t Garden". Jantungnya berdebar kencang setiap kali memikirkan kemungkinan bahwa Reza adalah sahabat pena masa kecilnya, Reza yang dulu selalu memotivasinya untuk melukis
ya ingin terlihat seperti dirinya yang dulu, Putri yang sederhana. Ia merias wajahnya tipis, membiarkan kecant
gu di depan," ujar Bi Inah, asisten ru
ua pengawal lain. Cantika ingin datang sendiri, tanpa pengawasan. Ia ingin pertemuan ini menjadi miliknya sendiri,
enjulang, kendaraan berlalu lalang, dan orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing. Kota ini adalah temp
in dengan konsep taman, dipenuhi tanaman hijau dan bunga-bunga berwarna-warni. Suasana yang tenan
g, tersembunyi di balik rimbunnya tanaman, sudah terisi. Seorang pria duduk membelakanginya,
?" sapa Cantika, suar
namun meneduhkan menatap Cantika. Sebuah senyum tipis teruk
ka, diisi oleh suara gemericik air dari kolam kecil di dekat mereka dan alunan musik in
ta akan bertemu lagi seperti ini," ujarnya, suarany
iap. "Kau... k
elukis, berbakat, dan dulu pernah memiliki sahabat pena bernama Reza." Ia ter
hkan. Pria di hadapannya adalah Reza, sahabat pena masa kecilnya, Reza yang dulu selalu menduku
mereka. "Aku tidak menyangka kau akan menjadi Nyonya Ardi Permana." Ada s
"Aku... aku tidak menyangka kau akan men
bagaimana kabarmu? Aku melihatmu di pesta kemarin, kau t
yak hal yang berubah." Ia menatap Reza, mencoba mencari kekuatan. "M
u melihatmu di pesta itu, Cantika. Ada sesuatu di matamu, sesuatu yang membuatku penasaran. Sebuah kesedihan
engingat mimpinya. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa," bisikny
melihat itu. Kau terjebak
Seolah Reza mampu membaca isi hatinya, melihat lukisan y
na rasanya terjebak. Tapi aku berjuang, dan aku berhasil kel
ri. "Aku... aku merasa seperti kehilangan diriku sendiri, Reza. Aku tidak lagi bisa melukis seperti du
mbiarkan Cantika mencurahkan isi hatinya. "Aku mengerti, Cantika. Aku tahu Ardi san
tanya. "Aku sudah memilih jalan ini. Aku memilih kemewahan, s
jati tidak bisa dibeli dengan uang, Cantika. Itu datang dari dalam diri k
ya yang terjebak dalam kemewahan. Ada rasa cemburu yang menusuk hatinya, namun ia berusaha menepisnya. "Kau benar, Reza. Aku... aku iri
nji untuk selalu mendukung impian masing-masing. Aku tahu kau masih mem
gaimana, Reza? Aku tidak bisa melakukan apa pun tan
ukis secara diam-diam, atau kau bisa mencari teman-teman yang
satu-satunya orang yang bisa memahami perasaannya
kan tangan, menyentuh tangan Cantika di atas meja. Sentuhan itu lembut, menenangkan, dan Cantika merasakan aliran listrik menjalar di t
batkan perasaannya lebih jauh dari ini. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa, Reza.
"Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Aku akan memberimu
ang diberikan oleh instrukturnya. Tangannya lihai membentuk tanah liat menjadi berbagai benda, mulai dari vas bunga,
pa peralatan baru untuk melukis. Dulu, ia sering melukis pemandangan desa, hewan, dan wajah-wajah orang di seki
ja menabrak seorang wanita. Beberapa botol cat dan ku
bergegas membungkuk untuk membantu men
. "Tidak apa-apa. Salahku
ngat cantik, dengan rambut hitam panjang dan mata almond yang indah.
jar Luna, menyerahkan botol
itu tersenyum lagi. "Ter
arik dari wanita itu, sebuah aura kesedihan yang samar na
aya Cantika. Senang bert
konglomerat yang sering disebut-sebut Reza. Mungkinkah ini Cantika Putri, istri
a Putri?" tanya
erkejut. "Ya. Bag
da." Ia merasa canggung. Ia tidak tahu mengapa Reza sering bercerita tentang wanita ini, t
? Apa yang ia ceritakan? "Oh, begitu," ujarnya, berusaha ber
"Mas Reza sangat menghor
dirinya pada Luna, namun ia tidak tahu apa yang sebenarnya Reza rasakan. I
anya Luna, melihat beberapa per
karang tidak terlalu sering."
penasaran. "Menurut Mas R
atnya, masih mempercayai kemampuannya. "Dunia bisnis tidak memberiku banyak waktu untuk melukis," jawab Cantika, berbohong
pala. "Saya juga suka melukis. Dulu di
an di mata Luna, kebahagiaan yang tidak bisa ia temukan di matanya sendiri. Luna memi
, berusaha mengakhiri percakapan yang terasa
ka," Luna mengangguk.
antika yang menjauh, pikiran-pikiran berkecamuk di benaknya. Mengapa Reza sering membicarakan wanita itu? Mengapa ada aura kesedih
namun juga merasa cemas akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Reza adalah sahabat masa kecilnya, pria yang dulu ia sukai, pria yang
sangkar emas. Lukisan itu kini terasa lebih nyata. Ia adalah
ada kabar baik!" serunya, masuk ke kamar tidur. "Proyek kita di luar neger
terlihat bahagia. "Itu ka
i semua berkat dukunganmu, Say
jian Ardi, tidak setelah apa yang ia rasakan hari ini.
mbangun kerajaan yang lebih besar untuk mereka berdua. Cantika mendengarkan dengan seksama, sesekali melontarkan pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikannya
n dan juga belenggu. Ia telah membuat pilihan, dan ia harus menjalaninya. Namun, bisakah ia benar-benar bahagia da
yang mungkin bisa ia temukan di luar sangkar emas ini, mungkin, dengan bantuan Reza. Namun, pilihan itu, pilihan yang sangat sulit, terasa begitu berat untuk diambil. Ia takut. Takut kehilangan segalanya,