/0/23837/coverbig.jpg?v=5e106eb88649e91ce7adc941fd5e29aa)
Aluna Maheswari telah menjalani hidup yang penuh luka. Pernikahannya dengan Renandio Dirgantara, seorang pria dingin pilihan keluarganya, hanya meninggalkan bekas-bekas luka batin yang tak pernah sembuh. Selama bertahun-tahun, ia diperlakukan bak bayangan di rumah itu-dicaci, diabaikan, bahkan dikhianati oleh suaminya sendiri dan keluarga besar yang tak pernah benar-benar menerimanya. Namun, segalanya berubah ketika Aluna akhirnya menggugat cerai dan meninggalkan rumah yang selama ini menjadi sumber penderitaannya. Dalam masa pemulihannya, takdir mempertemukannya dengan Dion Ardianata-seorang duda kaya raya yang memiliki karisma tenang dan tatapan mata yang menyimpan banyak luka. Dion tak sendirian. Ia membesarkan seorang putra bernama Elvano Arkadie Ardianata, bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang sering terlihat menyendiri di taman dekat rumah Aluna. Pertemuan pertama mereka terjadi saat Elvano hampir tertabrak sepeda motor. Tanpa ragu, Aluna menyelamatkannya, dan sejak saat itu, kehidupan mereka saling terikat. Elvano, anak yang pendiam dan manis, mulai melekat pada Aluna. Bocah itu sering diejek teman-temannya karena tak memiliki sosok ibu. Ibu kandungnya telah meninggalkannya begitu saja, memilih pria lain dan hidup tanpa pernah menoleh ke belakang. Aluna, yang pernah kehilangan kasih sayang dan kehangatan, melihat dirinya dalam diri Elvano-seorang anak yang hanya ingin dicintai dan diterima. Dan tanpa disadarinya, Dion juga mulai membuka hati, perlahan-lahan menemukan kembali makna keluarga lewat kehadiran Aluna. Namun, kisah mereka tak mudah. Masa lalu yang belum selesai, luka yang belum sembuh, dan kehadiran orang-orang yang tak senang melihat Aluna bahagia kembali, semua menjadi ujian berat dalam perjalanan baru mereka.
Aluna Maheswari menatap langit senja yang mulai memudar di luar jendela kamar tidurnya. Warna oranye yang lembut mulai menghilang, digantikan oleh gelap malam yang semakin mendalam. Namun, dalam benaknya, langit senja itu tak lebih dari cermin keputusasaan yang kini merayap dalam hidupnya. Kehidupannya yang dulu penuh harapan kini terasa hampa-seperti langit yang mulai kehilangan warna.
Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah hari yang berat. Keputusan yang diambilnya untuk mengakhiri pernikahannya dengan Renandio Dirgantara, suami yang dulu pernah ia cintai, ternyata lebih sulit daripada yang ia bayangkan. Namun, dengan setiap air mata yang jatuh, dengan setiap kata-kata pedas yang terlontar dari mulut suaminya, ia tahu bahwa ia tak bisa bertahan lagi. Suaminya, yang dulu tampak seperti pria sempurna, ternyata hanyalah bayangan dari seseorang yang tak pernah benar-benar peduli padanya. Renandio lebih memilih untuk berada di sisi keluarganya daripada memperhatikan apa yang terjadi di dalam rumah tangga mereka.
Hari-hari yang berlalu tak ubahnya seperti badai yang datang dan pergi, tetapi tak pernah benar-benar mereda. Caci maki, kebohongan, dan pengkhianatan adalah teman sehari-hari Aluna. Meskipun keluarganya selalu menegaskan bahwa pernikahan ini adalah "pilihan terbaik," mereka tak pernah tahu penderitaan yang ia rasakan dalam diam. Orangtuanya-yang seharusnya menjadi tempat pelindungnya-justru lebih memilih membela Renandio. Tidak ada satu kata pun yang terucap dari mereka ketika suaminya memanggilnya dengan hinaan yang terus mengiris hatinya. Bahkan, ibunya yang dulu begitu peduli, kini hanya diam, memilih menghindar dari kenyataan yang tak ingin mereka hadapi.
Dan ketika akhirnya Aluna menggugat cerai, itu bukan hanya karena dirinya sudah tak kuat lagi, tetapi juga karena ia tahu tak ada harapan yang tersisa. Renandio bahkan tak keberatan, karena di dalam hatinya, dia sudah lama terikat pada ambisi dan kekayaan keluarganya, bukan pada cinta yang seharusnya ada dalam pernikahan.
Proses perceraian itu panjang, penuh dengan rasa malu yang tak bisa ia hindari. Setiap kali orang-orang bertanya, ia harus menahan air mata, berusaha untuk tersenyum meski hati ini nyaris hancur. Apalagi saat pengadilan memutuskan hak asuh atas anak-anak mereka-meski Aluna sangat mencintai mereka, ia tahu bahwa keluarga Renandio lebih berkuasa. Semua yang ia perjuangkan untuk bertahan ternyata tak cukup.
Namun, di tengah kesedihannya, takdir membawa Aluna ke pertemuan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah pertemuan yang mengubah jalan hidupnya untuk selamanya.
Semuanya dimulai saat ia sedang berjalan sendirian di taman dekat rumahnya. Ia sering menghabiskan waktu di sana, mencoba menenangkan pikirannya setelah perpisahan yang menyakitkan. Saat itu, di antara dedaunan yang berguguran, ia mendengar suara keras dari arah jalanan. Sebuah sepeda motor melaju cepat, dan sebelum ia sempat menghindar, ia melihat seorang bocah laki-laki kecil-berlari kencang, tampak bingung-terjebak di tengah jalan. Tanpa berpikir dua kali, Aluna berlari menerjang menuju bocah itu, dan dengan kekuatan yang masih tersisa, ia menarik tubuhnya ke samping.
Tepat saat sepeda motor itu melintas, Aluna dan bocah kecil itu jatuh ke tanah. Hatinya berdebar keras. Ia menatap bocah yang tertatih itu, menilai wajahnya yang tampak lelah dan penuh kecemasan. Ia adalah seorang anak kecil berusia sekitar tujuh tahun, dengan mata coklat yang dalam dan penuh kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja..." kata Aluna, sedikit terengah-engah, mencoba untuk mengangkat bocah itu.
Bocah itu hanya terdiam, menatap Aluna dengan mata yang tampaknya penuh rasa takut, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Aluna melirik ke sekeliling-di dekat mereka, seorang pria dewasa berdiri mematung, tampaknya terkejut dengan kejadian itu. Sebuah senyum lembut muncul di wajah pria itu, meskipun matanya terlihat tegang dan penuh beban.
"Apa kamu baik-baik saja, sayang?" tanya pria itu dengan suara tenang, berjalan mendekat dan mengulurkan tangan untuk membantu bocah itu berdiri. Aluna memandangnya, matanya berbinar dengan kesadaran baru-pria ini tampaknya bukan orang biasa.
Bocah itu, yang sekarang sudah berdiri, mengangguk pelan. "Terima kasih... sudah menyelamatkanku," ucapnya lirih, tetapi terdengar tulus.
Pria itu menoleh ke arah Aluna, tatapannya penuh rasa terima kasih. "Terima kasih sudah menyelamatkan putraku," katanya dengan nada rendah namun hangat. "Namaku Dion Ardianata."
Aluna menatap pria itu dengan rasa penasaran. Dion Ardianata. Seorang pria dengan penampilan yang sangat menawan-dengan jas hitam yang tampak mahal dan aura yang penuh wibawa, seolah dunia di sekelilingnya tak pernah bisa menggoyahkan ketenangannya.
"Aluna Maheswari," jawabnya singkat. Ia merasa agak canggung, tetapi ada sesuatu dalam diri Dion yang membuatnya merasa nyaman, seperti ada perasaan saling memahami meski baru pertama kali bertemu.
"Terima kasih lagi, Aluna. Ini Elvano, putraku. Dan aku-" Dion berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Aku seorang duda. Istriku telah meninggalkan kami beberapa tahun yang lalu."
Aluna menunduk, merasakan simpati yang mendalam untuk bocah kecil itu. "Elvano, ya?" Ia tersenyum padanya, mencoba memberi kenyamanan pada anak yang jelas tampak tidak ingin berada di tempat itu. "Kamu pasti merasa kesepian tanpa ibu."
Elvano mengangguk pelan, lalu berkata dengan suara yang hampir tak terdengar, "Ibu... pergi untuk pria lain."
Aluna merasa dadanya terhimpit. Ia tak bisa membayangkan betapa beratnya bagi seorang anak untuk merasakan pengkhianatan semacam itu.
Dion memandang Elvano dengan tatapan lembut, namun ada sesuatu yang tajam di matanya. Sebuah keperihan yang sama seperti yang Aluna rasakan-kehilangan dan penolakan. Namun, mereka berdua berusaha untuk saling menguatkan.
Di hari itu, pertemuan yang tidak direncanakan itu menjadi titik balik dalam hidup Aluna. Ia tidak tahu mengapa, tetapi di saat ia melihat Elvano, hatinya mulai meleleh. Ia ingin melindungi bocah itu, memberinya cinta yang selama ini hilang. Dion, dengan segala kesempurnaannya, adalah seorang pria yang penuh misteri, dan meski ia tampaknya sudah cukup kuat untuk menghadapi dunia, Aluna bisa melihat bahwa ia juga membawa beban berat dalam hidupnya.
Namun, satu hal yang jelas-dalam dunia yang penuh luka ini, keduanya, Aluna dan Dion, saling menemukan pelipur lara yang tak terduga. Sebuah hubungan yang terjalin dalam diam, penuh dengan rasa sakit yang belum selesai, dan cinta yang mulai tumbuh di antara dua jiwa yang terluka.
Aku terhenyak, menatap Marsel dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Baru setahun pernikahan kami, dan dia, suamiku, dengan santainya memintaku untuk menjual satu-satunya rumah peninggalan orang tuaku yang sudah meninggal. Rumah itu adalah kenangan terakhir yang tersisa darinya, tempat aku tumbuh dan merasakan kasih sayang mereka. Bagaimana mungkin dia memintaku untuk melepaskan itu? "Hilda," suaranya terdengar tenang, seolah tidak ada hal yang terlalu penting dari pembicaraan ini. "Kita butuh uang untuk investasi. Rumah ini hanya membebani." Aku menggigit bibir, berusaha menahan emosi yang berkecamuk dalam dada. "Tidak! Ini bukan tentang uang, Marsel! Ini tentang kenangan, tentang masa lalu yang tak bisa aku tinggalkan begitu saja hanya karena alasanmu yang... dangkal!" Aku melangkah mundur, menatapnya dengan mata yang mulai memerah. Marsel memandangku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Di satu sisi, aku melihat kekuatan, tapi juga ada ketidaksabaran yang kian terlihat. "Hilda, aku hanya berpikir praktis. Kita harus berpikir ke depan." Aku tertawa pahit. "Ke depan? Apa kau lupa? Rumah ini adalah warisan yang tak ternilai bagiku! Dan kau ingin menjualnya begitu saja?" Dia menarik napas panjang, seakan mencoba menenangkan diri. "Aku tidak ingin bertengkar, Hilda. Tapi kita perlu uang untuk merencanakan masa depan kita. Apa pun itu, rumah ini hanya menghambat langkah kita." Aku merasa dunia ini begitu berat, seolah seluruh hidupku sedang terancam runtuh hanya karena keputusan yang diambil oleh orang yang aku cintai. Tidak ada jalan tengah dalam hal ini. Bagaimana bisa Marsel, yang dulu begitu aku percayai, berubah menjadi seseorang yang begitu dingin dan pragmatis? Aku tidak tahu lagi apa yang sedang terjadi antara kami, tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan pernah menyerah pada perasaan ini.
Rani tak bermaksud mengeluh, semua orang tahu harga kebutuhan pokok memang melonjak akhir-akhir ini. Dari beras sampai bumbu dapur, semuanya sudah tersedia karena suaminya, Dimas, yang biasa belanja ke pasar setiap awal pekan. Namun, ia hanya memberinya uang sebesar 25 ribu rupiah setiap hari untuk belanja sayur dan lauk. "Memang pelitnya enggak ketulungan si Dimas itu," pikir Rani, kesal. "Kamu ini ya, pintar banget ngomongnya. Nih, uangnya," ucap Dimas sambil menyodorkan uang kepadanya. Dengan cepat, Rani mengambilnya, tapi wajahnya tetap datar. Dalam hati ia menggerutu, "Cih, segini? Buat beli bedak aja kurang, apalagi lauk."
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Warning!!! 21+ only Kecenderungan kekerasan dan kata kasar. Usia kurang dari 21 tahun dilarang baca! Erick, pria berusia 20 tahun yang hidup berdua dengan ibunya terpaksa harus menjadi peliharaan Jason, pria penyuka sesama jenis dengan kecenderungan BDSM demi membiayai ibunya yang masuk rumah sakit. Bagaimanakah kehidupan erick selama menjadi peliharaan Jason? WARNING! BxB BDSM Mature konten (kekerasan, kata kasar, hinaan dll)
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?