Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Istri Sah Hanya Dianggap Pembantu
Istri Sah Hanya Dianggap Pembantu

Istri Sah Hanya Dianggap Pembantu

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Aluna Maheswari telah menjalani hidup yang penuh luka. Pernikahannya dengan Renandio Dirgantara, seorang pria dingin pilihan keluarganya, hanya meninggalkan bekas-bekas luka batin yang tak pernah sembuh. Selama bertahun-tahun, ia diperlakukan bak bayangan di rumah itu-dicaci, diabaikan, bahkan dikhianati oleh suaminya sendiri dan keluarga besar yang tak pernah benar-benar menerimanya. Namun, segalanya berubah ketika Aluna akhirnya menggugat cerai dan meninggalkan rumah yang selama ini menjadi sumber penderitaannya. Dalam masa pemulihannya, takdir mempertemukannya dengan Dion Ardianata-seorang duda kaya raya yang memiliki karisma tenang dan tatapan mata yang menyimpan banyak luka. Dion tak sendirian. Ia membesarkan seorang putra bernama Elvano Arkadie Ardianata, bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang sering terlihat menyendiri di taman dekat rumah Aluna. Pertemuan pertama mereka terjadi saat Elvano hampir tertabrak sepeda motor. Tanpa ragu, Aluna menyelamatkannya, dan sejak saat itu, kehidupan mereka saling terikat. Elvano, anak yang pendiam dan manis, mulai melekat pada Aluna. Bocah itu sering diejek teman-temannya karena tak memiliki sosok ibu. Ibu kandungnya telah meninggalkannya begitu saja, memilih pria lain dan hidup tanpa pernah menoleh ke belakang. Aluna, yang pernah kehilangan kasih sayang dan kehangatan, melihat dirinya dalam diri Elvano-seorang anak yang hanya ingin dicintai dan diterima. Dan tanpa disadarinya, Dion juga mulai membuka hati, perlahan-lahan menemukan kembali makna keluarga lewat kehadiran Aluna. Namun, kisah mereka tak mudah. Masa lalu yang belum selesai, luka yang belum sembuh, dan kehadiran orang-orang yang tak senang melihat Aluna bahagia kembali, semua menjadi ujian berat dalam perjalanan baru mereka.

Bab 1 di antara dua jiwa yang terluka

Aluna Maheswari menatap langit senja yang mulai memudar di luar jendela kamar tidurnya. Warna oranye yang lembut mulai menghilang, digantikan oleh gelap malam yang semakin mendalam. Namun, dalam benaknya, langit senja itu tak lebih dari cermin keputusasaan yang kini merayap dalam hidupnya. Kehidupannya yang dulu penuh harapan kini terasa hampa-seperti langit yang mulai kehilangan warna.

Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah hari yang berat. Keputusan yang diambilnya untuk mengakhiri pernikahannya dengan Renandio Dirgantara, suami yang dulu pernah ia cintai, ternyata lebih sulit daripada yang ia bayangkan. Namun, dengan setiap air mata yang jatuh, dengan setiap kata-kata pedas yang terlontar dari mulut suaminya, ia tahu bahwa ia tak bisa bertahan lagi. Suaminya, yang dulu tampak seperti pria sempurna, ternyata hanyalah bayangan dari seseorang yang tak pernah benar-benar peduli padanya. Renandio lebih memilih untuk berada di sisi keluarganya daripada memperhatikan apa yang terjadi di dalam rumah tangga mereka.

Hari-hari yang berlalu tak ubahnya seperti badai yang datang dan pergi, tetapi tak pernah benar-benar mereda. Caci maki, kebohongan, dan pengkhianatan adalah teman sehari-hari Aluna. Meskipun keluarganya selalu menegaskan bahwa pernikahan ini adalah "pilihan terbaik," mereka tak pernah tahu penderitaan yang ia rasakan dalam diam. Orangtuanya-yang seharusnya menjadi tempat pelindungnya-justru lebih memilih membela Renandio. Tidak ada satu kata pun yang terucap dari mereka ketika suaminya memanggilnya dengan hinaan yang terus mengiris hatinya. Bahkan, ibunya yang dulu begitu peduli, kini hanya diam, memilih menghindar dari kenyataan yang tak ingin mereka hadapi.

Dan ketika akhirnya Aluna menggugat cerai, itu bukan hanya karena dirinya sudah tak kuat lagi, tetapi juga karena ia tahu tak ada harapan yang tersisa. Renandio bahkan tak keberatan, karena di dalam hatinya, dia sudah lama terikat pada ambisi dan kekayaan keluarganya, bukan pada cinta yang seharusnya ada dalam pernikahan.

Proses perceraian itu panjang, penuh dengan rasa malu yang tak bisa ia hindari. Setiap kali orang-orang bertanya, ia harus menahan air mata, berusaha untuk tersenyum meski hati ini nyaris hancur. Apalagi saat pengadilan memutuskan hak asuh atas anak-anak mereka-meski Aluna sangat mencintai mereka, ia tahu bahwa keluarga Renandio lebih berkuasa. Semua yang ia perjuangkan untuk bertahan ternyata tak cukup.

