emukanku di sofa, masih memeluk anak anjing
hati. "Elara, kita perlu bicara tentan
m. Rasanya wajahku re
a di bahuku. "Aku sudah berpikir. Mungkin... mungkin kita harus berhen
siku. Ketika aku tidak berk
ita bisa..
a. Dia ingin aku menjadi ibu bagi anak dari wanita yang menghancurkan hidupku, pengingat hidup akan pengkhianatannya. Dia me
aku berkaca-kaca, bibir bawahku bergetar. Aku menatapnya de
h pikiran itu tidak pern
simpati palsu. "Ya. Kita bisa memberi seor
mbawa Bima ke sini dan menyamarkannya sebagai anak an
lah istrinya y
k karena air mata yang tak t
kan menjadi masalahku lagi. Dia b
udian, dia membaw
sebuah kenyamanan kecil yang hangat dalam kehampaan dingin hidupku.
aranya lembut. "Ini ma
g menggema di seluruh rumah yang sunyi. Dia bersembunyi di belakang
Dia bahkan tidak melirikku. Seolah-olah aku tidak ada di sana. Dia membawa anak
ari atas beberapa menit kemudia
angguk, wajahk
ar para pelayan
g sekali. Pak Bos s
k Bos masih memperlakukannya seperti ratu. S
n pasti sudah meninggalkann
tanganku. Aku menatap mata cokelatnya yang penuh ke
g istri yang menyedihkan dan mand
l itu ke dadaku, membenamkan
Lucky?" bisikku. "Kita b
gong kecil,
dalam kekacauan ini. Seorang anak yang setengah darinya. Aku duduk di ruang tunggu yang
emanggil namaku, aku
di perutku. Dia adalah monster. Tapi bay
emanggil Lucky, tetapi tidak ada gonggongan jawaban, tida
kut mer
i karpet favoritnya, diam dan tak bergerak. Set
yang sangat tenang. Dia menatap anak anjing yang
juga, aku tahu. Dia
pit. Dunia berputa
h suara parau dan pata
embut menjadi ekspresi khawatir. "Elara
tubuh kecil Lucky yang tak bergerak, kakiku gemeta
arnai penyesalan palsu. "Dia mencoba me
di atas bulu Lucky, tidak bera
galir di pipiku. "Namanya Luck
, suaranya mengeras karena tidak sabar. "Aku
dak akan menyakiti siapa pun. Dia adalah
aman keamanan," kataku
unjuk anak anjing itu dengan jari kecil
jahnya pucat. Dia memberiku sebuah t
n anak anjing itu. Dia menarik ekor Lucky, menendangnya, menyiksa hewan kecil i
pernah men
tidak hanya takut. Dia k
melihat kilatan kesal di matanya. Dia tidak sedan
habis. "Apa kita benar-benar akan berten
menjad
ebelum pingsan adalah suara