*
jalan di depan, tetapi pikirannya terus-menerus kembali ke kejadian sebelumn
idak tahu siapa pria itu atau mengapa dia diserang, tetapi ia tahu bahwa dirinya sekarang ikut terseret da
hitam besar muncul, melaju dengan kecepatan tinggi. Wajahnya memucat saat menyadari bahwa mob
l mengetuk-ngetuk setir denga
dal gas lebih dalam, berharap bisa memperlebar jarak antara dirinya dengan pengejarnya. Namun, mobil besar itu
k panik. Mobil hitam itu menabrak bagian samping mobilnya dengan keras. Anastasia menggertakkan giginya, merasak
lebih keras. "Kalian merusak mobil hasil
asia bukan tipe wanita yang mudah ditundukkan, dan mereka sudah menekan tombol yang salah. Dengan k
sedikit terlambat untuk bereaksi, memberi Anastasia cukup waktu untuk menambah kecepatan. Mobil
embuat belokan tajam di persimpangan, nyaris membuat mobilnya berputar. Tapi ia dengan cekatan men
i, mobil mereka mendekat, tapi Anastasia selalu berhasil menarik diri dengan gerakan yang tak terduga. Ke
g apartemennya muncul di kejauhan. Ia menarik napas lega, namun tetap waspada. M
nya sendiri. Ia tahu bahwa ini adalah kes
batas yang biasanya ia anggap aman. Mobil hitam itu berusaha mengejar, tapi Anastasia
a dan kehilangan kendali, menabrak pembatas jalan dengan keras. Suara benturan dan suara kaca pecah terdengar di be
ghentikan mobilnya di tempat parkir. Dengan cepat, ia mematikan mesin dan langsung menoleh ke jok belak
ada waktu untuk berdiam diri. Ia haru
ia bergerak ke bagian belakang, membuka pintu dan dengan cekatan mengangkat tubuh pria itu. Meski berat, Anastasia tidak
emennya. Setiap detik terasa berharga, dan Anastasia
ruang tamu. Anastasia menghela napas panjang, merasakan lelah yang luar biasa setelah semua yang terjadi.
pria itu. "Tapi satu hal yang pasti, kita berdua terlibat dalam sesuatu yang besar. Aku membantumu karena aku juga sedang te
anjak ke kamar mandi, mencari kotak P3K untuk mengobati luka-lukanya. Meskipun ia bukan se
tu dan mulai membersihkan luka-lukanya dengan hati-hati. Meskipun rasa takut dan cemas masih menghantuinya, A
ku pergi tidur," ucap Anast
*
lembut dari lampu di sudut ruangan memancar, memberi sedikit kehangatan di sekelilingnya. Butuh beberapa saat bagi matanya u
rang wanita elegan. Sejauh yang bisa ia lihat, ruangan itu adalah sebuah apartemen
setiap usaha untuk mengingat kembali apa yang terjadi menjadi perjuangan tersendiri. Ia menggerakkan t
apa lagi yang menimpanya sebelum ini. Memori tentang kekerasan itu datang perlahan, seperti potongan-potongan gambar yang samar. Ia
ni? Ia ingat saat para penculik itu lengah, dan ia memutuskan untuk mengambil kesempatan yang ada. Ia kabur, meski tubuhnya penuh luka, mes
ongnya saat ia hampir jatuh. Wajahnya sulit diingat dalam keadaan setengah sadar seperti itu, tapi ia
ba mencari petunjuk lebih lanjut. Ada meja kecil di samping sofa, dengan segelas air di atasnya. Sebuah
t rasa sakit yang masih terasa di tenggorokannya
an
ringan mendekat. Pintu terbuka sedikit lebih lebar, dan seorang wanita muncul dari baliknya. Wa
*