agai bendahara dalam arisan grup Rumpis dengan membuka kotak perhiasan berwarna m
tua arisan Rumpis. Aku hanya memandang teman-teman ari
k ingin membeli perhiasan terbaru?"
ngannya ke arah Rita. "Maaf Bu Rita, suami saya sudah membelik
ta dan Neni. Hatiku bertanya-tanya hingga berpiki
i menikah? Kapan? Kok
kan dahinya menat
menyebar undangan, ia nikah diam- diam. Han
m pikiranku. Dengan tak taunya aku dalam pe
beritahuan ataupu
orang yang paling dekat dengan Nen
g ingin mengadakan acara, pasti d
eka kenakan nanti? Warna yang sama atau tidak? Di mana harus b
lang arisan selalu bersama naik mobilku. T
u segera berdiri, melangkah
amping Neni ad
alau Mbak Neni menikah. Kapan M
s kursi dan kugeser kursin
berusaha tersenyum m
saja yang tiba-tiba datang!" ucap Neni yang usianya lebih muda dari usiaku. Dan masih dikaruniai anak satu
a aku berencana hendak ke rumahnya sekedar ingin menebu
halus dengan alasan ia hend
ang menjadi ganjalan hatiku
ia merelakan utuk bermalam di rumahku selama dua hari
kan Mas Bram yang sangat memperhatikan aku.
an pulang otakku terus berpikir soal ti
aat di dalam mobilku, aku cerc
memberitahuku? Padahal Mbak Neni itu su
wabnya den
sendiri ke rumah Jeng Neni. Waktu masi
nggut membenar
enakku merasakan kekecewaan yang mendalam. Dan berta
kahan. Bahkan Neni tak pernah menceritakan calon suaminya. Neni cenderung tertutup walau aku sama Neni ser
ku sendiri sebab aku me
pa suami Neni. Sebab selama ini Neni tak
aku kok gak pernah dengar dia punya calon s
ara pernikahan Neni deng
rang terpandang. Duda tanpa anak walau usianya ter
suaminya. Suaminya kebetulan barusan kelu
ikut merasa bahagia, bagaimanap
u tak diberitahu. Aku hanya bisa berpikir, Neni memang sengaja tak m
eni. Aku juga turut senang Bu Nita?" u
dari suami yang sekarang lho, Jeng. Jadi sebelum suam
?" ucapku agak terkejut
kata-kata Nita masih
il aku serahkan Dodi satpam rumahku untuk memasukkan
k rumah, untuk menemui suamiku
u sudah pulang sebab pertama aku masuk halaman rumah
anya Bramasta suamiku yang ma
ke dalam koper. Belum juga aku menjawab pertanyaanny
yak? Dan kenapa tidak memberitahu aku se
ekati aku. Sebuah kecup
ara mendadak, tentang perusahaan kita.
Surabaya? Kok bukan asistennya saja yang berangkat!" protesku dengan menghemp
amu pesan apa?" rayu Mas Bram lembut
m laki-laki setia. Ia juga perhatian sama Jenar putra satu-satu
tahu kita?" tanyaku memandang Mas Bram yang mela
u. "Mbak Neni teman arisan kamu? Yan
awabku s
pak cuek. Ia melangkah masuk ke kam
i yang tidak mengundangku dalam per
dengan meraba- raba mungkin aku ada salah dengan
onsel chat masuk dari ponsel su
membuka ponsel Mas Bram. Menurutku itu sebuah privasi. Apalagi aku p
dan penasaran untuk mengetahui siapa yang chat sua
erwarna biru. Beruntung aku mengetahui kunci ponsel ma
ng tertera dalam ponsel itu. Aku menge
Mas Bram. Sebab selama menikah aku ta
intas aku melihat fto profil yang tertera pada
yang mas
tau profil ini. Rasa penasaran untuk
hingga tampak jelas siapa pem
Jantungku berdetak
ggendong anak perempua
u sebab aku juga mempun
sam