n medis sudah siaga." Suara Fandi adalah tali
h, Fandi. Un
mai untuk saat ini. Aku membungkuk dan mencium keningnya, hatiku sakit karena camp
untukmu, Bu," bi
wah Darma untuk mengemasi barang-barang
i lobi, senyum kem
itu cepat?
ari jalank
i yang bilang padaku. Malam itu, setelah dia meninggalkanmu di konferensi itu? Dia datang ke
. Aku terhuyung mundur, pikiranku menolak untuk
tercekat, air mata m
l malam itu. Mereka tertawa, sebotol sampanye di atas meja di antara mereka.
ndasi dua tahun terakhirku hancur menjadi debu. Bimbingannya
hadiah yang diberikan Darma setelah aku menutup kesepakatan b
eja. Vas itu pecah berkeping-keping di lantai marm
g kamu l
diri di ambang pintu, ekspresinya b
gsung menuju Jihan. Dia meletakkan lengan yang menena
Dia melihat putrinya
engulurkan sebuah kotak beludru kecil. "S
sederhana. Sebuah sedekah. Sebuah pe
ar. "Terima kasih," kataku, suaraku men
nis di wajahnya. "Dan ini dariku, Anya.
ah foto berbingkai. Foto dirinya dan Darma, berpelukan di sofa, tampak seperti s
han punya hati yang baik," katanya, sama
ukti pengkhianatan yang begitu dalam hingga terasa seper
ecil itu. Melalui pintu yang terbuka, aku bisa mendengar mereka. Darma dan Jihan,
dah pergi. Tapi mereka meninggalkan foto berbingkai it
i-janji kami, hidup kami bersama... Apakah kami pernah menikah? Ata
kan, hingga aku mulai tertawa. Suara liar
anam kebun anggur untukku di halaman belakang. "Agar kita bisa membuat anggur sendiri untuk me
ke udara malam yang dingin dan mulai memotong. Aku menebas tanaman ang
tiap surat yang pernah dia berikan padaku. Aku membawanya ke perapian da
saat foto terakhir m
ur melalui jendela, lalu tumpukan
ah seperti ana
ng sampah," katak
an, tidak ada kesedihan. Hanya
membawa beberapa tas belanja dari toko desain
n ekspresi sombong di wajahnya. Bar
rna, hampir lucu. Sang raja, putri kesay