mengilap. Hari itu, sebuah pernikahan agung antara dua nama besar-Sterling dan Harrison-dilangsungkan dengan kemegahan yang nyaris tak masuk akal. Karpe
i terasa menyesakkan, seolah setiap helaan napas dipe
h, dan figur-figur yang namanya sering terpampang di majalah-majalah finansial. Bisik-bisik dan tawa kecil terdengar samar, menciptakan simfoni sosial yang lazim dalam acara sekelas ini. N
urna, membingkai tubuh atletisnya dengan elegan. Rambut hitam pekatnya disisir rapi, dan rahangnya yang tegas menunjukkan keteguhan yang tak t
ngga media. Namanya identik dengan kekuasaan, kekayaan, dan reputasi sebagai seorang pengusaha yang dingin, brilian, dan tanpa
hadap prosesi sakral yang akan segera berlangsung. Baginya, ini hanyalah sebuah kewajiban, sebuah langkah bisnis yang penting, dan sebuah permintaan terakhir dari kakeknya yang s
ngi oleh Tuan Harrison yang tampak bangga luar biasa. Ayah angkatnya itu berjalan tegak, senyum lebar menghiasi wajahnya, seolah ini adalah puncak dari segala impiannya. Gaun putih Lys
enggam buket bunga lili putih dengan erat, jari-jarinya sedikit gemetar. Setiap langkah terasa berat, seolah ia membawa beban seribu ton di pundaknya, menyeret dirinya menuju takdir yang tak ia inginkan. Tapi ia terus melangkah, selangkah demi s
a ia ditolak berkali-kali hanya karena statusnya sebagai putri adopsi. Ia bukan darah daging Harrison, dan itu menjadi dosa yang tak terampuni di mata banyak keluarga elite. Lalu, taw
tu adalah kejutan listrik yang tak menyenangkan. Arthur menatap tangan itu sekilas, matanya seperti pemindai yang menganalisis sebuah objek, bukan seorang manusia. Ia menye
an yang tegang. "Lysandra Harrison," ucapnya, suaranya menggema di seluruh ballroom, "apakah engkau bersedia menerim
ah ia mengatakan "tidak"? Bisakah ia lari dari semua ini? Tapi kemudian ia melihat sekilas wajah ayahnya, sorot m
bers
ri hati, melainkan dari keterpaksaan. Sebuah janji yang akan mengikatn
rthur Sterling, apakah engkau bersedia menerima Lysandra Harrison sebagai istrimu,
samar, dan bisikan-bisikan mulai muncul. Apakah Arthur akan menarik diri? Apakah pernikahan ini akan gagal di menit-menit terakhir? Lysandra merasakan jantungnya berdebar
gin, datar, dan tanpa perasaan,
ang menghantam dada Lysandra. Bukan karena kebahagiaan, melainkan karena
a, ironis dengan suasana hati Lysandra. Kilauan kamera menyala-nyala, menangkap setiap momen kebahagiaan yang semu. Namun, tak satu pun emosi terlihat dari Arthur. Ia hanya menoleh pada Lysand
autan tamu-tamu elite yang tak henti-hentinya mengucapkan selamat. Senyum palsu sudah terukir permanen di wajah Lysandra. Ia tahu ia harus memain
dalam riuhnya pesta, mencoba membuka percakapan. Ia menoleh ke arah Arthur, yang sibuk membalas sapaan para tamu dengan
ti udara tak terlihat di sampingnya. Setelah beberapa saat, tanpa menatap Lysandra, Arthur berkata dengan suara rendah yang hanya bisa didengar ol
a merasakan pipinya memanas, bukan karena malu, tapi k
a menoleh padanya, tatapannya menusuk tajam. "Aku tidak tertarik pada penampila
yang kini adalah suaminya. "Kalau begitu kenapa kau menikahiku?" tanyanya pelan, mencoba agar suaranya tidak
g lain yang mendengar. "Karena Harrison Group," jawabnya tanpa ragu, tanpa emosi, seolah sedang menyebutkan poin-poin dalam kontrak
pi ia tidak menyangka akan diperlakukan seolah ia adalah barang, objek tak bernyawa yang hanya berfungsi untuk memenuhi keinginan orang lain. Lysandra menahan air
ketidakpedulian pria di sampingnya. "Tapi setidaknya kau bisa bersikap sopan. Kita akan tinggal di bawah sa
i pada apa pun kecuali apa yang ingin kudapatkan. Cukup jalankan tugasmu. Tersenyumlah di depan kamera, berikan kesan yan
ini bukan dongeng. Ia sudah tahu ini adalah pernikahan tanpa cinta. Tapi ia tidak tahu... betapa cepat mimpi buruk itu dimulai. Semalam, ia adalah seorang wanita yang, meskipun terluka
Amelia Harrison, adik Lysandra, putri kandung dari keluarga Harrison, memiringkan kepala. Matanya yang tajam menatap kakaknya deng
Lysandra dengan tatapan mengejek, seringai licik menghiasi wajah tampannya. Tang
pi lihat saja... Saat Arthur Sterling tahu siapa dia sebenarnya, segalanya akan runtuh. Seluruh kemega
terjadi..." ia berhenti sejenak, menikmati antisipasi, "...dia akan belajar, bahwa hidup bukan tentang keberuntungan
andra. Dan Lysandra, yang kini mencoba untuk sekadar bernapas di samping suaminya yang dingin, tidak tahu bahwa bahaya terbesar bukan hanya datang dari Arthur, melainkan dari orang-orang terdekatnya, yang menanti saat yang tepat untuk menjatuh