Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Canda Cinta Kirana
Canda Cinta Kirana

Canda Cinta Kirana

5.0
35 Bab
389 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Izinkan Saya memperkenalkan, wanita cinta sejati dalam hidup saya" Di pernikahan yang seharusnya menjadi momen sakral antara Kirana dan Zayn, Pria itu malah menyebutkan wanita lain sebagai cinta sejatinya. Di balik gemerlap kenangan masa sekolah, "Canda Cinta Kirana" mengisahkan dua jiwa yang tersesat di antara tawa, air mata, dan rahasia yang terpendam. Kirana, gadis cerdas yang selama ini menjalani hidup dengan perencanaan yang rapi, tiba-tiba merasakan kekosongan dalam hatinya saat perpisahan mendekat. Di sisi lain, Zayn, anak beasiswa yang selalu memancarkan pesona usil dan spontan, menyembunyikan luka masa lalu di balik senyum lebar dan keusilannya. Apa yang terjadi ketika dua dunia yang berbeda bertabrakan di momen perpisahan yang penuh makna? Bisakah cinta tumbuh dari keheningan dan tawa yang dipenuhi rahasia? Apakah kepercayaan yang pernah terjalin masih bisa dipulihkan, atau akankah perbedaan mereka menjadi jurang yang tak terjembatani?

Bab 1 Prolog : Pernikahan Dua Wanita

Di sebuah aula megah yang dipenuhi cahaya lembut, hari itu tampak seperti lukisan hidup-sebuah karya seni yang memadukan tradisi dan kemewahan dalam satu irama harmonis.

Langit-langit yang tinggi, dihiasi dengan ornamen-ornamen klasik, disulam dengan lampu kristal berkilauan yang memantulkan semburat keemasan ke setiap sudut ruangan, menciptakan efek seolah-olah bintang-bintang jatuh ke bumi.

Tiap lampu berkilau itu menari dengan riang, membentuk pola-pola indah yang menyatu dengan irama musik lembut yang mengalun, seakan-akan ruangan ini telah dirancang dengan teliti untuk menyambut perayaan cinta yang abadi.

Dinding-dinding aula, yang dilapisi dengan kain sutra berwarna krem, dihiasi dengan kaligrafi elegan yang ditulis dengan tinta emas, menambahkan sentuhan keagungan dan kehalusan.

Setiap inci ruangan memancarkan aura sakral dan syahdu, membuat siapa pun yang melangkah masuk merasakan kedamaian yang mendalam, seolah-olah seluruh alam semesta mengumpulkan berkah untuk momen istimewa ini.

Di tengah ruangan, Pelaminan pernikahan berdiri megah, menjadi saksi bisu dari dua jiwa yang hendak dipersatukan oleh janji suci. Pelaminan itu didekorasi dengan rangkaian bunga segar dan pita sutra yang melambangkan kesucian serta keindahan hubungan yang akan terjalin.

Di sisi kiri pelaminan, Kirana tampil anggun bak bidadari yang baru melangkah ke alam mimpi. Ia mengenakan gaun pengantin yang memadukan keanggunan modern dengan sentuhan tradisional; gaun putih nan murni itu disulam dengan renda halus dan manik-manik berkilauan yang memantulkan kilau cahaya lembut setiap kali ia bergerak.

Setiap detail gaun itu tampak dipertimbangkan dengan cermat, menyiratkan bahwa penampilan Kirana bukan hanya soal kecantikan luar, tetapi juga cerminan jiwa yang lembut dan penuh harapan.

Tak hanya itu, Kirana juga mengenakan hijab cantik yang serasi, dengan aksen emas yang mengkilap seolah mengisyaratkan kelembutan hati serta kekuatan keyakinannya dalam menghadapi segala tantangan.

Wajahnya yang biasanya berseri kini tersamar di balik senyum tipis, menyimpan perasaan campur aduk antara harapan yang tinggi dan kegelisahan yang samar, seolah ia mengetahui bahwa di balik kemegahan hari ini, tersembunyi sebuah rahasia yang akan menguji kekuatan cintanya.

Di sisi kanan pelaminan, Zayn berdiri dengan postur tegap yang memancarkan keteguhan dan kepercayaan diri. Mengenakan setelan formal yang rapi dengan sentuhan modern, jas hitamnya menempel sempurna pada tubuh atletisnya, memberikan kesan bahwa ia adalah sosok yang selalu mengontrol situasi di sekitarnya.

Matanya yang tajam, seolah menyimpan sejuta rahasia, memandang ke arah hadirin dengan senyum kecil yang tampak biasa namun sarat dengan makna terselubung.

Ada sesuatu di balik senyum itu, sebuah keheningan misterius yang perlahan mulai mengaburkan batas antara kenyataan dan sandiwara, seolah Zayn menyembunyikan sesuatu yang penting-sesuatu yang akan mengubah makna dari momen sakral hari itu. Para hadirin yang hadir pun turut tersihir oleh keindahan suasana.

Orang tua kedua mempelai duduk dengan bangga, menatap dengan mata berkaca-kaca, seakan mereka telah melihat kebahagiaan yang tak terhingga dalam wajah anak-anak mereka. Kerabat, sahabat, dan tamu undangan berkumpul, masing-masing menyimpan harapan dan doa dalam hati mereka, menyaksikan prosesi dengan wajah penuh haru dan bahagia.

Aroma bunga mawar segar yang tercium di udara, berpadu dengan wangi lilin yang perlahan meleleh, menambah nuansa intim dan sakral, seakan setiap aroma dan warna yang ada di ruangan itu menjadi lambang cinta dan pengorbanan.

Musik instrumental yang mengalun, dengan irama lembut melodi piano dan gesekan biola yang merdu, semakin menambah keajaiban momen ini, membawa setiap hadirin larut dalam alunan perasaan yang mendalam dan penuh emosi.

Penghulu yang memimpin upacara, seorang pria bijaksana dengan wajah tenang dan mata yang penuh pengertian, mulai membacakan doa serta nasihat suci untuk kedua mempelai. Suaranya yang halus namun tegas mengalun menyatu dengan irama musik, menciptakan suasana yang penuh harapan dan haru.

Setiap kata yang diucapkannya seakan mengandung pesan mendalam, mengingatkan setiap orang tentang arti cinta sejati dan janji suci yang akan diikrarkan hari ini.

Suasana mendadak terasa seolah waktu berhenti sejenak, membiarkan setiap hadirin merenungkan makna dari setiap kalimat yang diucapkan. Namun, saat prosesi memasuki puncaknya, suasana yang tadinya dipenuhi kehangatan dan keakraban tiba-tiba berubah.

Penghulu menghentikan pembacaan dengan tenang, lalu mengangkat suaranya,

"Apakah ada yang memiliki keberatan atas penyatuan kedua hati ini?"

Suara itu menggema kuat di setiap sudut ruangan, memecah keheningan dengan getaran yang terasa menggugah.

Dalam sekejap, kehangatan yang memenuhi ruangan pun berubah menjadi keheningan yang mencekam, seperti bisikan angin yang membawa pertanda akan datangnya badai.

Semua mata tertuju kepada kedua mempelai, dan detak jantung seolah berdetak serempak, menyatu dengan keheningan yang tiba-tiba merasuk, mengubah setiap nafas menjadi beban yang penuh tanda tanya.

Kirana, yang berada di sisi pelaminan, menatap Zayn dengan harap dan cemas, seolah mencari kehangatan dalam matanya yang dulu pernah membuatnya jatuh cinta pada pertemuan pertama mereka.

Namun, yang ia temukan hanyalah senyum datar yang tak mampu lagi menyembunyikan jarak yang semakin melebar di antara mereka. Di balik senyum itu, tersimpan keheningan yang menusuk, seperti topeng yang menutupi perasaan sejati.

Zayn berdiri terlalu tegak, sikapnya yang kaku bak boneka yang diatur oleh tangan takdir, sementara jas hitamnya yang rapi seolah semakin menegaskan jarak antara apa yang pernah ada dan apa yang kini terpancar.

Semua kehangatan yang pernah mengisi ruang hati Kirana mendadak sirna, digantikan oleh rasa dingin yang menghantui. Sebelum penghulu dapat melanjutkan bacaan doa, Zayn tiba-tiba mengambil mikrofon dengan gerakan yang begitu terencana.

