ah tak percaya dengan tulisan yang
"Ya Nyonya, masih stadium dua
aga sama sekali saat dokter Frans mengatakan ka
tenaga, aku merasa Allah t
hatikan anakku. Aku terlalu mementingkan diriku sendiri," batinku denga
aja yang sakit, Dok
lebih besar potensinya untuk membaik, meski belum tentu sembuh sempurna." Dokter mene
er membuatku se
*
ap di rumah sakit. Namun yang membu
h dan capek untuk menghubungi lagi Mas Bram. Den
aru mengabari kalau acara perusahaan di Singapura sudah selesa
telpon. Entah dia terasa atau tidak yang pa
kan istri barunya dibanding
ulang. Sebab pekerjaan belum bisa aku selesaikan dalam waktu sing
eni sahabatku sendiri. Aku menjaga kondisi Jenar yang baru keluar dari ru
kau diam
ampar mulut suamiku yang bermuka dua. Namun semua itu tak
r. Dokter menyarankan tiga hari sekali J
urangi aktivitas luar, Sayang! Dan bagaimana kalau semua perusa
endongakkan kepalaku m
Sebodoh itu aku menyerahka
usahaanku dan aku serahkan pada Mas Bram. Mengingat pernikahanku sudah dua b
n hal itu Mas! Aku masih
padaku? Apa susahnya sih? Kamu tinggal panggil pak Edward pengacara kita, suru
enyum dan mengge
rabaya balik lagi ke Jakarta." Aku beralas
kau fokus pada anak kita? Kan ada ba
emang semudah itu aku menyerahkan perusahaan ku, yang akhirny
dengan berdiri melangkah meninggalkan Mas Bram da
ra Mas Bram dengan
ok pak Edward dipang
olah aku tak mendeng
*
r di kamar Jenar walau kea
ram dan Neni terus berada dalam pikiranku. Rasa ji
nya agar aku bisa menangkap basah
tentu seribu alasan keluar dari mulut Mas Bram. Da
uncul Mas Bram dengan memakai bo
ejamkan mataku p
endekatiku dan mengusap
i kamar kita saja?" bisik Mas Bram
ka aku pandang suamiku dalam remang
kesal, cembu
ah baikan? Malah besok Jenar sudah masuk
embari mengusap-usap mataku s
menatap jam yang ada di s
ilan malam. Sebenarnya masih ter
kankah hampir satu minggu lebih, kita t
ajah Mas Bram. Tiba-tiba terlintas ba
in jelas bayangan itu mengganggu pikirank
ira
enghadap Jenar dengan tangan meme
al merah Mas."
mu sudah menstruasi?" ucap
" kutinggikan nada bicaraku, agar Mas B
h berdiri dan meninggalkan aku tanpa mengatakan sepatah kata. Dan terde
i mengotak atik kesalahanku apa? Sampai Mas B
erusahaan ku di Jakarta dan di Surabaya aku serahkan Mas Bram
cantik? Tapi, dibanding Neni yang postur tubuhnya
itu. Dari segi wajah dan kulit juga masih menang aku. Perbandingan
ahaan sebab menikah denganku. Dan aku juga tak begitu pelit dengan orang tuanya maupun adik-adiknya d
yang Mama ku sendiri. Yang tak me
nganku. Ia sudah menyakitiku, m
ar Jenar sekolah dan ke kantor sebentar. Aku berniat
*
Mas Bram. Aku datang ke rumah Silvi yang rumahnya dari kantorku berjarak dua belas
iap aku datang ke rumah saudara Mas B
s Bram?" tanya Silvi sesam
am sibuk. Dan lagian Mas Bra
kaget, menden
ku kok gak dikabari, sepertinya Ibu kemar
tubuhku ke s
juga mend
ke Singapura. Yang ingin aku bicarakan tentang pernikahan Mas B
g ke sini?" pancingku dengan m
sam