/0/24588/coverbig.jpg?v=17bdfa7675bf7b2c62e9c9a8d41ef219)
ewah, minuman berderet di atas meja panjang, dan musik klasik lembut mengalun dari sudut
pa kau sud
langsung menoleh se
enelan salivanya pela
i pun lang
aa
a meni
a si anak ema
yum tipis, sekadar basa-basi menyambut kehebohan. Pandangannya melirik ke arah Duke - pria
ut namun tajam menusu
lyn
kilau, dan riasan seperti bintang film. Semua tentangny
elina?" tanyanya, senyum di bib
k dikenalkan pada kita, ya kan?" lanju
ngsung menyambutnya. Beberapa bahkan
nya karyawan kantor..." bohongnya, pelan. Sebuah kebohongan yang
duk. Inilah momen yang paling ia benci dari reuni-ketika pertemuan itu berubah menjadi ruang interogasi, tempat
m dua tahun terakhir, dan
caraan? Sel
? Selalu d
disorot? Kenapa tak ad
a Raselyn kemb
menikah di antara kita. Bukankah pernikahanmu
annya di bawah meja. Ur
di dekat Selina,
ya, tajam. "Kenapa kau selalu bertanya soal hidupnya? Apa kau segitu penasarannya, Raselyn? Kau
tenang, "Aku sedang kuliah di luar negeri. Setelah lulus, aku akan buka perusahaan fashi
erdengar. Kekaguman tib
kau benar-benar
yang bersinar
au yang bersinar t
enar-benar menampar Selin
. Selina dulu borong piala dan penghargaan, primadona sejati. Sekaran
R
l alkohol di atas meja bergetar
i atas meja yang baru saja digebraknya. Tatapan matanya tajam
tidak punya
yang m
guliti kehidupan orang lain seperti ini? Apa reuni ini tujuannya untuk sali
mengitari s
ajang pamer dan perbandingan murahan. Apa kalian benar-benar sebahagia itu dengan hi
masuk Raselyn yang kini diam tak be
mbali tenang, matanya menatap Selina - hanya sejenak, namun penuh makna. Tatapa
ya tipis tapi jelas dipaksakan. Suaranya terde
tar," ucapnya sambil melirik se
ergi, meninggalkan meja yang masih dipenuhi suara ri
ya bisa terdiam. Mata mereka mengikuti punggung Selina yang menja
ban tak kasat mata. Tak butuh waktu lama, bayangan
bilik. Ia justru berdiri kaku di depan meja wastafel. Tangannya
ilihatnya...
itu
enyimpan lelah yan
e pipi. Tak ada riasan. Tak ada kilau. Hanya wajah seoran
a sede
enakan gaun elegan dan perhiasan mencolok. Ia seperti diletakkan di pa
rti mencoba menahan sesuatu ya
lirih, hampir tak terdengar. "Dul
tap wajahnya sendiri. Wajah
kan di balik rutinitas dan
i tak jatuh. Ia terlalu kuat untuk itu. Te
hati
ta
a
tujuan ia bisa menerima kenyataan yang su
an membantah semua takdir ini, kenapa hidup dan takd
tafel, ia melihat sosok yang memandanginya
uk

GOOGLE PLAY