rne yang kini berdiri beberapa langkah di depannya. Pria itu, yang dulunya hanya seorang anak culun yang selalu dijauhi, kini berdiri dengan aura yang tak bisa d
bagaimana. Begitu banyak emosi yang datang bersamaan-kekh
namun juga sesuatu yang lebih sulit diungkapkan. "Calla," katanya,
yang selama ini ia pikirkan seakan runtuh dalam sekejap. Perasaan bersalah menyelubungi dirinya, namun yang leb
ian dengan ekspresi yang datar. "Caspian," katanya dengan nada
ralih kembali ke Calla. "Kamu tak perlu berurusan dengan orang seperti ini," lanjut Caspi
kaca-kaca. "Aku... aku hanya ing
encekam. Caspian terdiam, seolah mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh wanita yang dulu pernah menjadi bag
un dalam nada suaranya ada sesuatu yang tak biasa-sebuah kekhawatiran y
tuh operasi, dan aku tidak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dengan cara lain. Aku..." s
mereka. "Begitulah hidup, Caspian," katanya dengan nada mengejek. "
gin, namun ia mengalihkan perhatian kembali ke Calla.
ata yang tepat. "Aku hanya ingin keluar dari sini. Aku... tidak ingin berurusan d
la bisa merasakan ada amarah yang mendidih di balik ketenangannya. "Kau tahu apa yang m
ri tatapan tajam itu. "Aku tahu," katanya pelan
salju yang menggigilkan, dengan setiap detik yang berlalu semakin menambah berat beban yang dip
atanya memancarkan keteguhan yang
pian? Kau harus tahu, Calla sudah mengambi
rti pedang yang siap menghujam. "Aku tak akan biarkan ini terjadi," ka
yang pasti-di luar sana, ayahnya bergantung pada harapan yang semakin tipis
dengan tanggung jawab yang dipikulnya, tahu bahwa ia baru saja
ngung. "Kau akan menyesal, Calla," katanya pelan, dan meskipun kata-katanya lembut, ada kesedih
ng, hatinya berkecamuk antara rasa bersalah yang men
Lucian, mengalihkan perhatian mereka. "I
ng gelap, ini adalah jalan yang harus ia tempuh untuk menyelamatkan satu-satunya oran