Namun, di tengah kesedihannya, takdir membawa Aluna ke pertemuan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah pertemuan yang mengubah jalan hidupnya untuk selamanya.

Semuanya dimulai saat ia sedang berjalan sendirian di taman dekat rumahnya. Ia sering menghabiskan waktu di sana, mencoba menenangkan pikirannya setelah perpisahan yang menyakitkan. Saat itu, di antara dedaunan yang berguguran, ia mendengar suara keras dari arah jalanan. Sebuah sepeda motor melaju cepat, dan sebelum ia sempat menghindar, ia melihat seorang bocah laki-laki kecil-berlari kencang, tampak bingung-terjebak di tengah jalan. Tanpa berpikir dua kali, Aluna berlari menerjang menuju bocah itu, dan dengan kekuatan yang masih tersisa, ia menarik tubuhnya ke samping.

Tepat saat sepeda motor itu melintas, Aluna dan bocah kecil itu jatuh ke tanah. Hatinya berdebar keras. Ia menatap bocah yang tertatih itu, menilai wajahnya yang tampak lelah dan penuh kecemasan. Ia adalah seorang anak kecil berusia sekitar tujuh tahun, dengan mata coklat yang dalam dan penuh kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja..." kata Aluna, sedikit terengah-engah, mencoba untuk mengangkat bocah itu.

Bocah itu hanya terdiam, menatap Aluna dengan mata yang tampaknya penuh rasa takut, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Aluna melirik ke sekeliling-di dekat mereka, seorang pria dewasa berdiri mematung, tampaknya terkejut dengan kejadian itu. Sebuah senyum lembut muncul di wajah pria itu, meskipun matanya terlihat tegang dan penuh beban.

"Apa kamu baik-baik saja, sayang?" tanya pria itu dengan suara tenang, berjalan mendekat dan mengulurkan tangan untuk membantu bocah itu berdiri. Aluna memandangnya, matanya berbinar dengan kesadaran baru-pria ini tampaknya bukan orang biasa.

Bocah itu, yang sekarang sudah berdiri, mengangguk pelan. "Terima kasih... sudah menyelamatkanku," ucapnya lirih, tetapi terdengar tulus.

Pria itu menoleh ke arah Aluna, tatapannya penuh rasa terima kasih. "Terima kasih sudah menyelamatkan putraku," katanya dengan nada rendah namun hangat. "Namaku Dion Ardianata."

Aluna menatap pria itu dengan rasa penasaran. Dion Ardianata. Seorang pria dengan penampilan yang sangat menawan-dengan jas hitam yang tampak mahal dan aura yang penuh wibawa, seolah dunia di sekelilingnya tak pernah bisa menggoyahkan ketenangannya.

"Aluna Maheswari," jawabnya singkat. Ia merasa agak canggung, tetapi ada sesuatu dalam diri Dion yang membuatnya merasa nyaman, seperti ada perasaan saling memahami meski baru pertama kali bertemu.

"Terima kasih lagi, Aluna. Ini Elvano, putraku. Dan aku-" Dion berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Aku seorang duda. Istriku telah meninggalkan kami beberapa tahun yang lalu."

Aluna menunduk, merasakan simpati yang mendalam untuk bocah kecil itu. "Elvano, ya?" Ia tersenyum padanya, mencoba memberi kenyamanan pada anak yang jelas tampak tidak ingin berada di tempat itu. "Kamu pasti merasa kesepian tanpa ibu."

Elvano mengangguk pelan, lalu berkata dengan suara yang hampir tak terdengar, "Ibu... pergi untuk pria lain."

Aluna merasa dadanya terhimpit. Ia tak bisa membayangkan betapa beratnya bagi seorang anak untuk merasakan pengkhianatan semacam itu.

Dion memandang Elvano dengan tatapan lembut, namun ada sesuatu yang tajam di matanya. Sebuah keperihan yang sama seperti yang Aluna rasakan-kehilangan dan penolakan. Namun, mereka berdua berusaha untuk saling menguatkan.

Di hari itu, pertemuan yang tidak direncanakan itu menjadi titik balik dalam hidup Aluna. Ia tidak tahu mengapa, tetapi di saat ia melihat Elvano, hatinya mulai meleleh. Ia ingin melindungi bocah itu, memberinya cinta yang selama ini hilang. Dion, dengan segala kesempurnaannya, adalah seorang pria yang penuh misteri, dan meski ia tampaknya sudah cukup kuat untuk menghadapi dunia, Aluna bisa melihat bahwa ia juga membawa beban berat dalam hidupnya.

Namun, satu hal yang jelas-dalam dunia yang penuh luka ini, keduanya, Aluna dan Dion, saling menemukan pelipur lara yang tak terduga. Sebuah hubungan yang terjalin dalam diam, penuh dengan rasa sakit yang belum selesai, dan cinta yang mulai tumbuh di antara dua jiwa yang terluka.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY