindungan dari mi
ya, Bu. Bayiku, pernik
at. "Tidak, Sayang. Kamu masih punya ibu
tahu, saat ini, pelukan ibunya adalah satu-sat
" lirih Mariana disertai i
an lembut, membiarkan putrinya menang
Sayang ..
a, tubuhnya bergetar hebat, dan napasnya ters
ndat, Mariana berbisik di antara t
perti diremas kuat saat mende
lengan ibunya lebih erat, suaranya dipenuhi kepedihan yang beg
gisnya pecah
putrinya adalah lukanya juga. Ia ingin memberikan jawaban, ingin menenangkan, tapi b
n apa pun, Sayang." Jemarinya mengusap lembut rambut Mariana, mencobareka melakukan ini padaku? Bara ... Bianca ...
apa orang memang buta oleh ego dan nafsu, Sayang. Mereka menyak
risak sema
pnya dengan kedua tangan. Ia menatap putri sulungnya itu lekat-lekat
k, Mariana. Kamu nggak bo
a dengan mata yang ma
angan biarkan mereka mengambil lebih dari ini," lanjut ib
api di dalam tatapan ibunya yang penuh cinta, ia mene
mata di pipi Mariana
it bergetar, tetapi tetap lembut. "Dan Ibu ja