gannya erat. Matanya penuh pertanyaan, seolah merasakan kegelisahan yang melanda ibunya. Bagaimana menjelaskan kepad
tingginya dengan putranya. "Kita akan
erbinar. "Pes
tahu, perjalanan kali ini akan lebih dari sekadar petualangan liburan. "Ya, Sayang
tanya Lan
ah kandungnya sendiri, yang tidak pernah dikenalnya? Bagaimana ia bisa menjelaskan bahwa
erkata, memeluk putranya erat. "Yang pentin
tubuh mungil itu memberikan Ayla sedikit keberanian. Ia har
ahan Langit dari sekolahnya, dan membereskan segala keperluannya. Ia menjual beberapa perabot yang tidak akan ia bawa, memilih untuk membawa barang
?" tanya Langit saat melihat barang-bara
yang. Tapi yang jelas, Maman akan selalu memastikan
tempat tinggal sementara yang aman dan tersembunyi. Ayla tahu, kembali ke Jakarta berarti ia harus ekstra hati-
a Eiffel yang menyala, semua itu akan ia tinggalkan. Dulu, Paris adalah pelariannya. Kota ini menyembuhkanny
ara pasti membencinya. Kebencian yang mungkin setara dengan rasa jijik yang dulu ia rasakan terhadap pria itu. Sebuah perjodohan paksa, sebuah ikatan yang tidak
as budi pada Arini, yang tak pernah meninggalkannya meskipun ia telah menghilang begitu saja. Dan yang terpenting, ini tentang Langit
lah seharian penuh dengan pertanyaan dan kebingungan kecilnya. Ayla menatap wajah damai putranya.
rgap. Udara panas dan lembap khas tropis menyambut mereka, kontras dengan udara
! Lan
-kaca, berjalan cepat menghampiri mereka. Ayla tak bisa menahan haru. Arini adalah s
air mata menetes di pipinya. Rasa rindu
cekat. Ia lalu menatap Langit, senyumnya semakin leb
tap Arini dengan peringatan. "Arini,
Tentu saja, Ayla. Jangan khawatir. Aku sud
ia selalu dijemput oleh sopir pribadi keluarga, mobil mewah, dan pengawa
embus lorong waktu. Jakarta yang semakin padat, gedung-gedung pencakar langit yan
askan, menyadari tatapan Ayla yang menjelajahi pemandangan luar. "Lo
tidak bisa mengambil ris
i kelelahan. Setelah memastikan putranya tertidur pulas, ia duduk
a, Arini," kata Ayla, su
yang aku bayangkan, Ayla. Bara benar-benar di ambang kebangkrutan. Perusahaan keluarganya, '
pelak
Bara terlalu percaya padanya. Selama ini, Wijaya adalah kepala divisi keuangan. Dia mengatur
aya yang selalu terlihat ramah dan suportif, namun tatapannya selalu menyimpan sesuat
tidak tahu? Dia di
duk dan inovasi. Urusan keuangan sepenuhnya dipercayakan pada Wijaya. D
epergiannya pasti meninggalkan luka. Tapi ia
i, dia seperti kehilangan arah. Dia bekerja seperti robot, kurang fokus. Itulah
Ayla, matanya menatap Arini penuh harap.
u. Ingat perjanjian pra-nikah itu? Karena kalian belum bercerai, kamu masih memiliki ha
ksu
dari kebangkrutan. Dia berpura-pura menjadi pahlawan. Tapi jika kamu muncul sebagai istri sah Bara, kamu punya hak untuk menun
i, bukankah itu justru akan m
uasai. Kamu bisa mengajukan gugatan pembatalan pengalihan aset, atau semacamnya. Ini akan memberikan waktu bagi Bara untuk membuktikan bahwa dia dijebak, dan bahw
ma denganku?" Ayla membayangkan reaksi Bara saat
adalah satu-satunya kesempatan. Dia sudah kehilangan segalanya. Kelua
dulu selalu memperlakukannya dengan ramah, meskipun perjo
nya, kamu harus meyakinkannya untuk percaya padamu. At
kembali pada kekhawatiran utamanya
sa dipercaya, seorang wanita paruh baya yang pensiunan guru. Dia bersedia memban
ni adalah hal terakhir yang ia inginkan. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan Langi
njadi mata dan telingamu di luar sana." Arini menatap Ayla
terpenting, tidak boleh gentar. Misi ini tidak hanya tentang menyelamatkan Bara, tapi juga tentang menebus kesalahannya di masa lalu,
suaranya mantap. "Apa langkah
h pertama adalah... bertemu Ba
ak tahu apakah ia bisa meyakinkan Bara untuk bekerja sama. Namun, satu hal yang pasti: ia tidak ak