mun pikirannya masih saja tertambat pada bocah kecil itu-dan tatapan m
rambutnya yang panjang dan terurai, sementara suara tawa anak-anak yang bermain di kejauhan mengisi udara. Ta
tanya Elvano pelan, menatap
nyum. "Tentu saja. K
di mobil. Tapi aku lihat kamu
a kecil. "Ka
a berbisik, "Aku cuma pengen ketemu tante Aluna. Di sekolah... aku dima
ap Elvano lekat-lekat, berusaha menyembunyi
juga pengen ada ibu yang bisa peluk aku
menghibur Elvano, tapi juga untuk dirinya sendiri-seolah hatinya
mam bocah itu sambil menyeka a
mah. Itu berarti kamu berani menunjukkan perasaanmu. D
tak jauh di bela
sesuatu yang berubah. Ia tak lagi hanya berterima kasih karena nyawa anaknya diselamat
ganggu," ucap Dion s
gung. "Tidak sama sekali. E
ok di depan anaknya. "El, kamu
belum akhirnya berkata, "Kamu punya cara yang tenang dalam me
di bibirnya. "Mungkin karena aku tahu rasanya
itu menembus lapisan tenang
alau kamu tidak keberatan, mungkin... kamu bisa m
udian ia mengangguk pelan. "
tu, memandangi langit sore yang mulai memerah. Entah kenapa, untuk per
pi yang menenangkan. Aluna tiba di sana menjelang pukul lima sore. Di sudut kedai, Dion sudah menunggu-tanpa jas mahal, hanya mengenakan kemeja putih digulu
uka suasana begini," u
dari teko. "Kopi ini bukan tenta
k pelan. "Kita
ebih lama dari sebelumnya.
anyak orang yang bertanya seperti itu. Dan lebih sed
hku perlahan. Dengan kata-kata. Dengan sikap dingin. Dengan pengkhianatan." Aluna berhenti sebentar, menahan suara gemetar. "K
Dion tidak menyela, tidak member
Terlalu serius. Dia bilang, cinta itu harus ringan. Sementara aku terlalu... berat untuk dia. Dia ti
menahan emosi
.. tapi rasanya sam
ulai basah. "Dan mungkin karena i
da. Tidak, bukan karena pria tampan yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Tapi karena, untuk pertama kalinya setelah s
hancurkan, tetapi perlahan-dengan tangan mungil Elvano d
ang. Tapi mungkin... kali ini ia tid