Dalam keheningan yang kian mencekam, Zayn melangkah maju sedikit dari tempatnya, langkahnya mantap namun menyimpan segala ketidakpastian.

Dengan suara yang sangat tenang, seolah ia telah menghafal naskah sandiwara ini sejak lama, ia berkata,

"Sebentar, Pak,"

Suara Zayn mengalir licin, penuh dengan nada yang membuat telinga seolah diselimuti oleh bisikan rahasia.

"Ada sesuatu yang belum lengkap."

Ucapannya itu menggema di seluruh ruangan, mengirimkan gelombang kejut yang membuat udara di sekeliling seakan tersentak. Napas Kirana tiba-tiba tersendat, jantungnya berdebar kencang, seakan setiap detak menjadi genderang perang yang menggema di dalam dirinya, menghantarkan rasa takut dan haru yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Dengan ketenangan yang hampir teatrikal, Zayn melanjutkan,

"Izinkan saya memperkenalkan... wanita cinta sejati dalam hidup saya."

Ucapan itu diiringi dengan gerakan yang penuh perhitungan-tangan Zayn terulur mantap mengarahkan pandangan seluruh hadirin ke arah pintu besar di ujung ruangan. Gerakannya seolah mengisyaratkan sebuah adegan dramatis yang telah disiapkan dengan matang, sebuah puncak dari sandiwara yang selama ini ia pertunjukkan.

Kata-kata itu menggema, menebar getaran yang membuat seluruh ruangan seketika membeku. Semua hadirin, dari yang paling tua hingga yang paling muda, memusatkan perhatian, mencoba menangkap setiap makna yang tersembunyi dalam nada dan gerak isyarat yang terpancar dengan begitu jelas.

Kirana, yang selama ini berusaha menahan senyum tipisnya dalam keheningan, kini merasakan getaran dingin menyusup ke seluruh tubuhnya.

Hatinya berdebar kencang, setiap detak seolah menandakan bahwa ada sesuatu yang sangat tidak beres.

Dalam sekejap, kenangan manis yang pernah ia bagikan dengan Zayn-setiap tawa, setiap bisikan mesra yang pernah menghangatkan hari-harinya-berubah menjadi bayangan yang menyakitkan, menodai hari yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan.

Rasa sakit dan keterkejutan mulai merayap, membayangi setiap momen yang telah ia impikan bersama.

Sejenak, ruangan yang semula penuh kehangatan dan keindahan berubah menjadi medan ketegangan yang mencekam. Semua mata terpaku pada pintu besar yang kini perlahan terbuka, seolah membuka gerbang menuju babak baru yang belum pernah mereka saksikan.

Bayangan samar mulai terlihat bergerak di balik tirai cahaya, seolah seseorang tengah menunggu waktu yang tepat untuk memasuki panggung drama yang tengah berlangsung, menambah lapisan misteri yang membuat setiap detik terasa begitu berat.

Ketika pintu itu terbuka sepenuhnya, tampak seorang wanita berdiri dengan sabar di ambang pintu, siluet tubuhnya terpampang indah di balik cahaya yang lembut.

Ia melangkah ke dalam ruangan dengan gerakan yang begitu anggun, seolah setiap lenggokannya telah dilatih dengan sempurna untuk momen ini. Gaun berwarna pastel lembut yang ia kenakan memancarkan aura misterius, memadukan potongan modern dengan sentuhan klasik yang elegan.

Wajahnya dihiasi senyum manis yang terasa datar dan dibuat-buat, tanpa kilau kehangatan yang biasanya terpancar dari sebuah senyuman tulus.

Di balik tatapan matanya yang dingin dan tajam, tersimpan sebuah rahasia yang perlahan mulai mencuri perhatian setiap mata di ruangan itu.

Tatapan itu, menyiratkan suatu kerumitan emosi, seakan ia sedang memainkan peran dalam sebuah sandiwara.

Sementara itu, Zayn, yang masih berdiri di sisi pelaminan, menatap wanita itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Senyum di bibirnya semakin mengembang, seolah ia telah menanti momen ini dengan sabar dan penuh perhitungan. Ia mengulangi isyaratnya ke arah wanita itu, menegaskan bahwa kehadirannya yang menusuk Kirana dari kejauhan bukanlah suatu kebetulan .

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY