img Lupakan Aku  /  Bab 3 Ketidakpastian | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Ketidakpastian

Jumlah Kata:1531    |    Dirilis Pada: 11/05/2025

bukan karena Raka menjauh, tapi karen

h aku lebih dari sekadar teman. Tapi kemudian ia juga bisa menghilang

Menanti satu pesan singkat. Satu sapaan ringa

at sesuatu yang membuat se

rganisasi, aku tanpa sengaja meli

u. Seolah dunia milik mereka berdua. Dan aku, berdiri beberapa me

engapa rasa it

ak pernah menyatakan apa pun. Tapi... bukank

Bukan karena cemburu semata. Tapi kare

pa senyum-senyumnya hanya milik semua orang? Apa aku cuma sa

gis yang tertahan

ggap sinyal hanyalah bentuk kebaikan biasa. Mungkin, akulah

e kampus seperti biasa

dut. Tidak lagi menunggu pesannya. Tid

ena benci. Tapi karena aku sadar,

ku mulai berpikir, mungkin diamku meman

, tapi justru di sanalah aku m

lagi mengulang percakapan kami dalam kepala seperti kaset kusut. Tidak lagi

aku merasa sedi

aku mulai mengerti satu hal bahwa selama ini, aku bukan menunggu di

Dan mencintainya dalam diam terlalu sering membuatku merasa

*

u selama ini. Matahari condong ke barat, cahaya keemasannya jatu

etan tentang Raka. Tentang senyumnya. Tentang hal-hal kecil yan

alam diam. Tapi hari ini, aku ingin mul

tenang. Tidak ada air mata

jujur dan kelegaan kec

ermin. Wajah yang sama dengan saat aku jatu

untuk melupakan... tapi untuk menerima bahwa tidak semua yang kit

bukan tentang b

erhenti berhar

... dan kini perlahan aku pelajari cara melepas

*

a berjalan begitu wajar. Kami masih satu kelompok tugas, sering berdiskusi sepulang kuliah, kadang

u tidak lagi merasa ha

soal perasaan, tapi sikapnya selalu menjelaskan jauh lebih jujur. Dan tanpa aku sadari, senyumku mulai

eo kucing lucu di ponselnya. Tawa yang tak dibuat-buat. Tawa yang lama tak keluar begi

ng sulit dijelaskan seperti luka yang tidak ia sadari muncu

rkata apa pun. Hanya tersenyum ti

t itu, Raka m

at aku menyadarinya, ia berpaling lebih cepat. Ia tak bertanya tentang tugas, tak

enuruni anak tangga, dia menapaki naik. Kami beradu pandang s

bahagia, ya, akh

tajam sekaligus rapuh. Maka aku hanya membala

lakang, ia masih berdiri d

i

ti ak

nggu Raka, segalanya akan menjadi

a yang berbeda. Tidak seperti dulu yang ringan dan mengalir. Ki

ebelahku di perpustakaan, padahal se

nya sambil melirik cata

lan. "Iya, revisi

a tetap duduk di situ, mencoba membantu semampunya. Kadang diam, kadang m

melihat notifikasi

kan? Aku beli satu, kebanyakan. Kala

n hal-hal kecil seperti itu. Bahkan aku sempat berpi

rangan, tapi cukup nyata untuk membuat dadaku sesak. Ia mulai sering muncul di ruang-rua

ak pernah me

ah ada p

ah ada p

ah hatiku ke

pa baru sekarang? Kenapa saat aku mulai bela

ka yang mulai meresahkan, aku merasa terjebak. Seperti ditarik ke dua sisi ya

lis lagi, mencoba

n tidak pernah membuatku menebak, tapi juga belum sepenuhnya mengetuk hatiku. Dan ak

tebak. Kadang cerah, kadang mendung, kadang dat

, dia datang lebih se

membawakan jas hujanku yang tertinggal saat aku buru-buru pulang. Ia tak pernah b

oftop fakultas. Langitnya lagi bagus ban

. Tapi kaki ini

. Ada angin yang pelan. Ada jarak yang hampir tidak teras

, lirih. "Tenang. Tapi kadang just

pi suaranya pelan, seperti sedang

ikir, kalau k

napas. "Beru

jauh. Tapi juga le

eda.

ti ini?, tapi lidahku kelu. Dan ia tidak melanjutkan. Han

rim foto buku yang katanya mengingatkannya padaku.

u cepat. Be

atu pun kata t

tian. Hanya tanda-tanda yang

ehilangan pegangan a

eseorang yang layak aku beri ruang, Raka datang lagi

ampai

k ada pesan cinta. Tidak ada perny

ya. Aku jemput k

ungku berdetak lebih cepat bukan

terus tumbuh... tapi

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY