wajahku topeng ya
membawa Ibu bersamaku ke perni
mindai wajahku mencari
lsu yang telah kusiapkan dengan Fandi. Penuh dengan detail tenta
, dengusan kecil. Dia tidak percaya padaku, t
la ibuku. Aku melompat ke depan, menangkapnya tepat pada waktunya. Gerakan tiba-tiba itu mengirimkan rasa sakit
rinya. Atau jika dia menya
n tanganku, cengkeramannya
an aku,
mobilnya. "Kamu ikut de
atangani pengakuanmu. Aku sudah memberimu apa yang kamu
an mengancam. "Semua analisismu, strategi
idupku. Itu adalah produk dari malam-malam tanpa tidur yang tak terhitun
id
melonggar sejenak. Aku mencoba menarik diri, tetapi dia terlalu ku
enyum palsu terpampang di wajahnya. "Jihan sudah
menyapuku. Aku san
utus saja. Kamu bisa bersama Jihan. Kamu b
awa, suara yang kasar dan jelek. "Putus? Anya, sayang, a
rpikir bisa meninggalkanku?" tanyanya, suaranya penuh dengan kepastian arogan. "Kamu, yang mele
ta-kataku sendiri, diucapkan di saat bahagia yang
idak ada lagi yan
mengganggu sarafku. Dia setengah menyeret, seten
k sangat tidak pada tempatnya. Dia memiliki gelar dari perguruan tinggi
g lebih mirip perintah. "Aku butuh catatan penelitianm
orang raja yang mengawasi istananya, Ji
foto keluargaku dulu berada, ada foto berbingkai
bali, kali in
"Dia menghapusnya! Ayah, di
an pertunjukan kesusahan yang meyakinkan. "Semua pekerjaan Anapa yang harus dilakukan dengan fi
ngga aku tidak melihatnya datang. Tam
adanya. Sekar
tku. "Karena kamu buta? Kamu tidak bi
h masuk untuk memainkan peran korban yang mu
ya menyala dengan api dingin. Dia mencengkeram