olah, diwarnai kelap-kelip bintang yang berserakan
sore tadi. Lampu-lampu jalan menerangi trotoar menuju gedung aula, tempat d
-temannya, gaun sederhana berwarna dus
wajahnya yang teduh, namun dalam benakn
i rutinitas pagi di kelas yang sama, tawa yang saling bersahu
ak tangga menuju aula, sesuatu
, seorang pria berdiri bersama seorang gadis. Kedua
Alexa
i sosok itu. Si
ik di sekolah, tetapi juga sosok yang tampaknya
san sosial sudah melekat dalam dirinya sejak lahir. Meski Kirana tida
ni, ada sesuat
unan sahabatnya yang selalu memen
s yang tampak menatapnya dengan mata yang meny
menyiratkan batas, namun cukup dekat unt
a ter
seorang yang memahami bahwa segala s
, Kirana me
o kena
rsentak. Natalia menarik pergelangan tangannya d
lahan menghilang dari pikirannya. Ia mengangguk cepat da
itu mengambil langkah masing-masing. Satu ke k
• • • • • • • • • •
rkan nostalgia. Lampu-lampu gantung redup berpendar lembut di
soda, dan hiasan-hiasan foto kenangan dari tiga tahun terakhir-potret
berapa siswa berkumpul dalam lingkaran kecil, berbagi cerita-cerita konyol tentang hari-hari
di depan kamera ponsel, mengabadikan mom
na-warni, acara telah dimulai. Malam ini bukan hanya sekad
Sekelompok siswa tampil dengan tarian kontempo
ri awal memasuki SMA hingga akhirnya harus melangkah pergi. Ketika tari
ngan humor sarkastiknya naik ke panggung, membawa lelucon-le
ertawa, meski ada yang hany
ikit, menciptakan atmosfer yang lebih intim. Sebuah band naik ke atas panggung, dan buk
epuk tangan menggema, beberapa siswa bahkan berseru
wa mulai berdiri, ikut bernyanyi dan mengangkat tangan mengikuti ritme. Bass yang menggetarkan da
diundang ke acara kita," bisik sa
vel nasional, bro
t momen terbaik bu
saat mereka menutup penampilan de
putih redup yang jatuh ke atas para personel band. Suara gitar
yang terasa seperti diciptakan khusus untuk malam ini. Bebe
ir, suara seluruh aula bergema,
embahana begitu lama, menandakan bahwa malam ini
• • • • • • • • • •
, Kirana hanya diam
sungguh terasa
eva. Beberapa siswa bertepuk tangan dengan penuh semangat, sementara
uncak yang tak kalah penting-penyerahan penghargaan untuk siswa-sis
ali yang berkilauan di bawah cahaya lampu. Ia tersenyum, menunggu k
yang luar biasa ini," uc
an dedikasi luar biasa dalam akademik maupun non-akademik selama tiga tahun terakhir. Seperti yang kita tahu, perjalanan di Roya
nebak-nebak siapa yang akan dipanggil. Nam
ghargaan diberikan kep
ima medali dengan senyum bangga. Sorakan dan tepuk tangan terdengar dari sudut
12 A2, Sie
g melangkah ke atas panggung. Ia membungkuk sedikit se
sudah Kirana perkiraka
nghargaan diberikan k
a. Kirana menarik napas dalam
ini, menerima penghargaan atas semua kerja kerasnya selama tiga ta
a, ia melirik ke arah teman-temann
" bisik salah satu dari mereka be
nya terse
umkan, guru yang membacakan pen
lian semua mengingat satu hal-prestasi bukan hanya soal angka atau penghargaan, tapi juga tentang bagaimana kalian tumbuh sebagai
disambut tepuk
cara perpisahan p
• • • • • • • • • •
iaan, tawa, kesedihan, nostalgia. Semua orang tahu bahwa esok
ngnya. Masih banyak Siswa-siswi yang bertahan di aula itu selama mungkin seolah mereka tidak
lia, menghela napas panjang. "Kayak baru kemarin kita kenal-kenala
ya ?." Kirana tersenyum tipis, tapi ad
bakal kangen semuanya sih, b
ebay." Kirana
mata Kirana sekali lagi tertarik pa
awa lepas seperti biasa. Ada sesuatu tentang cara dia berdiri, b
esan riang yang menular. Seakan dunia ini hanya butuh
hu itu tidak s
yang lain. Senyum yang tidak diper
liatin
ihkan pandangan. Natalia mengangka
ukan siap
ertawa kecil, melirik ke arah
cuma... ngerasa kayak ada sesuat
h, gimana ya... selalu kayak punya cerita sendiri. K
tidak m
a sen
ing-masing. Tapi apa jadinya kalau cerita seseorang
anggung dengan ekspresi santai. Cahaya lampu menggambarkan garis w
sekali lagi sebelum
ini memang bu
ini hanyalah te
merasa bahwa ada sesuatu tentang pria itu yang ak
mbiarkan pikirannya mem