h lampu, warnanya biru tua yang memesona. Kisah cinta ibuk
kan dimulai dari tujuh puluh lima
n tawaranku. "Tujuh
rdengar di ant
angan. "Sembilan puluh miliar," suara Ale
di sampingnya, matanya lebar berpura-pura terkejut, meskipun kilatan
iar," kataku sege
h miliar," balasny
, Darius, dan Jeffry diam-diam menurunkan papan mereka. Mereka tidak
jantungku berdebar kencang. Ini adalah se
er. Dia menikmati ini, penghinaan
anku untuk sebuah lukisan yang sangat kuinginkan, hanya untuk me
luh lima miliar," ka
. "Tujuh ratus li
ndakan harganya, jumlah yang mustahil yang dimaksudkan untuk me
menang.
er Adhitama seharga tujuh rat
a dingin dan penuh kemenangan. Dia membungkuk dan membisik
gi, suara mereka penuh simpati palsu.
Aku tidak akan membiarkannya mendapatkan kemenangan ini. Aku berjalan lurus
Oh ya? Dan apa yang ak
"Keuntungan seratus lima puluh
arena keserakahan. Tapi Alexander hany
punya harg
arga. Tapi bukan yang bisa kau bayar dengan uang." Dia mencondongkan tubuhnya, suaranya bisikan berbis
ang menonton, berbisik. Wajahku terasa panas. Tapi
ping, aku melakukan hal yang tak terpikirkan
m Alexander melebar. Dia telah menang. Dia tel
itu terasa seperti abu d
kannya kotak itu. Dia mengambilnya, membukanya, dan memegang kalung indah itu di
ia mematahkan rantai rapuh itu. Safir tak ternila
curkannya. Dia telah menghancurkan kenangan oran
dalam dir
ampar wajahnya. Suaranya mem
ster!" t
, bagaimana bisa kau?" Dia memainkan peran korban, seperti biasa. Tapi kemudian dia m
r, aku tidak mau hidup!" pekiknya, ga
tu lantai ke teras di bawah. Sebuah aksi
angan!" Dia "menyelamatkannya," menariknya kembali dari langkan ke dalam pelukann
," desisnya, suaranya penuh ancam
nganku, menyeretku pergi seol
ruang pribadi di sebuah rumah sakit. Ale
cu episode parah yang berhubungan dengan kondisi jantungnya yang langka. Dia memb
a arah pembicaraan ini. Golo
ra dengan lemah. "Tidak... jangan minta Azalea. Ini salahku. Sehar
rintahku, tidak secara langsung. Dia menyudutkanku. Malam itu, tim PR-nya sudah memutarbalikkan cerita. *Pewa
ah monster. Jika aku setuju, aku tunduk pada kehendaknya. Aku menatap
bergetar karena marah.
elah memenangkan ronde ini. Saat perawat menyiapkan leng
ga hanya dia yang bisa mendengar. "Aku mengutukmu dan
lea. Kau seharusnya merasa terhormat da
atanku mulai kabur. Saat aku tergelincir ke dalam ketidaksadaran, pikiranku memu
h yang dipenu
enjadi doa di bibirku saat ke