mua ini membakar teng
isuda. Aku berjalan ke dapur, menemukan lipstik merah yang ditinggalkan Sask
pikirku. Aku akan m
ang terakhir tepat saat aku
ihat koper-koper itu. "Kirana?
r, aku tahu hari ini berat. Aku memang keras padamu, aku akui. Tapi ini demi
berpikir kita bisa pergi makan malam ini. Ke restor
skia masuk, membawa kantong makanan. Dia bahkan
as," katanya, suaranya manis menjiji
Saskia itu pemain tim. Dia mengantisipasi kebutuh
yo. Kita kembalikan tasmu. Kit
nku seolah sentuh
id
eng CEO yang menawan itu luntur,
tanganku, cengkeramannya sepe
tanya tajam. "Aku bukan partnermu. Ba
sedang hormonal. Saskia sangat penting untuk masa depan perusahaan i
di wajahnya. "Kirana, mungkin sebaiknya kau denga
jarinya memutih. Aku bisa merasakan tulang
kataku, suaraku ren
hirnya meledak. Dia menyeretku ke kamar tidur. "Kau akan
pakaian kecil dan membanting pin
uyung ke belakang. Aku tersandung se
bakar dan membutaka
itu mutlak, hingga merenggut napasku.
k karena panik. "Baskara, biarkan
-ragu di sisi lain pi
at pandanganku kabur. "Bayinya... k
in dan jauh. "Berhenti bersikap dramatis,
ngan termakan omongannya, Bas. Dia hanya cari perhati
reka menjauh di lorong. Aku m
send
t gelombang penderitaan lain merobekku. Aku merasakan
ihat ke
gitu bany
juangkan, terkuras habis dariku di lantai yan