Masih tercium aroma parfum bunga Luísa, sahaba
atkan sumbangan untuk kampanye Paskahmu, s
alaman berkutat dengan perhitungan, utang, dan
berani ia minum, dengan senyum sopan, mengulang kalimat yang sama: "Saya dari Confiteria Martin
canggung, seperti cokelat yang hilang di etalase perhiasan. Ia mengamati ruangan, mencari Luísa, tetapi yang ia lihat hanyalah kepala-kepala yang tak dikenalnya. Ia mendekap e
a sebuah suara rendah, ny
an kehangatan ke ujung jarinya. Ia berbal
Albuq
an. Tuksedo itu pas di badannya seperti baju zirah yang dibuat khusus. Dasi kupu-kupu longgar, segelas wis
k tahu ada filantropis sepertimu yang bergaul dengan tukang roti kecil-kecilan." Enzo tersenyum, men
, tanpa mengalihkan pandangan darinya. "Lagipula, sejak kuliah
angkah. Bukan karena ia sakit mengingatnya, tetapi
mbat ke kelas ekonomi, buku-buku membebani ranselnya. Enzo bersandar di dinding, tertawa bers
t kopi dengan mesin tua di serikat mahasiswa. Di tengah tawa, ciuman terlarang, masa dep
iarkannya pergi. Dan mereka kembali seperti itu, seolah tak
kat dagunya. "Aku datang untuk meminta sumbangan untuk proyek-proyek komuni
"Apa kau meremeh
ing, tetapi Enzo mengik
an padamu, Enzo. Aku sudah menjelask
ak terdengar. "Kau benar-benar berpikir kau
tnya saat Enzo mencondongkan tu
sti akan membelikanmu semua telur Paskah, semua cokelat." Suaranya seperti racun yang manis. "Atau kau bisa minta
aku tidak menerima pemb
angannya seolah mengakui kekalahan; kekalahan yang tak
, menunjuk ke arah kerumunan pekerja kantor. "Sudah ada di
m dompetnya erat-erat. Ia memperha
lebih pintar. Mengemis pemberian dari orang-orang kaya yan
.." Ia mendekatkan diri lagi, begitu dekat hingga Clara merasakan panas menjalar di tengkuknya. "Aku tahu kau masih bermimpi menyelamat
terucap, begitu banyak rahasia. Keinginan untuk menamparnya bercampur dengan keingin
ku hanya karena kau punya uang, kau sal
egitu dekat hingga bibirnya
ghancurkanmu?" gumamnya. "Bagaimana
di latar belakang. Di sana, semuanya tampak hening, hanya mereka berdua
, seolah terbangun dari trans. Ia menjauh dari Enzo dan menarik napas dalam-dalam. "Menj
di udara, dengan senyum yang ber
dah itu, Clarinh
eberangi ruangan, mengabaikan tatapan-tata
g mudah. Apalagi dengan Enzo
ebagian dirinya-keras kepala, sombong, ma