img Pemuas Birahi Setengah Baya  /  Bab 2 PBSB | 33.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 PBSB

Jumlah Kata:1654    |    Dirilis Pada: 15/06/2025

pertanyaan yang terus menggantung yang sulit untuk dijelaskan. Tentang Gunawan dengan

bali ke Bandung tempat

ng tengah mulai diredupkan. Hanya suara televisi dan de

yang sudah menemaniku lebih dari tiga puluh tahun, yang mengenalku lebih dalam dari siapa pun. Tapi malam itu,

Pah," katanya rin

sesuatu di balik kain sarungku berdiri. Tak sadar tanganku menyentuh bahu istriku perlah

" tanyany

dah lama padam. Bukan semata karena tubuh mudanya yang molek, wajahnya yang jelita, sikapnya yang menggoda, tapi

r pelan. "Kangen. Sudah lama ki

rakannya penuh tanda penolakan. Aku bisa mem

lirih tapi tegas. "Tubuhku sudah beda. Aku suda

an hanya tentang hasrat-ini tentang rasa ditolak, tentang dinding tak terlihat yang terus tumbuh di

"Kenapa Papa tiba-tiba begini? Ada apa?

in menghindar, tapi juga ingin menjelaskan. Tapi apa yang bisa dijelaskan, jika yan

awabku pelan, mencoba menahan diri. "Papa

a Papa masih mau hidup seperti anak muda terus? Sek

abad, namun ia masih sangat gesit dan lincah, aktif dalam berbagai kegiatan sosial, namun setiap kali kuajak bersetubuh, selalu menolak halus denga

keintiman, aku mulai merasa asing dan tersingkir. Bayangan Vero yang masih muda serta Midah

Duduk di ruang tengah, memandangi temaram lampu gantung. Hat

aku masih ingin

ika hasratku m

tas disebut su

enarik. Aku duduk di sofa, sendirian, dengan ponsel di tangan. Istriku sudah jauh tenggelam dalam mimpi-mimpinya, dan tak lama kemud

*

un di sofa, punggung terasa pegal, leher kaku karena posisi tidur yang tidak semestinya. Televisi sudah

Narsih, pembantu kami yang sudah bekerja lebih dari satu dekade, tengah menyiapkan sar

il menoleh sebentar. "Kurang tidur

njelaskan apapun. Mbok Narsih tentu cukup bijak untuk ta

ngenakan daster hijau lumut, rambut disanggul seadanya. Tatapan kami sempat bertemu. Hanya sekejap

ya datar, lalu dud

sambil menarik k

ada yang mengganjal. Setiap bunyi sendok menyentuh piring terasa lebih nyarin

striku berkata, dengan suara yan

terlalu cepat menuduh. Mungkin aku ca

ersalah yang membenarkan tuduhannya. Karena sesungguhnya, ia tidak salah sepenuhnya. Ada Vero dalam pikiranku, dan

akhirnya. "Papa ngerti... mung

gaja menjaga suasana agar tidak sampai terjadi be

anan kompleks masih sepi, hanya terdengar gemericik air dari selokan yang baru dibersihka

erdiri di depan pagar rumahnya. Ia tampak rapi, mengenakan tunik bir

seolah sedang menunggu seseorang. Aku memperl

Hasto," sa

pas banget. Saya lagi nunggu taksi online, mau ke dokt

a lewat Simprir. Kalau tidak kebe

jenak, lalu tersenyum lagi. "Wah, beneran

a sekali. A

an keluar dari kompleks, melewati pos satpam yang mengangguk sopan. Di dalam mobil, aw

ut senam bareng staf. Saya pikir daripada bengong di rumah, mending periksa sekal

bih baik diperiksa. Semo

uatku teringat pada sesuatu yang lama hilang-kerapian, ketenangan,

ntara Hasto sudah kelelahan. Atau mungkin karena ini kali pertama aku benar-benar memperhatikannya, Midah tampa

an kelapa parut yang melonjak. Tapi di sela kalimatnya, ada nada manj

ng selama ini tersembunyi di balik wajah seriusnya saat

kelasnya Mas Hasto, y

sih dua tahun. tapi SMA

ebih muda Pak Arya ya, h

a sih rata-rata selisih dua sampa

k Arya keliatan masih sangat gagah, s

ngat sih malah bisa ngadu sama yang di bawah 40 tahun juga, hehehe. Tapi

ai akhirnya kami tiba di depan klinik, ia mengucapkan terima kasih

sa sempit dan sumpek. Entah mengapa bayangan Midah seolah memenuhi tiap sudut ruang, duduk di sofa tamu, berd

as yang harus segera ditandatangani. Tanganku mulai menari di

rsenyum dari balik lembar-lembar disposisi itu. Tangannya yang sempat menyeka dahinya, l

rsi. Lalu kupejamkan mata sejenak, berharap sedikit kejern

eperti menandatangani kebingunganku sendiri. Setiap paraf terasa seper

sesuatu yang hilang dalam hidupku: perhatian, gairah, dan keintiman yang manusiawi. Aku tahu dia

engapa bisa

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY