sadarkan diri. Sahabatku selama dua puluh tahun, Karin, mengirimiku
herku. "Aku sangat, sangat mencintaimu, Karin," bisiknya. Lalu aku melihatnya. Sebuah tato
, senyumnya semanis racun. Setelah satu gigitan, tenggorokanku mu
elanya. Dia berdiri di antara kami, wajahnya menegang karena amarah. "Kamu itu punya masalah a
dia mencengkeram lenganku, menarikku mundur dengan ka
uatanku, aku me
sku. "Dan aku tid
a
ri, bicaranya tidak jelas saat teman-teman kami membimbingnya masuk ke dalam suite hotel.
rasaan tidak berdaya menyelimutiku. Ini bukan pria yang baru saja kunikahi. In
a puluh tahun. *Dia mungkin minum terlalu banyak, Lana. Beri di
kan. Pesannya, yang begitu praktis, juga menyimpan sedikit harapan tentang malam ini
kamar dan dengan lembut membujuk Bima untuk meminumnya. Dia penurut,
a mulai tenang, napasnya teratur saat dia b
in, untuk berterima kasih karena telah menjadi penena
ari belakang, menarikku ke dada yang hangat. Bim
tu bukan bisikan penuh cinta dari seorang suami baru. Ke
sangat mencin
perti racun. Dia tidak mengatakan
i kiri dadanya, tepat di atas jantungnya, ada s
atu huruf 'K
an samar di telingaku. Pria yang memelukku, ruangan ini, gaun putih yang t
ruf 'K' itu
ngsi. Alasan dia menatap melewatiku di resepsi, matanya mencari
untuk waktu yang terasa seperti selamanya. Ak
ota tubuhku, rasa dingin yang meng
getar lagi d
u dan seperti robot. Dia tidak menyadariny
p layar ya
tu dari